“Hai bulan, aku ingin curhat! Aku kangen banget sama Bunda, aku selalu berdo’a untuk bunda selesai sholat. Aku ingin melihat bunda lagi… Aku masih ingin dipangkuan bunda…” Ujarku yang langsung duduk di teras rumah sesudah sholat Isya dan menangis. Aku memandangi langit yang penuh taburan bintang yang kadang berwarna merah, kuning, hijau dan biru itu.
“Sabar Candra, kalau kamu nangis, nanti bundamu juga akan menangis…” Tiba-tiba datang suara yang tak tau dari mana asalnya itu. Tak ada siapa-siapa selain aku diluar sini. Akupun ketakutan. “Si…siapa itu?”
“Lho, Candra, kamu kenapa menangis nak? Sudah selesai sholat belum” Tiba-tiba ayah datang. Rasa takutku menjadi hilang. “Eh, ayah, aku udah selesai sholat kok. Aku juga gak menangis…” ucapku berbohong. Kalau aku menangis karena kangen bunda, ayah pasti juga ikut menangis, karena Ia juga merindukan bunda. Kalau bisa kalian melihat, sekarang saja air mata ayahku tiba-tiba berlinang.
“Yaudah, sekarang ayo masuk. Diluar dingin banget… ayah udah siapin makan malam…” ajak ayah. “Baik Yah.”
Di dalam rumah… “Hmm… Yah, tadi diluar aku bicara sama bulan lho.” Ujarku. “Berarti kamu rindu sama seseorang, ya?” Tanya ayah tiba-tiba. “Lho, kenapa memangnya yah?”
“Jaman dahulu, ada yang mengatakan, ‘jika seseorang sedang berbicara dengan bulan, dan jika bulan menjawab, maka seseorang tadi yang merindukan salah satu kerabatnya, berarti bulan yang bebicara itu adalah kerabat yang dirindukan seseorang tersebut.’ Begitu ceritanya…” jawab ayah penjang lebar.
Seketika aku kaget, berarti bulan yang bebicara sama aku tadi adalah…. BUNDA?
The end
Cerpen Karangan: Gavriella Maharani Blog / Facebook: Gavriella M. Ig: @hani_gm27