Kamis, 2 agustus 2018 Pagi itu, jam 7.15 aku telah sampai di sekolah. Memasuki lorong kelas aku melihat di papan informasi terdapat sebuah poster lomba membuat cerpen. Aku melihat lebih banyak tentang informasi lomba tersebut. Hadiah dari lomba tersebut sangat banyak. Aku pikir ini adalah jalan untuk membantu keluargaku.
“Asril!” teriak amel berlari ke arahku. Amel adalah murid kelas sebelah, aku dikenalkan oleh noval teman kelasku. Aku merasakan bahwa amel menyukaiku tapi aku bodo amat saat itu.
Saat jam pelajaran dimulai aku berpikir cerpen apa yang akan kubuat? Aku mendapatkan ide untuk membuat cerpen bertema misteri. Dengan 3 orang detektif yang memecahkan berbagai masalah dan kasus.
Sekitaran jam 9.30 bel istirahat pun berbunyi. Aku mengajak noval dan indra untuk nongkrong di kantin belakang dan membahas tentang cerpen yang akan kukerjakan. Aku meminta mereka memberikan ide atau saran untuk kasus-kasus yang akan aku pakai dalam cerpenku. Karena aku tahu mereka menyukai hal berbau detektif sama sepertiku. Kami berpikir lama sekali.
“Anj*ng. Susah banget cari kasus buat cerpen lo.” kata indra yang pusing memikirkan ide cerita “Gimana kalau… Kita buat tim detektif di dunia nyata aja?” saran noval sedang menyandarkan kepala ke dinding. “Gue juga mau gabung dong? Biar bisa pecahin kasus sama asril” kata amel yang dari tadi menguping pembicaraan kita.
Aku melihat mata indra dan noval yang mengisyaratkan jangan menyetujuinya. Dan akupun mengatakan kami tidak ingin melibatkan perempuan, karena beberapa perempuan mengambil asumsi tanpa mengetahui fakta yang ada. Dan itu bertantangan dengan cara detektif bekerja.
Akhirnya kami membentuk tim detektif yang terdiri dari aku sebagai sang iterrogator, noval sebagai pengintai dan indra sebagai pencari bukti yang ada di tkp. Kami memberi nama “The th1rd inqstr”
Case 1: pencurian pena berantai Kami pun kembali ke kelas karena bel telah berbunyi. Sesampainya di kelas noval berkata ia telah kehilangan pena. Ia bertanya pada teman disebelahnya haikal, tapi ia tak mengetahuinya. Temanku disamping juga berkata beberapa hari terakhir banyak pena yang hilang secara misterius dan itu terjadi saat keluar main.
Hilangnya pena itu tidak wajar karena orang yang kehilangan pena sesuai dengan absen kelas. Dan hari ini pena yang hilang adalah milik noval berarti nama selanjutnya adalah nama yang huruf depannya n, o, p… Sampai habis. Tetapi aku yang huruf depannya a tidak kehilang satu pena pun. Kalau aku tidak pecahkan kasus ini, pasti aku akan dituduh pencurinya.
Sekitaran jam 13.00 bel pulang berbunyi. Aku mengajak indra dan noval untuk nongkrong kembali di kantin belakang, karena itu sudah menjadi basecamp kami. Aku mengatakan bahwa masalah ini sangatlah menarik dan aku berniat untuk memecahkannya, jika masalah ini terpecahkan kita bisa memperluas jangkauan tim detektif kita.
“Bener juga! Tapi… Kita tidak punya bukti apa-apa untuk kasus ini” kata noval. “Yang ada di kelas saat jam istirahat tadi siapa? Ada yang tahu?” tanyaku “Seingat gua ada silo yang sedang mengerjakan tugas, faisal yang sedang main hp, dan haikal yang sedang makan di kelas.” kata indra sambil mengingat-ingat. “Kita bagi tugas saja gimana? Indra tugas lo mengumpulkan bukti-bukti yang ada. Noval tugas lo memata-matai silo, faisal dan haikal. Sedangkan gua nanti bakal interogasi setiap tersangka yang sudah kita dapat buktinya. Waktu kita cuma 10 hari, karena nama di absen tersisa 10 orang setelah lo… Noval. Buruan kawan-kawan, mari pecahkan kasus pertama kita.” seruku sambil berdiri.
Waktu menunjukan pukul 13.26, kita semua pun pergi dari kantin dan datang ke kelas untuk mencari bukti. Aku mencari di bangku depan, noval mencari di bangku belakang dan indra mencari di bangku tengah. Aku menemukan penutup pena snowman yang umum digunakan di bawah meja faisal, aku mencatatnya ke dalam buku noteku. Noval mendapatkan kertas yang dicorat-coret di laci silo dengan berbagai ukuran diameter. Ada yang tinta cair, ada yang biasa saja dan warna warni juga ada. Aku juga mencatat itu di noteku. Kami tidak menemukan apapun di sekitar meja haikal kecuali sisa-sisa makanan.
“Kayaknya penyelidikan kita sampai di sini dulu, besok kita pantau para tersangka. Dan aku yakin besok pena yang hilang adalah penanya novelia.” kataku kepada kedua rekan tim. “Aku juga berpikir seperti itu.” sahut noval dan indra bersama.
Setelah 20 menit mencari bukti. Aku memutuskan untuk pulang bersama kedua rekan timku. Dalam perjalanan, noval mencurigai haikal karena haikal saat itu duduk sangat dekat dengan bangku noval. Sedangkan indra, dia memikirkan hal yang berbeda dengan noval, tapi ia tak mau mengatakan sebelum kita dapat banyak fakta. Aku juga setuju dengan indra.
Sesampainya di rumah, aku menenangkan pikiranku agar jangan dulu mengambil asumsi. Aku pun pulang dan bermain game.
Jumat, 3 agustus 2018 Jam 07:17 aku sudah di muka gerbang sekolahku, mengikuti haikal dari belakang aku heran kenapa dia tidak mengambil jalur ke kelas, rupanya ia menuju ke kantin belakang untuk makan. Seharusnya aku sudah menduga hal itu akan terjadi.
Aku ke kelas, indra dan noval ternyata sudah sampai juga. Faisal saat itu tidak masuk sekolah. Aku memberi isyarat kepada noval dan indra untuk memperhatikan haikal dan silo. Jam pelajaran dimulai kami pun belajar. Aku melihat haikal meminjam pena pada noval, seingatku haikal adalah anak orang kaya dan tidak mungkin ia tidak memiliki pena. Apakah itu akting? Atau memang bukan dia pencurinya.
Jam 09:30 bel istirahat berbunyi. Aku menghampiri meja noval dan indra yang berdekatan, aku mengatakan kepada mereka berdua untuk mengikuti haikal kemanapun ia pergi, sedangkan aku tetap disini dan menanyai silo beberapa pertanyaan.
Beberapa menit kemudian haikal pergi kemudian indra dan noval mengikutinya sesuai perintahku. Melihat dikelas hanya aku dan silo. Aku pun menghampiri mejanya dan duduk disebelah.
“Silo, pinjam pena dong! Mau menggambar nih, bosan.” kataku sambil menjulurkan tanganku untuk meminjam pena. “Iya bentar.” kata silo sambil membalikan badan untuk mengambil pena dalam tasnya.
Silo memberikanku pena warna biru dengan kata-kata yang sudah pudar, yang aku lihat saat itu hanya ada huruf s. Baru beberapa detik silo memintaku untuk mengembalikan pena tersebut, katanya itu adalah pena spesial pemberian dari perempuan yang ia sukai. Ia mengambil pena dan memberikan pena yang lain.
“Cie… Btw pena lo banyak juga, jangan-jangan…” kataku sambil melihat pena yang banyak dalam tasnya. “Jangan suuddzon lu gblk!, gua banyak bawa pena supaya kalo pena gua dicuri gua ada banyak cadangan.” katanya memotong perkataanku. “Emang gua bilang lo pencurinya? Gak kan” “Gua tahu lo bakal mengarah ke arah situ” “Santai aja, lagian masih lama buat semua pena di kelas dicuri. Masih 10 orang lagi kan?” Disitu silo terdiam. Kamudian bel masuk pun berbunyi, aku melihat haikal, noval dan indra memasuk kelas.
Saat beranjak pergi aku memberikan pena yang kupinjam pada silo. “Sudah ambil aja, punya gua masih banyak” katanya sambil bersiap untuk belajar. “Oh oghey, makasih yah…” kataku sambil beranjak pergi.
Jam 11.05 bel pulang berbunyi karena hari jumat jadi pulang lebih cepat. Aku mengajak kedua rekanku untuk pergi ke kantin belakang. Kami mulai mendiskusikan apa yang terjadi tadi.
“apa yang terjadi saat kalian berdua mengikuti haikal?” “Biarkan indra yang menceritakan semuanya” jawab noval. “Saat itu kita berdua mengikutinya ke kantin, haikal sedang membeli makanan kita berdua juga melakukan hal yang sama dan duduk makan dengan haikal. Saat kita makan, ada percakapan yang menarik. Aku bertanya apakah penanya pernah hilang akhir-akhir ini dan kenapa dia selalu di dalam kelas saat istirahat. Ternyata alasan kenapa dia di kelas adalah penanya pernah dicuri dan dia mencurigai antara faisal dan silo pelakunya, makanya saat ada lo di kelas tadi bersama silo dia bisa mempercayai lo, asril…” cerita indra. “Tapi… Kita punya satu tes lagi ke haikal, tadi aku meninggalkan penaku di meja tepat didepan haikal. Besok kalau dia tidak mengembalikannya berarti dia masih menjadi tersangka.” sahut noval.
Aku pun menceritakan apa yang kulakukan bersama silo tadi dengan rinci. Dan saat aku menjelaskan ciri-ciri pena spesial yang silo sembunyikan, noval mengatakan bahwa itu mirip dengan ciri-ciri pena noval yang hilang kemarin. Indra mengatakan bahwa tadi tidak ada pena yang menghilang/dicuri dalam kelas, kebetulan sekali karena dua tersangka sedang diawasi dan satu tersangka tidak masuk. Yang seharusnya penanya si novelia telah dicuri. Aku juga mengatur rencana untuk menginterogasi silo besok saat jadwal kebersihannya.
Aku mengakhiri percakapan saat itu dan bergegas pulang karena aku mau jum’atan.
Sabtu, 4 agustus 2018 Jam 07:18 aku telah sampai ke sekolah dan menuju ke kelas. Di dalam kelas terdapat haikal yang sedang berbicara dengan noval dan aku melihat haikal memberikan sebuah pena pada noval. Aku bertanya dalam hati, apakah itu pena yang noval maksud kemarin? Berarti haikal bukan pelaku yang mencuri pena di kelas.
Jam 09.30 bel istirahat berbunyi, aku tetap duduk di tempat dudukku dan memantau sekitar, sedangkan noval dan indra mengerjakan tugas yang kemarin kita rencanakan.
Jam 13.00 bel pulang telah berbunyi. Beberapa murid telah beranjak pulang, tersisa kelompok piket kebersihan hari sabtu. Silo ditugaskan membuang sampah oleh teman sepiketnya. Ketika silo kembali untuk menaruh tempat sampah pada tempatnya, noval dan indra telah menunggu diluar dan memaksa silo untuk masuk ke kelas.
Ketika silo sudah di dalam kelas aku mempersilahkan silo duduk di meja guru dan menyuruh noval dan indra memegang tangan dan bahunya. Aku menutup semua gorden dan pintu kelas, lalu menyalakan lampu kelas yang redup. Aku mengambil tas silo yang masih di tempat duduknya, kemudian aku membuka zip tasnya dan menjatuhkan seluruh pena di meja guru. Silo tampak panik dan ingin mengamuk. Untungnya aku telah menyuruh noval dan indra menahan tangan dan pundaknya.
“Lepasin bangs*t! Ini tidak seperti yang kal…” “Diam! Dan jawablah semua pertanyaanku dengan cepat!” tegasku sambil memukul meja.
“Pertanyaan pertama. Lo kenapa mencuri semua pena di kelas ini dan mecoba menjebak gua?” aku bertanya dengan nada pelan sambil berkeliling di tempat duduknya. “A.. Apa? Maksud lo apa?” silo terlihat panik, bola matanya mengarah kesana kemari “Gua tahu lo dalang dari hilangnya banyak pena. Lo kenapa melakukannya?” tanyaku sambil menaikan nada bicara “Apa buktinya anj*ng? Semua pena itu dari… Eehh, dari… Ortu gua lah!” “Oh… Lo mau bukti? Pertama lo ada di kelas saat waktu istirahat, masa lo gak lihat pencurinya sih? Apa lo yang mencuri?” “Ya karena gua gak ada uang jajan!” “Ohh begitu? Bukti kedua. Kita menemukan sebuah kertas dengan coretan pena yang bermacam-macam jenisnya, mulai dari tinta cair, tinta biasa dan tinta berwarna biru. Apakah itu kertas untuk lo mencoba pena yang kamu curi?” “Eehh… I-itu…” “Bukti ketiga. Tentang pena spesial! Apa benar itu dari perempuan yang lo suka? Atau itu adalah pena yang lo ambil hari kamis lalu. Pena biru yang tulisannya sudah mulai pudar, huruf pertamanya adalah “S”, itu sebenarnya adalah pena noval. Huruf s tersebut adalah kata sky, langit adalah hal yang sangat disukai noval.
“Rupanya semua bukti sudah mengarah pada gua. Ya! Gua pencurinya, kalian memang hebat” “Kenapa lo melakukan hal itu? Dan tujuan lo apa menjebak gua? “Lo gak ingat ya? Bulan lalu lo merendahkan gua, lo mengatakan bahwa gua itu beban kelas! Maksud lo apa anj*ng. Gua tahu lo itu pintar! Ya… Sangat pintar merendahkan orang lain.” “Lo pikir itu gua seriusan? Itu semua hanya candaan, dan itu hanya di circle kita saja. Gua tahu ini sudah terlambat karena lo sudah salah paham dan sudah jadi dendam, sekarang gua minta maaf kalo gua ada salah sama lo.” “Iya… Gua maafin” “Sekarang kita bakal ambil semua pena dan lo bisa pergi dari sini.”
Silo pun pergi dan aku menyuruh noval untuk menyimpan semua pena tersebut untuk kita kembalikan di hari senin, aku menyuruh mereka untuk datang lebih cepat. Aku mematikan lampu dan menutup pintu, kemudian kita pergi pulang.
Senin, 6 agustus 2018 Jam 06:30, aku, noval dan indra telah sampai di kelas. Kami menaruh semua pena curian di meja guru dan melipat taplak meja agar menutupi pena itu. Aku menuliskan di papan tulis.
The th1rd inqstr
Case 1: pencurian pena berantai. Done! Motif pencurian: dendam pribadi
Thefirstcas3[-at-]gmail.Com Ttd. D. Pida, D. Bosa, D. Frigus
Kemudian kita pergi ke kantin belakang untuk merayakan keberhasilan kasus kita kali ini. Sekalian menuliskan cerita ini untuk menjadi kasus pertama di cerpenku.
Cerpen Karangan: The Third’s inQstr
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 8 Agustus 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com