Namaku Reyna aku lahir dari keluarga sederhana. aku memiki saudara kembar namanya Reyhan kami selalu kompak dalam hal apapun. Hingga ayah dan ibu bangga pada kami. bahkan mereka berpesan pada kami agar kami bisa saling menjaga dan menyayangi satu sama lain.
Pada suatu hari kami berencana untuk berlibur ke vila milik paman, di Bogor. Aku yang mengemudikan mobil. Reyhan duduk disampingku, sedangkan ayah dan ibu duduk di belakang kami. Saat kami sedang asyik menikmati perjalanan sambil mendengarkan lagu dan bernyanyi riang. Duar!…. Cekittttttttt! Tiba-tiba aku merasa menabrak sesuatu. Dan saat aku menoleh kebelakang. Ternyata aku menabrak seekor kucing hitam.
Spontan aku langsung turun dari mobil untuk melihat keadaan kucing itu. Saat aku melihat keadaan kucing itu. Aku syok karena kucing itu mati mengenaskan dengan leher yang hampir putus dan kaki yang sudah putus.
Ketika aku berniat untuk menguburnya. Reyhan malah melarangku dan mengajakku untuk segera pergi. Karena aku takut akhirnya aku mengikuti saran Reyhan untuk segera pergi. Saat aku bertanya mengapa Reyhan mengajakku untuk segera meninggalkan lokasi. Dia berkata “aku ngga mau dilaporkan oleh warga ke polisi dan akupun terlibat”. Bahan diapun menyuruhku untuk merahasiakan kejadian tadi pada kedua orangtua kami. Yang untungnya mereka sedang tertidur lelap. Hingga tak lama setelah kejadian. Reyhan memberiku botol minum yang dia keluarkan dari tas mini yang dibawanya.
Namun dua hari setelah kejadian. Keadaan keluargaku jadi berubah. Kehangatan keindahan berlibur yang dibayangkan. Seolah sirna karena ayah kami sering bersikap aneh terlebih saat malam hari. Seperti pada malam ini. Tepatnya pukul 01.00 dini hari.
Tiba-tiba ayah kami kejang-kejang, matanya melihat ke atas, bahkan kejadiannya berlangsung cukup lama dan membuat kami semua panik. ditengah kepanikan akupun segera memanggil seorang dokter untuk mengobati ayah. Namun sejak kejadian itu semakin hari sifat ayah makin aneh. Ayah jadi sering berbicara sendiri, marah tanpa sebab bahkan tiba-tiba menangis tanpa sebab. Tak heran jika Reyhan semakin marah dan memusuhiku.
Bahkan kini bukan hanya Reyhan saja yang marah serta memusuhiku. Ibu hingga keluarga besar ayah juga ikut marah dan memusuhiku.
Cerpen Karangan: Dinbel Pertiwi Blog / Facebook: Dinbellap7165[-at-]facebooks.com
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 3 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com