31 Desember, kami merencanakan sebuah perayaan di villa milik keluarga Mira, di sana kami bermaksud mengadakan pesta, awalnya berjalan menyenangkan sampai berumah menjadi mengerikan. Telah terjadi sebuah pembunuhan, korbannya adalah Mira anak dari si pemilik villa ini, belum jelas apa motif dan tujuan dari pembunuhan ini, identitas pelaku masih belum diketahui. Ini adalah tugasku, seorang dekektif yang telah memecahkan berbagai misteri di sekolah. Aku akan memulai penyelidikan dengan menanyai orang-orang di sini. Aku juga harus mengingat propesi mereka agar mudahkan penyelidikan.
Ferdi (Aku) sebagai Detective Tina sebagai Asisten Detective Tugas: Investigator
Kayla sebagai VideoGrafer Tiara sebagai FotoGrafer Tugas: pengambilan gambar
Raisya sebagai Pianis Chandra sebagai Gitaris Brian sebagai Drumer Tugas: Anggota Band
Tuan Tom sebagai Butler Naura sebagai Kitty Maid Tugas: Pelayan
Perlu diingat, mungkin salah satu dari nama di atas adalah pelakunya, aku sendiri tak dapat mempercayai siapapun untuk saat ini, kalian juga boleh mencurigaiku aku tak akan melarangnya.
Kami duduk berkumpul di sebuah meja bundar, aku menatap curiga kepada semua orang, meski aku bisa mengira siapa pembunuhnya namun aku tak bisa menuduh tanpa bukti dan opini yang jelas.
“Baik aku akan mulai bertanya,” aku memulai pembicaraan Mereka mengangguk paham, sebagian terlihat tegang.
“Kayla, kau yang pertama meninggalkan tempat pertunjukan, kemana dan mau apa?” tanyaku. “Setelah merekam video ternyata batrai handicamnya lemah, dan aku ke kamar untuk mengganti baterainya, pas sampai kamar mati lampu, kuputuskan untuk ke Mira dulu minjem senter karena nih hp lowbat juga, aku jalan dibantu infrared dari handicam gak sengaja lewat ruangan, pintunya sedikit terbuka, tanganku licin handicam jatuh ke dalam, saat akan ngambilnya lampu nyala bersamaan dengan Mira yang udah jadi mayat,” jelas Kayla. “Baiklah tolong catat itu Tina,” pintaku.
Lalu aku melirik Naura dia masih mencoba menghapus air matanya. “Naura, kamu sempat berbicara dengan Mira sebelum Mira turun panggung, ada urusan apa?” tanyaku. “Aku menanyakan makanan yang akan dimakan malam ini, lalu aku ke dapur untuk menyiapkannya, saat akan mengantarnya mati lampu, kuputuskan untuk kembali dan mencari lilin, tapi aku menabrakmu karena gelap,” Aku kembali meminta Tina mencatatnya, aku menghela nafas lalu melirik Tuan Tom.
“Tuan Tom, Anda pergi sebelum pertunjukan selesai, mau kemana dan mau apa?” tanyaku. “Saya pergi ke belakang rumah untuk menyembelih ayam buat bakar sate malam ini, hanya itu sampai mendengar teriakan yang membuat saya bergegas ke TKP,”
“Selanjutnya, Candra kulihat setelah perform kau sempat berbisik ke Mira sebelum turun panggung, bisa jelaskan,” tanyaku Chandra agak ragu dan tiba-tiba wajahnya memerah. “Itu sebenarnya agak memalukan, aku minta maaf karena tak sengaja masuk kamar mandi cewek dan melihatnya di sana, saat berbisik aku memintanya untuk merahasiakan ini, setelah itu aku pergi untuk BAB, aku di sana dari mati lampu sampai menyala kembali,” jawab Chandra Setelah itu dia menunduk menutup seluruh wajahnya untuk menyembunyikan wajahnya yang merah.
“Brian, kamu juga berbicara kepada Mira saat turun dari panggung, kau membawanya ke belakang panggung, kalian sedang apa?” tanyaku. “Aku mengutarakan perasaanku pada Mira, tapi sepertinya dia menolaku, setelah itu dia bilang ada urusan, untuk sesaat aku termenung sampai mati lampu kuputuskan untuk mencari Daffa dan mau curhat kepadanya,” jelas Brian.
“Selanjutnya, Raisya apa yang kamu lakukan setelah turun dari panggung?” tanyaku. “Aku ke kamar Mandi sebentar, setelah kembali aku melihat Mira dan menyapanya, dia bilang ada urusan dan pergi begitu cepat, lalu aku ingin melihat daftar chattingku di hp, sayangnya semenjak kita datang ke sini sampai sekarang gak ada sinyal. Pas mati lampu kuputuskan untuk mencari Mira namun saat lampu menyala aku dengar teriakan, ternyata itu Kayla sedang terududuk lemas dan Mira—” Raisya langsung terdiam.
“Tiara, kamu sangat dekat dengan Mira, kalian sempat selfi berdua sebelum Mira meninggalkan ruangan, setelah itu apa yang kau lakukan?” tanyaku. “Aku pergi ke ruang santai untuk mengambil cemilanku yang tertinggal, namun lampu mati kuputuskan untuk memeriksa kembali beberapa jepretan fotoku, sampai lampu menyala dan teriakan mengagetkanku, saat aku tiba di sana semuanya sedang tegang sampai aku tau Mira telah terbunuh,”
“Untuk Daffa, apa yang kau lakukan sesudah perform?” tanyaku. “Aku keluar untuk mencari udara segar namun sebelum sampai ke pintu tiba-tiba mati lampu, tak lama setelah itu aku bertemu dengan Brian dan dia curhat sampai teriakan terdengar,” Aku mengangguk, mulai muncul beberapa teori di dalam kepalaku.
“Tina, kau pernah bilang kalau kau sempat berbicang beberapa saat sebelum mati lampu, apa yang kalian bicarakan?” tanyaku. “Aku hanya memuji suaranya yang indah, dan memintanya mengajariku, namun perbincangan kami tak lama, dia nampak terburu-buru karena katanya ada urusan, tak lama mati lampu, untuk sesaat aku terdiam untuk menyalakan senter hp, namun dari ujung tangga dekat jendela saat kilat menyambar ada siluet hitam, penasaran akupun mengikutinya, namun saat lampu nyala dia menghilang,”
“Baiklah terakhir adalah aku, akan kujelaskan apa yang aku alami,” ujarku. Lalu aku menjelaskan apa yang terjadi padaku sebelumnya mulai dari saat Mira Perform sampai melihatnya yang sudah tak beryawa.
“Bagaimana kamu yakin kalau ini pembunuhan?” tanya Raisya. Memang masih banyak kemungkinan yang terjadi, namun aku menyimpulkan ini bukan tanpa sebab, aku telah menganalisis dan mengamati dengan baik jasat dari Mira sebelumnya sehingga aku dapat menyebutnya demikian.
“Bilah bambu yang menusuknya tidak cocok dengan lukanya, lubang di perutnya cenderung mirip ke bentuk tusukan benda tajam dari logam, lagipulan pesan pada bambunya bukan tanpa sebab kan?” jawabku. Semua orang menatapku serius, mereka mencoba mencerna jawabanku tadi.
“Tapi bagaimana jika dia bunuh diri?” tanya Brian. “Tidak mungkin! Yang aku tau Mira adalah orang yang pantang menyerah, apapun masalahnya dia selalu nampak tegar,” sanggah Tina.
Semua kembali terdiam dan hening, sampai aku kembali berbicara. “Biar kutekankan, ini kasus pembunuhan, tak ada yang boleh pulang sebelum besok,” ujarku.
Hujan masih mengurung kami di dalam villa, kami juga terputus dari dunia luar karena jaringan telepon terganggu di sini, ditambah tidak ada wifi di sini.
“Aku akan menyelidikinya, aku masih yakin pembunuhnya diantara kita,”
Bersambung
Masih lanjut, bentar lagi update!
Cerpen Karangan: Miftah Blog / Facebook: Miftah Abdul Fatah