“Mau coba mati sekali?”
Di pusat pengobatan kejiwaan, dua orang wanita tampak duduk berhadapan. Berambut pendek dan bergelombang itu adalah klien, memakai dress putih selutut. Sedangkan yang mengenakan stelan jas hitam adalah si penanggung jawabnya. Ia berprofesi sebagai Psikiater.
“Nyiioo sudah terlalu besar untuk mempunyai teman khayalan. Dia harus diterapi lebih intensif di rumah sakit.” Psikiater itu memberi jeda, ia lebih dahulu memperhatikan wanita di depannya lekat. “saya ingin menunjukkan sesuatu pada Anda.”
Setelahnya, ia mengambil sebuah remot dan mengarahkannya pada televisi yang terdapat di ruang itu. Ruang itu agak luas dengan perabotan bernilai tinggi. Sofanya terbuat dari kulit domba hingga memberikan efek kenyamanan berkali-kali lipat ketika diduduki. Dindingnya bercatkan cokelat susu di sisi bawah, dan atasnya memakai warna abu-abu sedikit kegelapan.
Lampu yang dipakai terbuat dari kramik yang disusun secara detail, memberikan kesan mewah dan elegan di waktu bersamaan. Terdapat beberapa foto yang tarpajang sempurna, berfigura bunga-bunga dengan motif senada. Dua di bagian belakang, empat di bagian depan. Di dekat lemari tv, ada semacam tanaman hias mengeluarkan aroma khas yang enak untuk dihirup.
Tv itu menyalah menampilkan sebuah rekaman anak kecil berambut sebahu tengah duduk memeluk boneka. Di rekaman itu terdengar seseorang mengatakan, “Bisa tolong ceritakan padaku tentang, Neon?” Anak kecil itu menjawab gamang, “Aku nggak bisa, Neon melarangku untuk memberitahu siapa pun. Katanya ini rahasia.” “Apa Neon akan marah jika kamu berbagi rahasia denganku?” Anak kecil itu mengangguk. “Tentu saja. Dia akan sangat marah dan menghukumku.” “Hukuman seperti apa?” “Hust …” Gadis itu melihat ke kanan dan ke kiri lalu mencondongkan tubuh ke lawan bicara. Ia berbisik, “Dia akan memasukkanku ke Neraka.” “Benarkah? Tapi Neon tidak ada di sini sekarang. Dia tak akan tahu kalau kamu memberitahuku.” Dengan tatapan teduh, anak itu memberi jawaban lagi. “Aku sudah berjanji nggak akan berbicara pada siapa pun kalau Neon membunuh dan mengubur Tio di taman belakang rumah.” “Tio? Siapa dia?” “Kucingku. Kamu tahu, Neon membunuhnya.”
Ketika anak itu menjelaskan, sebuah cuplikan adegan yang dialami dulu berputar di otak wanita berdress putih tersebut. Dari gelagatnya, ia adalah Mama dari si anak kecil yang ada di rekaman. Di ingatan itu, ia memberikan seekor kucing pada anaknya. Lalu di sebelah gadis itu, berdiri satu anak kecil laki-laki berwajah tirus pucat yang sama tersenyumnya dengan mereka. Ia memeluk anak perempuan itu dan menciuminya.
“Kata Neon, jika Tio masih di sini, Mama pasti akan lebih menyayanginya daripada aku.” “Kamu percaya?” “Tentu, dia temanku jadi aku percaya.”
Anak kecil itu kemudian mengajak si kucing bermain dengan gembira. Namun, lama kelamaan, ia pun mencekik kucing tersebut sampai tewas. Wanita itu pun kemudian mengubur si kucing sambil menangis.
Wanita itu kini tersedu memikirkan kembali nasib anak perempuannya tersebut. Ia kembali memperhatikan rekaman itu seksama. Melihat wanita di depannya menangis, Psikiater itu memegang tangan si Mama mencoba menenangkan. “Tenanglah!” Si Mama mengangguk sesekali mencoba agar isakkannya tak keluar lebih jelas. Ia menyentuh bibir berkali-kali dengan tangan kanan. Setelah sesi pertemuan itu selesai, si Mama kemudian kembali ke mobil dengan Psikiater yang mengantar sampai depan. Di dalam mobil, si anak kecil terduduk sambil memainkan bonekanya riang.
“Jadi menurutmu aku gila?” Tanpa berpaling, anak kecil itu berucap yang lebih mirip dengan leguhan. Wanita di samping melirik miris, ia memperhatikan si gadis dengan tatapan senduh. “Jangan hiraukan Mama. Mama akan selalu bersamamu.” Nyiioo tak menjawab, memilih asik dengan aktivitas bermain boneka. Wanita itu kemudian memegang tangan Nyiioo. “Kita hanya berdua, apa pun yang terjadi, Mama akan melindungimu, Nak.”
Jam di dinding berdetak, malam pun kian larut. Wanita itu terlelap, ia bermimpi aneh. Mimpi itu memperlihatkan bagaimana tubuh seseorang tampak dipotong-potong dengan santainya. Setiap irisan mengeluarkan darah segar yang merembes keluar. Wanita itu mengernyit, keringat dinginnya tumpah ruah. Berlajut, ia melihat sebuah kaki yang disuntikkan sesuatu sebelum akhirnya dicincang. Saking cepatnya memotong, wanita itu terbangun dengan napas tersenggal.
Dadanya sesak, napasnya pendek, kepalanya berputar, ia tak tahu kenapa mendapat mimpi itu lagi. Di cobanya mengatur napas, tetapi sangat sulit. Di tengah-tengah napasnya yang memburu, wanita itu melihat kalau pintu kamarnya membuka sendiri dengan perlahan. Ia menyipitkan mata dan mencoba untuk fokus.
Dari balik pintu, ia melihat kalau ada sesosok gadis kecil tengah merangkak ke arahnya. Ia menelan ludah ketika sosok itu hampir sampai ke tempat tidurnya. Dengan berat, ia menyibak selimut untuk bergegas mengecek sosok itu. Ia membungkuk, memperhatikan kolong ranjangnya mencari sosok itu yang merangkak masuk ke sana. Perlahan, tapi pasti, wanita tersebut mengintip tempat itu walau takut.
Anehnya, sosok itu menghilang tergantikan sebuah kaki dengan darah bercecer berdiri tepat di belakang si wanita. Cepat, ia mengangkat tubuhnya ke posisi semula dan kaki itu juga mendadak hilang. Ia menepuk kepalanya berkali-kali barang kali ia hanya salah melihat, tetapi ketika ia mengangkat tangan ingin menepuk lagi. Ia melihat sesosok makhluk berambut panjang kusut berdiri di depannya.
Di bawah payudara, kulitnya tampak robek sampai ke atas pubis menampilkan bagian daging. Paha sebelah kirinya juga robek, lutut pun tak jauh beda. Kedua lengan sosok itu hancur dan terdapat luka yang mengaga lebar. Kulit lehernya juga terkelupas, walau agak tertutup rambut, tetapi si wanita masih bisa melihat dengan jelas.
Sosok itu telanjang bulat dengan tubuh yang hancur lebur. Si wanita kaget dan bertambah takut ketika sosok itu melompat naik ke ranjangnya. Rambut sosok itu berubah, memanjang ke belakang dan menyentuh lantai. Si wanita mundur ketika sosok itu ingin menyentuhnya.
“Menjauh dariku Iblis terkutuk!” Si wanita ketakutan setengah mati karena wajah sosok tersebut begitu sangat menyeramkan. Kedua matanya terbalik, wajahnya dipenuhi keriput mengerikan. Hidungnya tak ada dan mulutnya terbuka lebar dengan lidah yang terjulur panjang.
Sosok itu mencekik si wanita dengan rambut, menggoyang-goyangkan tubuhnya. Walau tenaganya jelas kalah, si wanita tetap berusaha melawan melepas belenggu sosok itu terlebih ia masih tercekik membuatnya kesusahan untuk bernapas.
Hingga dengan tenaga itu juga, ia berhasil membalikkan tubuh sosok tersebut dan melepaskan belenggu di lehernya. Gantian si wanita yang mencekik sosok itu dengan sisa tenaga yang ada. Ia mengguncang-guncangkan tubuh sosok itu sebagaimana tubuhnya tadi diguncang. Di tengah-tengah mencekik ingin menghabisi, suara lain berteriak memanggil nama si wanita berulang-ulang.
“Nyiioo … ck … Apa yang kamu lakukan?”
Suara itu terdengar lagi. Si wanita tersadar, ia melihat kalau yang ia cekik bukanlah sosok itu melainkan Mamanya. Mamanya yang dicekik tadi memukul-mukul Nyiioo agar tersadar dan melepaskan tangannya di leher sang Mama. Namun, Nyiioo semakin mengencangkan cekikannya. Hingga ketika si Mama mulai kehabisan tenaga dan terbatuk, Nyiioo baru tersadar dan mengangkat dirinya menjauh.
Nyiioo terduduk di lantai, ia bersandar pada lemari buku sambil terus melihat Mamanya yang hampir ia bunuh. Napas Nyiioo memburu sama cepatnya dengan sang Mama. Si Mama memegang leher sambil melihat Nyiioo dengan tatapan takut. Jelas ia menangis. Benar-benar tak mengerti kenapa Nyiioo mencekiknya kuat.
“Ma-ma … ma-aafkan aku.” Nyiioo menunduk, ia memegang kepalanya menyesal. “maafkan aku, Ma. Maafkan aku.” Si Mama mendekat setelah meredam ketakutan. Ia membelai rambut si anak menenangkan. “Tidak apa-apa. Mama tidak apa-apa.” “Nyiioo salah, Nyiioo salah! Nyiioo pantas dihukum. Nyiioo pantas dihukum!”
“Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu akhir-akhir ini bertingkah aneh?” “Aneh?” Nyiioo mendongkak, sepersekian detik tatapannya berubah nyalang. “apa kamu menganggap aku gila?”
Nging! Telinga Nyiioo tiba-tiba berdenging. Ia kemudian menutup mata sesaat sambil menjambak rambutnya kuat. Hingga disepersekian detik berikutnya, ia merasakan nyeri dada yang hebat sekali. Semakin lama, nyeri itu kian bertambah, wanita itu merintih dan merasa jika pasokan oksigen di sekitar mulai menipis.
Masih merasa kesakitan, di depannya sudah berdiri satu sosok gadis kecil berambut panjang menjuntai tengah memperhatikan. Tahu apa yang terjadi, cepat ia membuka mata bersamaan dengan lengkingan besi berkarat menguar. Tidak, sosok itu adalah gadis yang ada di dalam mimpinya tadi. Sosok mengerikan yang membuatnya hampir membunuh sang Mama. Dia adalah Iblis, Iblis yang harus Nyiioo bunuh.
Cerpen Karangan: Trouvemoiici Blog / Facebook: Nyiioo Jung.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 3 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com