Penyelidikanku mengalami kemajuan, tinggal selangkah lagi untuk mengetahui siapa pelaku sebenarnya. Namun korban bertambah menjadi 3 orang, kini kami semua berkumpul di meja bundar untuk menghinari bertambahnya korban.
“Harap tenang, tak boleh ada yang meninggalkan meja ini kecuali hanya 1 orang, kalian bisa bergantian jika mau pergi, ini dilakukan demi menghindari korban selanjutnya,” ujarku kepada mereka. “Tenang bagaimana? Kau lihat kami ketakutan di sini? Gimana kalau pembunuhnya terang-terangan membunuh kami di sini?” ujar Daffa cukup keras. “Tinggal satu langkah lagi—”
“Kalau gitu cepat temukan pembunuhnya! Aku mau tidur nyenyak!” potong Chandra lebih keras dari Daffa. “Baiklah tolong kontrol emosi kalian, tak akan lama lagi,”
Lalu aku pergi meninggalkan mereka, ada satu tempat lagi yang mencurigakan, control room tempat dimana Tuan Tom marah-marah gak jelas.
Aku memasuki ruangan itu, nampak berbagai monitor CCTV menyala di sini, di sana ada benda biru mengkilat di depan alat seperti cetakan kunci, tenyata itu adalah kunci biru.
“Selamat ketiga kuncinya ketemu!” Suara itu kembali mengagetkanku, tiba-tiba Manda berada di belakangku, tersenyum sumringah seperti biasa. “Bisa gak sih jangan ngagetin, bikin senam jantung aja,” ujarku kesal. “Hehehe Maaf, alat di depanmu untuk menggabungkan kuncinya,” ujar Manda. “Buat apa sih ini kunci?” tanyaku masih penasaran. “Nanti kamu juga tau,”
Setelah mengatakan itu Manda keluar ruangan dan kembali menghilang, aku memasukan ketiga kunci itu ke dalam alat dan menggabungkannya menjadi RGB-key. Setelah itu kusimpan dan kembali melihat monitor CCTV. Aku mencoba mengecheck rekaman kejadian saat Mira terbunuh, aku memeperhatikan kamera 3 yang merekam saklar sumber daya tiba-tiba runyam, tak lama CCTV lain pun ikut mati. Mungkin karena sumber daya dimatikan oleh si pelaku makanya dia merusak kamera 3.
“Fer, aku mendapat petunjuk besar,” tiba-tiba Tina muncul dari ambang pintu. Sebelum menjawab, Tina menarik lenganku, menuju ruangan dimana jasat Mira berada, di sana sebuah keramik telah terlepas dari lantai, menunjukan lubang yang cukup besar.
“Begitu, ini lubang rahasia ya?” tanyaku, “Benar, terhubung langsung ke halaman,” jawab Tina. “Sepertinya cukup, bawa apapun yang ada di dalam lalu kita kembali ke meja bundar dan menangkap pelakunya.”
Aku dan Tina bergegas menuju meja bundar, dan syukurlah si pembunuh masih belum bergerak. Aku duduk, di samping Tina, dia memberikan catatannya, hasil dari analisis yang kami kumpulkan.
“Tolong duduk dengan tenang dan dengar baik-baik,” ujarku. Semua terdiam memperhatikanku dengan serius.
“Pembunuhnya adalah hantu dari masa lalu, yang menginginkan balas dendam dan haknya kembali, berdasarkan pesan dari sebilah bambu pasti seseorang dari pihak Mira telah merengut apa yang dia punya,” jelasku, “Ja-jadi hantu beneran?” gagap Tiara. “Benar! Dan dia berada di sampingmu,” “Chandra???!!!” tanya semuanya serentak.
“Sebenarnya aku sudah curiga saat dia berbisik, dia tak menutup mulutnya jadi aku bisa membaca gerak bibirnya, dia tidak membicarakan seperti apa yang berada di keterangan, dia bilang ‘temui aku di ruangan yang sudah ditentukan aku ingin bicara’ namun karena aku tak punya bukti jadi aku membiarkannya.”
Lalu Tina meletakan plastik berisi 4 buah pisau berdarah, semua terdiam semetara Daffa telah menyiapkan tali untuk mengikat Chandra.
“Tapi bagaimana cara dia membunuh? bukannya tak ada jalan keluar seperti jendela atau sejenisnya di sana? Seharusnya kalau dia membunuh pasti bertemu denganku kan?” tanya Keyla. “Baik lanjut ke cara membunuh. Pertama setelah berbisik ke Mira, Chandra memang ke kamar Mandi, untuk menghindari CCTV dia keluar lewat sana. Saat di halaman, kamera 3 dilepar batu sampai rusak, lalu semua sumber daya dimatikan, makanya bisa mati lampu, di sana terdapat pintu ruang rahasia, Chandra memasuki ruang bawah tanah yang tembus ke ruang dimana Mira berada, sebelum lampu menyala Chandra melakukan aksinya lalu kembali bersembunyi di ruang bawah tanah itu, kau tau Tuan Tom sebenarnya juga menyadarinya makanya dia marah-marah saat di control room, cuman Tuan Tom membuat alasan dia sedang menyembelih ayam, padahal dia mencoba menangkap Chandra, dia juga yang kembali menyalakan sumber daya, mengetahui ancaram terbesar adalah Tuan Tom, Chandra lalu membunuhnya saat Tuan Tom memetik buah,” jelasku
“Tapi kenapa membunuh Naura? bahkan Brian, ” tanya Daffa. “Sama seperti Tuan Tom, Naura juga mengetahui seluk-beluk dan masa lalu dari villa ini, dia bahkan sempat bilang sudah tau siapa pelakunya, namun karena tak ada bukti dia tutup mulut, mengetahui itu pasti Chandra kembali merasa terancam, makanya membunuh Naura.”
“Bagaimana dengan Brian?” tanya Tiara. “Ada dua kemungkinan, yang pertama Brian berada di tempat dan melihat membunuhan Naura, yang kedua untuk menciptakan teori patah hati karena ditolak, arti dari teori ini Brian yang membunuh Mira lalu karena Tuan Tom dan Naura hampir mengetahuinya Brian membunuh mereka, tapi karena rasa bersalah Brian bunuh diri, dengan ini si pembunuh bisa selamat.”
“Apa ini? apa bener itu gue? Lu nuduh cuman karena baca gerakan bibir gue kan, lalu lu nyambungin dengan bukti yang gak ada kaitannya sama gue,” Chandra menyangkal semuanya. “Ouh buktinya kurang kuat? Kalau begitu jelaskan foto ini, anak ini begitu mirip denganmu,” ujarku memberi foto keluarga yang telah ditunjukan sebelumnya, “Liat baik-baik, tak ada tanda lahir di lengannya kan?” sangkal Candra. “Awalnya aku juga terkejut anak ini mirip denganmu, namun tanda lahir itu memang tak ada pada lengan anak itu, tapi…” aku menatap Tina.
Tina mengeluarkan foto keluarga yang lengkap, sepasang kekasih dan kedua anak kembar, salah satunya memiki tanda lahir seperti Chandra. “Di foto pertama kau tak ada karena sedang di rumah sakit, di foto kedua kamu ada.” Chandra teridam dia kalah telak.
“Lanjut ke tujuan dan motif, kau mau menjelaskannya sendiri atau oleh polisi? Bukti yang kami kumpulkan sudah cukup untuk menyeretmu ke penjara,” Chandra cengengesan, “Genius! Tuan detektif memang genius! Memang benar, akulah hantu dari masa lalu itu! Aku yang akan mengambil semua yang seharusnya menjadi miliku. Kau tau kedua orangtuaku adalah orang yang baik, dulu orangtua Mira itu miskin, dia dibantu oleh ayahku sehingga bisa sesukses ini, namun saat dia sukses ayah Mira menjadi serakah, bahkan menghalalkan segala cara demi mendapatkan semua harta ayahku, sampai-sampai dia menyewa pembunuh bayaran dan membunuh kedua orangtuaku,” jelas Chandra
“Begitu, lalu untuk apa ini semua?” tanyaku. “Agar ayahnya Mira merasakan hal yang sama seperti yang kurasakan, lagipula jika Mira mati aku dapat kembali merebut harta ayahku yang telah diambil mereka.” “siluet itu juga kau?” tanya Tina. “Yah karena merepotkan aku juga ada niat membunuhmu,”
Lalu aku mengemut sebatang permen “Baiklah kasus selesai!” Semuanya lalu bertepuk tangan merayakan keberhasilanku yang telah memecahkan kasus ini.
“wah hebat kalian, gak nyangka selesai kasusnya, gimana permainan detective seru kan?” Mira muncul dari balik pintu, disusul Naura dan Tuan Tom yang membawa sebuah peti, tak lama Brianpun juga terlihat mendekat ke arah kami. “Iya acting kalian hebat banget, akupun sampe sulit nyari pelakunya hehehe,” balasku.
“Gimana Fer, udah nemu tiga kunci dari Manda?” tanya Mira. Lalu aku mengeluarkan RGB-key dan memberikannya kepada Mira, apakah ini kunci untuk membuka peti itu? Penasaran aku terus memperhatikan peti itu, lalu perti tersebut dibuka dan aku melihat secarik kertas dan kue ulang tahun di sana.
“Ini hadiah buatku?” tanyaku, “bukan lah, baca dulu suratnya,” ujar Mira. Aku membacanya, dan alahkah terkejutnya aku ketika yang nulis ini adalah Author gue, katanya dia bakalan datang ke sini.
“Wah kapan dia ke sini?” tanya Raisya.
Lalu tiba-tiba Manda muncul bersama seorang cowok, cowok itu tersenyum menyapa kami dengan ramah. “Wah Author Mif!” teriak Tina. Para cewek berteriak kegirangan, langsung menggandeng lengan si Author, “Ih kak Author kok bisa sampe ke sini?” tanya Raisya. “Iya nih aku harus nulis dulu 4 chapter special dalam 1 hari prosesnya lama, ditambah ini genre misteri, harus mikir banyak, untung aja si detectivenya dapet 3 kunci itu, dan selesai sebelum jam 12 malem,” jelas si Author
“Author mif lagi ulang tahun loh, bentar lagi pas jam 12 sekaligus pergantian tahun,” ujar Manda. “eh cepet nyalahin lilinnya,” pintaku.
Tuan Tom menyalakan lilin, lalu Naura membawa kue tersebut ke Author Mif, sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun, sampai ketika lagu selesai jam menunjukan hampi pukul 12 malam, kami mulai menghitung mundur.
“Semuanya untuk pergantian tahun sekaligus ulang tahu Author kita, ayo hitung mundur!” teriaku. “10… 9… 8… 7… 6… 5… 4… 3… 2… 1”
Lilinpun ditiup lalu muncul ledakan kembang api berwana dari luar, kami semua keluar dari villa dan melihat langit malam dihiasi warna-warni kembang api, sungguh indah, kami semua berharap semoga harapan di tahu depan dapat tercapai
“Selamat tahun baru untuk semua dan selamat ulang tahun untuk Author Mif.”
Tamat
Cerpen Karangan: Miftah Blog / Facebook: Miftah Abdul Fatah