Tik… tik… tik… Bunyi jam di kelas 12 bahasa 3 menunjukan jam 6 sore. Seorang gadis telihat seperti sedang menunggu seseorang, tapi sepertinya orang yang ia tunggu tak kunjung datang. Akhirnya gadis itu memutuskan untuk berjalan kaki saja.
Saat ia sedang berjalan kaki, ia merasa bahwa seseorang tengah mengikutinya dari belakang. “Latasha…” Gadis itu sontak menoleh ke belakang, terdengar jelas bahwa seseorang memanggil namanya dengan lirih. Dengan kalang kabut gadis itu berlari sekencang mungkin meninggalkan area sekolah.
“Kenapa… Kenapa Latasha? Kenapa?” Serang gadis terbangun dari tidurnya dalam keadaan banjir keringat. Ah… mimpi sialan itu lagi, pikir si gadis. Gadis itu bernama Latasha Aurora, seorang gadis berusia 18 tahun, dia adalah gadis yang sama dengan gadis yang di sekolah tadi.
Latasha memutuskan untuk ke dapur mengambil minum dan menenangkan dirinya. Saat ia mengambil minum, tiba-tiba terdengar suara tv menyala, padahal dia sama sekali tidak menyalakan tv. Lalu terdengar suara orang sedang berlarian, disusul dengan tawa lembut seorang perempuan. Dengan terburu-buru Latasha berjalan menuju kamarnya. Saat di tangga, tiba-tiba sepasang tangan menarik kakinya, menyeretnya kembali ke bawah.
Latasha dengan terburu-buru kembali mencoba naik ke lantai atas. Dia menuju ke kamar orangtuanya. Dor dor dor, dia menggedor kamar orangtuanya. Tak lama pintu terbuka menunjukan wajah setengah sadar sang ayah, “heh… Ada apa malam-malam begini kamu menggedor pintu kamar kami?” “Ayah… A-ada hantu, ada hantu di rumah ini ayah. Dia tadi mencoba melukaiku, ayah.” “Mungkin itu hanya halusinasimu saja, cepat san kembali ke kamarmu dan tidur.” Dengan terpaksa Latasha kembali ke kamarnya, karena ayahnya tidak mempercayai ucapannya.
Latasha mencoba untuk kembali tidur. Saat ia berada di alam bawah sadarnya, ia tiba-tiba ditarik ke suatu tempat. Di sebuah sekolah terlihat kobaran api membara, orang-orang di sekolah itu berhamburan ke sana ke mari, mencoba menyelamatkan diri. Seorang gadis dengan kursi roda terlihat kesusahan, saat berada di dekat tangga ia kebingungan bagaimana caranya turun. Lalu gadis lainnya datang, si gadis di kursi roda terlihat senang melihat gadis itu.
“Latasha syukurlah kamu cepat. Ayo bantu aku turun, apinya semakin menyebar.” Latasha terlihat sedih lalu… “Maafkan aku Ladaishea, apinya makin menyebar, kalau aku membantumu aku mungkin akan mati terbakar. Maaf…” Lalu Latasha meninggalkannya begitu saja. Shea terlihat syok, tak menyangka kembarannya akan meninggalkannya. Latasha berbalik sebentar melihat Shea, lalu Shea mengucapkan satu kata yang selalu menghantui pikiran Latasha, “Kenapa…?” Gedung sekolahpun meledak tepat setelah Latasha berhasil keluar.
“Kenapa?” Kata itu kembali terngiang. “TIDAKKKK PERGI!! KAU SUDAH MATI!!! JANGAN GANGGU AKU LAGI!!! PERGIII!”
—
“Apa dia selalu seperti itu?” Tanya seorang pria paruh baya “Ya nyaris setiap hari.” Jawab pria lainnya yang memakai jas warna putihnya.
Cerpen Karangan: Acedia