Keseokannya Rini telah bangun sebelum jam alarmnya berbunyi. Dia bersiap-siap untuk pergi ke ruamh neneknya. Jarum jam menunjuk pukul 06.30, sebelumnya papa Rini telah membeli tiket kereta api dari Surabaya menuju tulungagung. Sebelum pukul 07.00, mereka telah beranjak dari rumah menuju ke stasiun kereta api. Sesampainya disana mereka langsung berangkat. Setelah beberapa jam berlalu, mereka sampai ke tulungagung. Rini dan keluarganya langsung menaiki bus yang arahnya langsung menuju rumah neneknya.
Sesampainya di rumah, ia langsung berlarian masuk ke dalam rumah. “Wah lama nih udah nggak kesini.” Ujar Rini dengan wajah ceria. “Eh udah datang, apa kabar? lama ya kita nggak ketemu, kenapa lama banget datang kesini, uadah hampir 5 tahun, kalian tak datang kesini semenjak ibumu sudah meninggal, saya pikir kamu lupa pada kerabatmu di sini.” Ujar tetangga di sebelah rumah sambil berjabat tangan dengan akrab. “nggak lah, saya banyak urusan tahun-tahun kemarin, makanya nggak bisa berkunjung kesini.” Jelas ayahnya Rini dengan nada rendah. Sementara ayah dan ibunya ngobrol sama tetangga yang ada di sebelah rumah, Rini langsung melihat-lihat ke dalam rumah. “ah seperti 5 tahun yang lalu, tak ada yang berubah, tapi aku sangat senang sekali bisa kesini, makasih ya ma, pa.” Ujar Rini yang berbicara di dalam hati.
BUUMM!!! Dentuman keras memukul gendang telinga Rini. “Aaaaaaa…” Spontan teriakan Rini mengejutkan mama, papa serta tetangganya yang lagi asyik mengobrol langsung masuk ke ruamh. “Ada apa Rin?” Tanya mama dengan penuh kekhawatiran. “nggak ada apa-apa ma, ini ha Rian bikin Rini kaget saja.” Jawab Rini dengan muka kesel. “Maaf tante, gelasnya pecah, kesenggol.” Ujar Rian dengan wajah kasian. “oh kamu Rian, bikin tante khawatir saja.” Ujar mama dengan nada rendah. Semua orang tertawa kecil dengan laku Rian, kecuali Rini, yang dari tadi memasang wajah kekesalannya.
“Hai Rini apa kabar?” Tanya Rian sambil mengulurkan tangannya. Namun Rini tidak merespon petanyaan Rian. “Rini, kamu marah ya sama aku, gara-gara aku, kamu hampir serangan jantung ya, ya udah deh aku pergi saja.” Ujar Rian dengan wajah yang menyesal. “Haha…” Rian yang tadinya ingin keluar langsung berbalik melihat Rini yang sedang menertwainya. “Kamu memang tak pernah berubah ya yan, makanya aku selalu merindukan kamu.” Ujar Rini sambil berlalu meninggalkan Rian. Rian terkejut mendengar perkataan Rini. “Apa benar Rin?” Tanya Rian dengan penasaran. “Ya tidaklah, masa’ iya aku merindukan kamu, aku kesini tuh ingin liburan ke kampung ayahku, aku rindu dengan suasana di kampung ini, makanya aku kesini.” Jelas Rini tanpa menoleh ke wajah Rian.
3 hari telah berlalu, Rini dan Rian selalu bersama dan bermain dengan teman-temannya di kampung. Perasaan yang tak pernah dirasakan saat Rini berada di kota, bermain, bercanda penuh dengan kecerian. Tampak terpancara kegembiraan dari wajah Rini yang setelah 5 tahun pernah menghilang dari pandangan Rian.
Keesokan harinya, Rini menuju ke rumah Rian, tapi pada saat pertengahan jalan, Rini seperti mendengar langkah kaki seseorang, namun Rini mengiraukan apa yang ia dengar sambil melanjutkan perjalannya. KREEK!! Rini terkejut dan berhenti melangkahkan kakinya, ia memberanikan diri untuk melihat ke belakang, tapi ia teringat pesan Rian, yang katanya di dalam hutan tidak boleh melihat ke belakang, apapun yang terjadi. Kebetulan rumah Rian jalannya memasuki rimbunan bambu hijau. Tak berpikir panjang lagi, Rini langsung melangkahkan kakinya dengan sekuat tenaga tanpa menoleh ke belakang.
Sesampainya di rumah Rian, Rini mengatur nafasnya yang tadi tak beraturan saat berlari. “BAAAAA…” spontan Rini berteriak ketakutan setelah Rian mngejutkan Rini. “Ih kamu jahat Rian, aku kan jadi terkejut.” Ujar Rini yang masih belum bias mengatur nafas. “Haha… kamu kenapa Rin, kayak ngelihat hantu saja, emng kamu pikir aku hantu.” Tanya Rian dengan candaanya. “Emang, kamu seperti hantu yang ruhnya tidak tenang.” Jawab Rini dengan jengkel. “Haha… maaf maaf, mau maafin aku kan?” Kata Rian dengan wajah yang memelas. Rini menghela nafas panjang dan mengiyakan pertanayaan Rian.
Sepulangnya dari rumah Rian, Rini masih penasaran siapa yang ada di belakangnya tadi. “Ah buat apa aku pikirkan kejadian tadi, palingan bunyi batang bambu yang saling behimpitan saja.” Bisik hatinya untuk menenangkan keadaan.
“Mama, papa, loh kok nggak ada orang di rumah, mereka kemana ya, apa mereka ada di rumah sebelah, ah sudahlah nggak apa-apa, aku kan udah terbiasa sendirian di dalam kamar sewaktu di kota.” Ujar Rini dengan tenang. Saat Rini hendak ke kamarnya, Rini mendengar suara aneh yang berasal dari belakang rumahnya. Jantung Rini mulai berdetak dengan kencang, dengan melangkah pelan tapi pasti, ia langsung membuka pintu belakang, tapi tidak ada apa-apa di sana. Rini kembali ke kamarnya, “aneh, kejadian hari ini benar-benar aneh.” Ujar Rini di dalam benaknya.
Keesokan paginya ia menuju ke dapur bertemu sama mamanya, dan menceritakan apa yang ia alami semalam. “ah mungkin itu hanya halusinasi kamu saja sayang.” Ujar mama sambil mempercayai ucapannya. Rini langsung berbalik menuju kamarnya. “mama nggak mempercayaiku.” Pikirnya.
Malamnya ia bermimpi aneh, ada seorang berbaju hitam sedang mengejarnya, ia ketakutan dan akhirnya terjatuh di sebuah jurang. Rini langsung tersadar bahwa drinya terjatuh dari atas kasur. Rini berdiri dan naik lagi ke atas kasur, ia terus memaksakan matanya untuk tidur kembali, tapi tak ada reaksi sama sekali.
Waktu terus berjalan, terdengar hembusan angin yang begitu kencang membuat daun berguguran. Tak lama itu, Rini mendengar suara ketukan pintu, Rini langsung menutup mukanya dan tubuhnya dengan kain, setelah ke 3 ketukan, Rini tidak mendengar apa-apa lagi dari luar.
Sinar mentari mulai menampakan diri, Rini yang terjaga hingga pagi, ingin tidur beberapa jam lagi untuk menghilangkan rasa kantuknya semalaman. Jam menunjukkan pukul 9 pagi, Rini tersadar dari tidurnya yang kemudian ia langsung mebersihkan diri.
Waktu berjalan dengan cepatnya, tak sadar jam menunjukkan pukul 5 sore. “Huuh, kemana semua orang ya, kenapa pada tidak ada di rumah.” Desahnya di dalam hati. Hari semakin gelap, Rini langsung menutup pintu rumahnya, sekarang benar-benar Rini sendirian yang ada di dalam rumah, baik Itu oarangtuanya, tetangganya, Rian dan juga teman-temannya tidak ada di dalam rumah bahkan juga seharian ini. Rini mulai merasakan getaran detak jantungnya yang begitu cepat, ia sekarang mulai merasa takut dengan semua ini, ia sudah tidak sanggup dengan kejadian ini, semua orang yang ia kenal tak ada di sampingnya sekarang ini.
“Mama, papa, Rian, Teman-teman, kalian dimana, aku takut sendirian di kampung ini, aku lebih baik tak punya apa-apa dibandingkan kehilangan kalian semua.” Ujarnya sambil mengusap air matanya yang sudah membasahi pipinya.
Seketika rumahnya menjadi gelap gulita, jauntung Rini semakin berdetak kencang, sekencang pukulan drum, rasa takut mulai semakin memuncak. “Mama, papa.. Rini takut…” Teriak Rini dengan penuh ketakutan.
Seketika cahaya muncul dari dapurnya, sontak Rini terkejut melihat cahaya yang kian lama semakin mendekat. Dan HAPPY BIRTHDAY RINI ANDRIANI. Lampu yang tadi mati seketika terang kembali. Rini sangat terkejut dengan kejadian yang baru saja ia alami.
“Haaa… Rian apa-apaan ini.” Tanya Rini yang tak bisa menahan air matanya. “Haha, kamu terkejut ya Rini, ini hadiah dari kami semua, kamu suka kan?” Tanya Rian yang sedikit bercanda. “iiih kejadian ini semua membuatku takut, dari kejadian pertama, hingga sekarang”. “Haha.. maafin mama dan papa ya sayang, sebenarnya mama yang rencanain ini semua, dan mama usulkan pada teman-temanmu, tapi kamu jangan nangis lagi ya, ada mama disini.” Ujar mama sambil memeluk Rini.
“Jadi yang ganggu aku saat di perjalanan ke rumahnya Rian itu siapa?” Tanya Rini dengan penasaran. “Hehe.. itu aku Rin.” Jawab Rian dengan wajah yang menyebalkan. “Ihhh.. kamu jahat Rian, jadi yang kamu pesan ke aku itu bohong dong, uuuh, nyebelin.” Ketus Rini dengan nada kesal.
“oh, iya ma, pasti tadi malam mama yang ngetukin pintu kamar Rini kan, Rini benar-benar ketakutan lo ma.” Tanya Rini dengan wajah serius. “ha? kapan sayang, mama nggak pernah ngetuk pintu kamu, apalagi telah larut malam.” Jawab mama sambil memandang wajah Rini yang seketika berubah ketakutan. “Ayo kita rayakan ulang tahunnya Rini.” Teriak Rian seketika mengubah suasana.
Hari ini hari yang paling gembira sekali, walaupun Rini telah melalui hari yang tak pernah ia inginkan, tapi pada akhirnya Rini, keluarganya, serta teman-temannya merayakan ulang tahunnya yang memasuki usia 16 tahun. Tapi yang masih jadi tanda tanya di dalam pikran Rini adalah siapa yang mengetuk pintunya tadi malam?
Cerpen Karangan: Lenni Anggraeni Blog / Facebook: Lenni Anggraeni 16 tahun SMA N 2 Selatpanjang