Ekskul Drama Club, ekskul yang menguasai panggung dan aula sekolah. Setiap pulang sekolah pasti aula dikuasai mereka. Sedangkan diriku Kyln memiliki peran penting di club tersebut sebagai pengatur lampu, “Akulah Kyln Lampu” sambil melakukan gaya di ujung platform dimana ada spotlight. “Hey ketua, pesanan datang” diriku berbalik melihat Keira yang membawakan Ayam penyetku. “Ih Kei kita kan di Drama club bukan Gaming club, aku kan bukan ketua di ekskul ini” “Yah kau ketua lampu” dia mengusap kepalaku dengan sedikit mengacak rambutku.
Diriku menjelaskan pada Keira bahwa tidak ada orang yang ingin mengambil tugasku ini, semua berfokus pada panggung. Terus dia melanjutkan dengan mengatakan, kalau diriku mengambil tugas ini karena diriku bisa lari bermain hp ketika ada acara atau ceramah di aula. Dengan alasan bahwa diriku bekerja mengatur lampu. Walaupun itu benar… ketika ceramah tamu dari pemerintah mengenai penggunaan narkoba, atau pas pendidikan digital, atau pas semua dicermahi ketika ada yang salah. Mengingatnya lagi membuatku sedikit tersenyum tetapi senyum itu sedikit terhapuskan melihat ayam penyetku ada sambelnya.
“KEI!! Kan gue udah bilang gak bisa makan pedes” “Oh iya! Sorry gue lupa bilang, sini gue bersihin”
Kemudian di tengah cakap-cakap kami, keributan terjadi di depan panggung. Keira mempertanyakan hal tersebut, yang membuat diriku harus menjelaskan bahwa hari ini adalah pemutusan pemain. Setelah beberapa menit kami turun dari platform yang seperti lantai dua ruangan aula tersebut. Kami menanyakan mengenai kejadian yang terjadi terhadap dua teman kami. Asep, teman yang sangat unik dan memiliki kepercayaan yang tinggi. Walau wajahnya tidak mendukung tetapi berkat keahliannya dan kelucuannya membuatnya dapat peran. Kemudian ada Kurua lelaki dengan wajah dewasa karena kumis tipis serta jenggotnya ini menjadi direktur dan sutradara untuk tim kedua pentas semester ini.
Mereka menjelaskan bahwa terjadi perdebatan antar siapa yang menjadi pemain utama pada tim satu. Karena biasanya tim dua memainkan drama sampingan saja. Tetapi diriku tidak bisa menahan diri harus memuji teman-temanku Kurua dan Asep yang dapat memainkan adegan di drama pentas semester ini. Mereka hanya menyampingkan pencapaian mereka, itupun belum tentu mereka sukses.
Dalam beberapa minggu terakhir kami berlatih dan tentunya diriku harus berada di sana untuk mengatur lampu. Kemudian dalam beberapa kali latihan terjadi beberapa gangguan di panggung, dari panggung lantai yang roboh, hingga peralatan yang hampir mencelakai pemain. Untung saja tidak menjadi masalah apapun karena diriku selalu memeriksa lampu sebelum dan sesudah hingga dua kali. Tentunya diriku bangga dengan hal tersebut, karena integritasku lah yang membuat diriku dipercaya akan posisi ini.
Pada gladi bersih, sehari sebelum pentas. Ketika semua orang telah selesai latihan, hanya diriku dan Keira yang tersisa. Kemudian kami pergi ke kamar mandi untuk cuci tangan. Keira bersikar untuk diriku menggunakan sarung tangan ketika memeriksa lampu karena debu serta lampu yang penuh oli. Diriku menolaknya karena diriku tidak bisa menyetel lampunya menggunakan sarung tangan yang kebesaran untukku.
Sepulang itu kami juga berpapasan dengan si pemeran utama di tim satu. Falerisia, seorang yang sudah memainkan sinetron dan juga sangat cantik. Keira dan diriku juga tidak dapat menyangkal fakta tersebut. Ia masih menunggu taxi online, setelah bercakap Keira dan diriku berjalan menuju parkir motornya. Keira melamun sebentar di samping motornya ketika ingin mengenakan helmnya. Ketika ku bertanya mengapa ia hanya bergumam tangan kiri. Kemudian ketika dia kembali tersadar dia meminta maaf kepadaku. Terkadang hal seperti ini membuatku kesal tetapi dia sedikit imut ketika melakukannya.
Esok harinya ketika pentas, tim kedua berhasil melakukannya dengan sukses. kemudian ketika tim pertama, dan pemain utamanya bermonolog di tengah panggung bersama pasangan lelakinya yang menjemputnya. Gorden ditutup salah satu lampu sorot di langit-langit panggung copot dan menggantung, berayun mengenai pemain utama Falerisia pingsan serta pasangan lelakinya mendapat luka lebam pada wajahnya. Tentu saja diriku dimarahi saat itu juga ketika istirahat, oleh ketua ekskul kami. Diriku sudah ingin menangis ketika itu, tetapi kemudian Keira memotong kata-kata ketua. Keira menunjukan sarung tangan kostum putri Falerisia yang sedikit menghitam di ujungnya. Juga menunjukan bahwa sarung tangan khusus membenarkan lampu juga digunakan. Ia menunjukan kebiasaan diriku yang sering tidak menggunakan sarung tangan. Bekas oli hitam pada sarung tangan Falerisia menunjukan ini perbuatannya sendiri apapun tujuan awalnya.
Ketua club Drama kami, Clodia kemudian berkata “bahwa kak Ren yang sekelas bersamanya merekomendasikan diriku untuk membantu club drama di bagian lampu karena kinerjaku pada acara MUN”. Kemudian pada saat itu juga ia menghukum diriku dan Keira untuk memainkan perannya Falerisia dan pasangannya untuk apapun yang terjadi, karena the show must goes on katanya. Aku beralasan bahwa aku harus mengurus lampu tetapi ketua menugaskan Asep dan Kurua menggantikanku di bagian lampu, membuatku sedikit menyesal mengajarkan mereka mengenai lampu.
Melihat Keira menggunakan baju pangeran membuat wajahku memerah. Kemudian diriku bertanya, “bagaimana dengan diriku?” ia mengatakan bahwa diriku sangat cantik yang membuatku makin berdebar. Setelah memainkan beberapa adegan, Falerisia yang baru sadar meminta maaf padaku dan diriku bukanlah target yang ia ingin lukai. Diriku memaafkannya tetapi apapun alasanya, dia seharusnya tidak harus sampai sejauh itu hingga harus melukai seseorang.
Keira kemudian datang dan berbisik pada Falerisia. Diriku hanya mendengar kata opsional. Ternyata diriku baru sadar apa yang mereka bisikan. Pada adegan terakhir, karakterku ditikam oleh pasangannya sendiri dan sang pasangan meminta maaf pada pasangannya ketika karakterku mati. Ketika Keira sudah menikam diriku di atas panggung, kuucapkan dialog terakhirku dan mengatakan “aku selalu mencintaimu, pangeranku” tanpa sepengetahuanku Keira menciumku di bibir di atas panggung dan membuat semua orang terdiam hingga tirai ditutup. Wajahku yang memerah terus memerah bahkan ketika semuanya selesai dan bertepuk tangan.
Banyak yang memuji Keira dan aktingnya setelah itu, mereka bahkan mengajaknya untuk bergabung dalam ekskul. Setelah bersih-bersih, diriku bertanya mengenai kasus hari ini. Ia menjelaskan bahwa Falerisia menargetkan pemain antagonisnya yang merupakan seorang influencer di sosial media. Ini terbukti dari lampu yang tepat selalu berada di atas pemain sang antagonis. Ketika ku menanyakan mengapa alasan ia melakukan hal tersebut, Keira menjawab bahwa alasannya tersebut menjadi bukti kedua. Setelah Keira menjelaskan alasannya, diriku hanya berkata, “Demi apa!? Hanya karena gitu doang?!”. Membuat diriku berpikir dua kali untuk menjadi artis.
Cerpen Karangan: Ymir youtube.com/channel/UCYAK-3X57hzjIRVLBxXdSIA