Gelapnya malam tidak membuat mata Bintang mengantuk. Dia harus menyelesaikan cerita miliknya sebelum pendaftaran lomba menulis cerita ditutup. Tangannya sibuk mengetik sedangkan mulutnya sibuk mengunyah. Tidak ada satupun ide cerita di kepalanya. Hanya ada pikiran tentang makanan. Akhirnya Bintang menghentikan mengetik ceritanya dan merebahkan diri ke kasur. Matanya mulai menutup dengan sendirinya.
Matahari membangunkan Bintang dengan sinarnya yang hangat. Bintang bangun dan meregangkan tubuhnya. Matanya masih tertutup dan tak mau terbuka. Bintang berjalan menuju pintu kamar. Duk! Bintang menabrak dinding dan terjatuh. ‘bukannya seharusnya ini pintu ya?’, batinnya. Tabrakan berhasil membuka mata Bintang. Bintang menyadari ada yang aneh dari kamarnya. Dindingnya bukan berwarna putih, melainkan dinding kayu dengan ukiran di beberapa bagian. Pintunya berada di sisi lain tempat Bintang terjatuh. Terdengar suara dari luar kamar “Laras, ayo sarapan!”. Bintang bingung. Tidak ada nama Laras di keluarganya Bintang. Terdengar pintu diketuk “Laras, ayo maem ditunggu bapak”.
Bintang makan sambil kebingungan. “kowe ser lawuh sing pundi?” ucap seorang wanita. Suara itu terdengar akrab di telinga Bintang. ‘ah ya, itu suara ibu’ batin Bintang. dan ternyata setelah dilihat dengan seksama, perempuan itu bukan ibunya. Ibunya berlesung pipit, sedangkan perempuan yang sedang duduk didepan Bintang tidak memilikinya. Berulang kali Bintang mencoba mengusap mata dengan kedua tangannya. Dan perempuan itu benar-benar bukan ibunya.
Dengan penuh tanya yang tersimpan di dalam hati, Bintang menyusuri jalan di tengah terik. Dan berharap dia menemukan jawaban untuk keanehan pagi ini. Bintang berhenti berjalan dan menatap langit yang biru. Dari seberang jalan, terdengar penyiar radio sedang mengumumkan bahwa jepang telah menyerah kepada sekutu. Seketika terdengar sorak sorai orang disekitar dan meneriakkan kata “merdeka!”. Jantung Bintang berdebar sangat cepat dan ikut larut dalam riuh orang-orang di jalanan.
Malam telah tiba. Tapi Bintang tidak bisa tidur. Dia memikirkan apa yang terjadi siang ini Kenapa tadi ada berita Jepang menyerah kepada sekutu? Dan kenapa orang-orang meneriakkan kata “merdeka”? Tiba-tiba terdengar suara mesin mobil dengan lampu yang melewati jendela kamar. Mobil siapa itu? Kenapa di tengah malam ada mobil lewat? Ribuan pertanyaan memenuhi kepala Bintang.
Paginya, pria yang biasa dipanggil “Bapak” mengajak Bintang ke suatu tempat. Tampak semua orang berkumpul di sebuah halaman rumah. Teriknya matahari tidak melunturkan semangat orang-orang berkumpul. Bintang tidak bisa melihat dengan jelas. Terlihat seseorang membacakan suatu teks yang diikuti sorak sorak orang-orang. Bendera Indonesia dikibarkan. Semuanya hormat kepada bendera yang diikuti lagu “Indonesia Raya”. Tiba-tiba Bintang teringat akan sesuatu. Oh ya, materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang pernah Bintang pelajari.
Bintang membuka matanya. Terlihat langit-langit kamarnya. Dindingnya berwarna putih, bukan lagi dinding kayu dengan beberapa bagian yang dihiasi ukiran. Terdengar suara dari balik pintu “Bintang, ayo makan dulu”. Bintang keluar dan mendapati perempuan setengah baya menyiapkan makanan di meja makan. Perempuan yang dilihatnya memiliki wajah yang sama dengan perempuan yang telah ditemuinya beberapa hari yang lalu. Matanya, hidungnya, warna kulitnya, tapi “ah, perempuan ini memiliki lesung pipit saat tersenyum” teriaknya dalam hati.
Bintang berlari memeluk perempuan ini dari belakang, meluapkan kebahagiannya. “Apa yang kau lakukan?” tanya Ibu pada Bintang, dengan tersenyum Bintang hanya menjawab “Aku hanya sedang rindu Ibu”. “Ah, kau ada-ada saja, kemarin masih nonton TV bersama kok bangun tidur sudah kangen. Ayo segera makan, keburu masakan ibu dingin” jawab Ibu sambil mengecup kepala Bintang. Bintang melahap semua hidangan yang disajikan Ibu dan tidak berhenti tersenyum memandang Ibunya serta mengingat kejadian semalam.
Cerpen Karangan: Ruddat Ilaina R.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 11 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com