“Jam berdetik, meja mengetuk. Dengar, dengarlah ini pintu terketuk. Lihat hati-hati, jangan berbalik. Ku tak ingin kau hilang sedetik.”
Suara itu terus mengganggu tidurku tiap tengah malam, padahal di tempatku ramai orang alias rumahku dikelilingi tetangga yang baik. Tahun ini merupakan tahun burukku, bagaimana tidak kalimat-kalimat itu terus menerorku. Apakah ada yang salah antara aku dan orang lain? Atau dengan karyawan tokoku? Selama ini aku tidak pernah mengindahkan kalimat-kalimat bodoh itu karena aku disibukkan dengan usaha tokoku ini.
Suatu malam ketika toko akan tutup aku melarang salah satu karyawanku untuk pulang dengan memberinya upah lembur pasti akan bahagia dia. Aku melarangnya pulang dan menginap di sini untuk menguji apakah dia juga mendengar atau tidak.
“Lihatlah belakang dan ikuti irama. Semua masih berlaku apalagi karma.”
Seketika semua bunyi menghilang saat ada kalimat-kalimat bodoh yang aku tidak mengerti. Apakah ini hanya khayalanku saja atau memang ada?. Pagi itu aku bertanya kepada karyawanku yang menginap, namun semua nihil dia tidak mendengarkan apa-apa kecuali jeritanku malam itu yang cukup mengejutkan dia. Aku hanya menatapnya bingung dan mulai memikirkan hal aneh.
“Tik… Tok… Tik… Tok… Jam mulai berdetik. Tok… Tok… Tok… Tok… Meja mulai mengetuk. Ikuti alunannya dengar baik-baik.”
Jam enam sore saatnya tutup toko. Anehnya ada selembar kertas merah bertuliskan kalimat aneh lagi. Mungkin hanya orang jahil saja yang ada di pikiranku sambil melanjutkan menutup toko. Baru selangkah belum genap, tiba-tiba saja radio dan musik menyala tanpa sebab. Dalam radio tersebut mengatakan kalimat aneh yang isinya.
“Ingatlah aku yang di sisimu berada. Kau duduk berdiam di depan meja. Mengalunkan musik yang tak berirama. Nikmati kelanjutannya melodi lasa. Ku tak yakin kau sanggup mendengarkannya.”
Sontak aku termenung tak bisa berlari sedikitpun dan darah seperti mengalir ke bawah tanpa izin. Beberapa menit aku mengingat kembali kata-kata “Jangan berbalik” aku dengan bodohnya mengikuti kata-kata itu dan berlari menuju tempat yang aman bersembunyi.
Berakhir di dalam lemari aku mendengarkan suara meja berketuk dan pintu terbuka berjalan pelan ke arahku, dengan pelan, sangat pelan, sampai semua sunyi dan jam jam yang berdetik sangat keras. Kututup telinga karena kalimat-kalimat bodoh itu kembali muncul. Aku keluar dari lemari dan lari sekencang mungkin tanpa lihat ke belakang, hanya saja aku penasaran dengan sosok itu yang mengejarku tanpa henti. Sampai pintu depan yang kutemukan, namun naas pintu itu tiba-tiba saja terkunci sendiri. Dengan terpaksa akupun berbalik dan sosok itu tepat di depan wajahku. “Aaaaaaaahhhhh….” Jeritku yang terkejut saat itu.
Aku membuka perlahan kelopak mataku yang tertutup rapat, aku tergantung diri di kamar berhawa dingin dan tangan kananku membawa pisau dengan sayatan di bagian pergelangan tangan kiri. Aku merasakn bahwa dia di belajangku sedang memainkan sesuatu yang merusak telinga, dengan dinding kamar penuh tulisan “Siapa Aku?” dan “Alunan Melodi Lasa”
Cerpen Karangan: Trias Facebook: Agus Triyono Umur: 20 tahun Menyukai puisi dan cerpen sejak kelas 2 SMP. Pernah membuat dan mempublikasinya, namun sayang keberuntungan bukan dipihaku. Mungkin kurang baik dalam menulis cerpen tapi saya yakin jika terus berusaha pasti akan ada jalannya.