Nora, gadis bertubuh gempal penyuka permen dan coklat. Berpose dengan berbagai gaya pada cermin besar dihadapannya, mukanya masam impiannya untuk kurus hanya sebuah angan-angan saja. Nyata Nora tidak bisa diet.
Seperti biasa Nora akan masuk sekolah seorang diri itu pun hanya punya satu orang teman cewe, dan sekarang hanya sebungkus Snack ball menemani harinya menunggu di halte bus. Ketika bus datang dengan cepat Nora menaikinya.
Jeritan para siswi menyambut kedatangan pria tampan, berhidung mancung, serta kulit putih. Para kerumunan gadis terlihat memenuhi koridor sekolah itu seperti semut yang mengerubungi gula, sama dengan mereka Nora juga menyukai lelaki bernama Rasen itu, hanya Nora menyukainya secara diam-diam.
“Kak Rasen!” Jerit para gadis. Nora ikut berlari menuju lelaki itu, tapi tubuh gempalnya berhasil disusul oleh banyaknya orang yang berlari. Nora tersungkur terjatuh tak berdaya hingga di injak-injak, tak dipedulikan.
“Minggir Lo gendut!” Teriak yang lain. Nora jadi sadar diri dia tidak pantas untuk seorang pangeran seperti Rasen. Nora terdiam dalam tundukannya. Tak heran dengan kata-kata kasar yang dilontarkan orang-orang sekitar.
Rintik hujan sedikit-demi sedikit membasahi jalanan menuju halte bus, tak lama hujan mulai deras, begitu orang-orang sekitar menghilang entah kemana bersama dengan kendaraan sekitar. Nora tak menghiraukan suasana sekitar, dia lantas buru-buru menuju halte.
Sebuah halte sepi dengan seorang nenek tua berambut putih terkuncir, Duduk di bangku halte seorang diri. Nora ikut meneduh duduk di samping nenek tua berbaju lusuh.
“Cu …” Panggilnya pelan. Nora refleks menoleh. “Tolong pegang ini” Ucap nenek itu menyerahkan kotak berwarna biru muda yang dia bawa. Nora mengiyakan mengambil kotak sebesar dus sepatu itu, dalam lamunan menatap apapun didepannya.
Dalam sekejap Nora menggeleng, suasana berbeda dia dapatkan kali ini halte terlihat sangat ramai oleh orang-orang memasuki bus. Nora menoleh kesana-kemari, namun si nenek tadi sudah tidak ada, menghilang entah kemana. “Nenek!” Teriak Nora kewalahan karena dus biru itu, masih dalam pangkuannya. Nihil kemana pun Nora mencari, tetap saja nenek itu tidak bisa ditemukan. Dia memilih untuk membawa dus itu pulang bersamanya.
“Isinya apa sih?” Kata Nora bertanya-tanya. Dia membuka dus itu, betapa terkejutnya dia menemukan sebuah sepatu hitam yang sangat indah.
Pagi hari, dimana Nora akan kembali ke sekolah menyebalkan itu. Lupa sepatunya basah karena hujan kemarin. Diliriknya kardus biru muda milik nenek kemarin, lalu membuka dus itu.
“Wow? Ini sangat indah,” gumam Nora mencoba sapatu hitam cantik, sayang seribu sayang Nora tau itu bukan miliknya melainkan milik nenek itu. Tapi dia pikir sebentar saja tidak apa. “Aaaa …” Nora melotot kaget melihat seseorang di depan cermin. Ajaib semuanya berubah begitu juga seragamnya seakan kebesaran, dia tersenyum tak terbayangkan sebelumnya, Nora yang kurus dan terlihat begitu cantik.
Riuh ramai para murid melongo menatap Nora, mereka memuja gadis itu, mereka pikir ada murid baru pindahan. Nora tersenyum manis menyapa mereka, betapa terkejutnya para murid disana termasuk tiga kakak kelas paling populer itu.
“Nora!” Sapa seorang wanita saat jam istirahat tiba. Gadis bernama Karin menghampirinya ya gadis berkaca mata itu temanya. Nora hanya menoleh sekilas karena teman-teman barunya menarik Nora untuk pergi ke kantin bersama.
Karin menunduk, setelah Nora berubah dratis hidup dia berubah tidak ada lagi Nora gemuk yang selalu menghabiskan makanannya. Karin berlalu pergi.
Nora senang hari-harinya kali ini lebih berwarna dengan teman-teman yang dia miliki, tak jarang Nora mendapat banyak hadiah dari penggemar rahasianya. “Nora ya?” Tanyanya sembari tersenyum manis. Nora terkejut bukan main dengan cepat mengangguk, lelaki itu ya Rasen untuk pertama kalinya menyapa Nora. “Lo ada waktu sepulang sekolah?” Rasen menatap Nora dengan senyum manis. Nora tak bisa berkutik, dia mengangguk cepat.
Saat pulang sekolah, Rasen benar menunggu Nora. Dia berlari kecil menghampiri pangeran sekolah itu. Tak terbayangkan sebelumnya Nora bersama Rasen walaupun ini bukan dirinya yang asli, jika saja Rasen tau setelah sepatu ini dicopot Nora akan kembali ke tubuh gempal jelek itu. Apa dia masih mau?.
“Kita kemana kak?” Ujar Nora. Dia mengekor saat Rasen memberikan helm lain untuknya. Seketika terbentuk rona merah di wajah Nora. Jalan bareng untuk pertama kali dengan seorang pria pujaannya, sekarang rasa minder itu sudah tidak ada lagi tapi, Nora ingat sepatu ini milik nenek itu dan secepatnya Nora harus mengembalikannya.
Dia sangat senang Rasen membawanya ke tempat indah dipenuhi bunga juga eskrim sebagai pemanis, sepuasnya Nora berdua dengan pria itu. Tanpa terasa itu awal mereka dekat begitu juga hari-hari berikutnya.
“Nora?” Panggil Rasen pelan. Nora menoleh saat diajak menikmati danau indah di depannya. “Gue suka sama Lo,” Lanjut lelaki bersenyum manis itu. Nora tak bisa menyembunyikan rasa malunya tentu Nora akan jawab ‘Mau’. “Lo mau ‘kan?” “Iya, gue mau.” Jawab Nora cepat.
Di koridor Nora berjalan beriringan dengan teman-teman barunya, saat itu Nora nampak akrab padahal baru beberapa hari bersama, impiannya memiliki banyak teman terwujud. Bersama dengan itu Karin berjalan menunduk, membawa sekotak bekal makanannya. Nora berniat menyapa tapi Karin sama sekali tidak menanggapinya menoleh pun tidak.
“Karin,” panggil Nora pelan melambaikan tangan. Teman barunya itu dengan sengaja menghalangi jalan Karin, kakinya di lebarkan saat itu juga, Karin terjatuh. Tepat di belakang Nora. “Kamu gak papa ‘kan?” Nora membantu Karin. tapi Karin enggan untuk ditolong dia kecewa pada Nora sampai mengabaikan dirinya dan memilih bersama teman baru.
“Nora ayo ngapain nolongin dia?” Ujar seorang gadis yakni teman baru Nora. Dia mendongak menatap sinis pada gadis itu tega sekali mereka bertingkah kurang ajar pada sahabatnya. “Ngapain Lo dorong dia hah!” Nora berdiri menantang. “Lo jadi kaya gini sih! harusnya Lo sadar diri gue mau nerima Lo masuk geng ini!” Balas gadis itu ‘Nyolot’. Nora terdiam benar seharusnya dia sadar kalo dia tidak seperti mereka dan apa yang dia alami sekarang hanyalah kepalsuan.
Mereka melewati Nora sinis. Ia beralih pada Karin namun semuanya nampak tak baik-baik saja dia marah seharusnya dia tidak lupa diri Karin bahkan mau menerima dirinya apa adanya. Nora tertunduk pasrah berlalu untuk pergi.
Perasaan Nora berkecamuk sahabat, teman-temannya dan pacar. Hebat hidupnya bisa berubah dalam waktu singkat hanya karena sebuah Sepatu. Kembali ke halte sayangnya Rasen tidak mengantarnya pulang kali ini dia bilang ada urusan penting.
Nenek halte itu duduk rapi nampak menunggu seseorang. Nora terkejut langkahnya mundur, itu berarti sepatu ini akan dia ambil lagi. Nora tidak bisa memilih hidupnya kembali seperti dulu dan dia akan kehilangan semuanya atau hidupnya sempurna seperti sekarang.
“Gue gak bisa,” Oceh Nora. Berlari menjauh sebelum sang nenek menoleh, nyatanya benar nenek itu menoleh lalu tersenyum tanpa mencegahnya.
Sandungan batu berhasil membuat Nora terjatuh bersama dengan sepatu yang tertinggal. Seketika badannya kembali ke bentuk semula. Nora meringis mengalihkan pandangannya lurus kedepan.
“Rasen?” gumam Nora. Apa yang dia lihat kali ini sangat berbeda, kemarin dia telah menembaknya dan sekarang malah terlihat berbocengan mesra dengan seorang gadis lain. Hati Nora sangat sakit pria yang ia sukai diam-diam tidak sebaik yang dia kira.
Pada akhirnya Nora mengembalikan sepatu itu pada nenek misterius tadi. Nora tidak bisa menghindar barang milik orang lain harus segera dia kembalikan. Cowok yang ia taksir ternyata berkhianat dan bahkan sahabatnya ikut meninggalkan Nora.
“Jadilah dirimu sendiri dan orang yang tulus akan menerima dirimu apa adanya.” Kata nenek tua itu tersenyum. Nora mengangguk malu.
“Nora!” Beberapa saat kemudian Karin melambaikan tanganya dari kejauhan dengan senyum mengembang. Nora menatap sang nenek kembali dan lagi-lagi dia menghilang.
Cerpen Karangan: Aisyah Nur Rahimi Facebook: @aisyah Nur Rahimi
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 8 Agustus 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com