Aku sering mengalami pengalaman mistis. Bermula saat aku berumur sekitar 8 tahun atau 9 tahun. Dan sejak kejadian itu, aku mulai bisa merasakan, mendengar, melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat kebanyakan orang..
Hari itu adalah hari yang paling gembira untukku. Kenapa begitu? Di kantorku, tanpa sepengetahuan atasan dan pimpinanku, untuk menghemat kuota internetku, aku mendownload lagu Kulihat Ibu Pertiwi. Sudah berapa hari ini aku disibukkan dengan pekerjaanku di kantor dan sampai di rumah yang tersisa hanya kelelahan dan tertidur lelap sehingga belum sempat mendownload lagu kesukaanku sejak beberapa hari belakangan ini.
Setelah berhasil didownload, sepanjang hari di kantor, telingaku tidak pernah lepas dari headset untuk mendengar lagu itu. Ketika malam tiba, sebelum tidur, lagu itu kudengarkan lagi dan kuhayati. Seketika terlintas di benakku kejadian aneh dari lirik-liriknya. Kejadian itu seperti flashback ke masa lalu.
“Kulihat Ibu Pertiwi sedang bersusah hati Air matanya berlinang bak intannya terkenang..”
Mendengar lirik ini terlintas begitu saja di pikiranku sesosok wanita usia 40 tahunan, sedang menangis tersedu-sedu di bawah dipan, meratapi kepergian seseorang yang amat dicintainya. Awalnya aku tidak mengetahui siapa orang yang dicintainya. Tetapi setelah aku mendengarnya berkali-kali, aku baru menyadari bahwasanya suaminyalah yang dicintainya telah meninggal dan sedang terbaring di dipan.
“Hutan, gunung, sawah, lautan, simpanan kekayaan.
Mendengar lirik ini terlintas di pikiranku sesosok tentara atau prajurit atau mungkin polisi sedang bersedih hati memandangi keindahan alam indonesia. Dia merasa sebentar lagi akan meninggalkan tanah air tercintanya yang selama ini dia bela. Semakin mendengarkan lirik ini, muncul dipikiranku kalau dia meninggal karena jantungnya ditembak musuh saat sedang tempur atau mungkin sedang berperang. Ia terjatuh ke tanah sambil memegangi jantungnya yang berlumuran darah. Pikiran terakhirnya sebelum meninggal teringat akan Indonesia, akan tanah air yang dicintainya.
“Kini ibu sedang lara, merintih dan berdoa..”
Lirik ini beralih pada seorang ibu yang menangis tadi. Ia masih belum bisa melepas suaminya.
Pukul 06.40 tiba saatnya aku berangkat kerja. Kulangkahkan kakiku dengan penuh damai menyambut pagi yang terlihat tenang namun sedikit sendu. Kusimpan handphone dan headsetku di dalam tas karena aku tidak mau pagi ini diganggu suara-suara handphone apalagi musik. Tidak jauh dari tempatku berjalan, di pinggir jalan di sebuah rumah terlihat banner dukacita atau bunga papan dukacita dari kepolisian. Aku terkejut, kenapa dari kepolisian? Apakah ada yang terkena salah tembak polisi hingga meninggal sehingga polisi harus bertanggungjawab lalu sebagai ungkapan dukacita dibawakannya banner tersrbut? Semakin dekat jarakku dengan rumah itu, kuperhatikan satu per satu orang yang datang melayat. Rasa ingin tahuku semakin menjadi, kuperhatikan pintu masuk rumah berharap bisa melihat kejadian yang sebenarnya walau dari kejauhan namun tidak melihat apapun selain beras dan minyak di dekat pintu masuk.
Tiba di kantor, aku bertanya pada temanku yang kebetulan rumahnya dekat dengan rumah tadi.
“Memangnya siapa yang meninggal, San?” tanyaku. “Oh itu Pak Anwar, kak. Tadi pukul 5 pagi beliau meninggal,” jelas Sandy. “Meninggal kenapa?” tanyaku lagi. “Kena serangan jantung, kak. Beliau memang ada riwayat penyakit jantung juga. Kambuh seminggu yang lalu sampai tidak bisa jalan cuma bisa berbaring di tempat tidur akhirnya meninggal pagi tadi,” jawab Sandy.
Mendengar ini, aku terkejut bukan kepalang. Terkena serangan jantung? Bukankah sejak kemarin pikiranku terlintas pada sepasang suami istri yang mana suaminya meninggal karena jantungnya ditembak? Rasa penasaranku bertambah dan kutanyakan lagi pada Sandy.
“Dia polisi? Tentara?” “Polisi, kak. Sudah lama beliau jadi polisi. Suaminya asli orang Bali. Pindah ke daerah sini,” jelas Sandy. “Kok kakak tahu beliau polisi?”
Aku termangu mendengar jawaban Sandy. Polisi? Sakit jantung? Aku mulai menerka-nerka, dalam kepercayaan agama Buddha terdapat reinkarnasi atau kelahiran kembali, mungkinkah di kehidupan yang lampau dia seorang tentara atau mungkin polisi juga sama seperti sekarang yang mana jantungnya ditembak dan berakibat di kehidupan ini harus terkena serangan jantung? Ataukah dulunya dia seorang tentara atau mungkin polisi juga yang mana orang yang menembak dirinya adalah dirinya sendiri sehingga dia harus menanggung karma buruknya di kehidupan ini dan berakibat terkena serangan jantung? Oh astaga, aku benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Terlalu banyak pertanyaan yang menyelimuti pikiranku dan aku sedikit pusing pagi itu.
Kejadian itu adalah awal dari kemampuan baruku. Dan setelahnya, aku mulai melihat kejadian yang akan datang baik dari sebuah lagu atau hanya sekedar melihat sesuatu saja. Kejadian itu seperti potongan-potongan film yang muncul dipikiran. Terkadang aku tidak tahu maksud dari potongan-potongan tersebut sehingga aku harus mencari tahu sendiri arti yang terkandung di dalamnya. Tetapi sering kali aku telat memahaminya dan baru menyadarinya setelah kejadian itu telah terjadi. Aku bukanlah Tuhan yang tahu segalanya. Tapi aku senang dengan kemampuanku ini. Dan aku bangga karena aku berbeda dari kebanyakan orang lain.
Cerpen Karangan: Lianna Dewi Blog / Facebook: Lianna Dewi