Setiap kali aku lewat di depan rumah Kang Edi tiap malam Senin maupun malam Jumat, lampu kamar utamanya yang paling depan selalu padam. Begitu juga dengan lampu di teras juga padam. Sementara lampu di ruang tamu, kamar belakang, dapur dan kakusnya dibiarkan menyala. Aku jadi bertanya-tanya kenapa setiap kedua malam itu, dan tiap waktu Magrib sampai selesai Isya lampu kamar dan teras rumah itu selalu padam. Tapi, aku tidak bisa menduga-duga sesuatu hal yang buruk terhadap Kang Edi karena akan terjerumus pada fitnah. Selain kudapati padam, suasana rumahnya juga sepi. Biasanya selain kedua malam itu, aku selalu mengucapkan permisi kepada istrinya atau Kang Edi sendiri. Namaku Baskoro. Aku akan menceritakan tentang seorang pria yang telah menunjukkan jalan hakikat padaku. Sehingga aku menyesali perbuatanku yang salah.
Kang Edi bukan orang baru di kampung ini. Bahkan rumah yang dia tempati adalah rumah peninggalan orangtuanya yang kini telah almarhum. Aku mengenalnya sejak masih kanak-kanak. Sebab usiaku dengan Kang Edi terpaut lima tahun. Sejak remajanya, Kang Edi sama sekali tidak pernah berbuat sesuatu yang aneh-aneh. Hanya saja, ketika aku masih SD-kebetulan sekolah kami sama-pernah melihat Kang Edi berpikir atau mengutarakan pertanyaan yang aneh-aneh di luar nalar manusia.
Saat itu, aku pernah mendengar kalau Kang Edi bertanya kepada guru IPS. Awal mulanya, guru IPS itu menjelaskan kepada para siswa bahwa nenek moyangnya bangsa manusia adalah kera, atau yang lebih tepatnya manusia purba. Berbadan manusia, berkepala monyet dan jalannya tegap. Jadi manusia purba itu mirip dengan Sun Wo Kong. Hanya saja kalau Sun Wo Kong dianugerahi kesaktian bisa memanggil awan dan memerintahkannya menjadi bentuk apapun, dan juga bisa berubah menjadi apapun. Bahkan Sun Wo Kong, lebih hebatnya lagi mampu memporak-porandakkan istana Langit.
“Anak-anak, di dalam Teori Darwin, nenek moyang manusia adalah bangsa kera. Ada yang ras Homo Sapien, Homo Pitegantropus, Homo Soloensis, dan homo-homo yang lain. Hal ini tidak bisa dibantah, karena sifat manusia memang mirip dengan monyet. Rakus, egois, dan emosional, serta suka merusak.” Bu Guru IPS menulis sebuah kalimat di papan tulis lalu dikasih lingkaran-lingkaran kecil.
Aku sama sekali tidak paham, kenapa Guru IPS itu mengatakan kalau nenek moyang manusia adalah seekor monyet. Bukankah nenek moyang manusia yang diciptakan oleh Allah adalah Nabi Adam? Dan Nabi Adam adalah manusia? Bahkan Nabi Adam mengajarkan pengetahuan agama terhadap anak-anaknya? Dan lebih mencengangkan lagi bahwa, keturunan Nabi Adam menjadi seorang nabi dan rasul. Apakah para nabi dan rasul wajahnya mirip monyet? Seekor monyet bisa apa, lha wong salat saja mereka tidak bisa? Aku menduga kalau Darwin adalah orang yang tidak waras yang dianggap sebagai seorang ilmuwan karena telah menemukan Teori Evolusi. Darwin bahkan lebih gila daripada orang-orang yang dianggap gila lalu dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa. Menurutku, Darwin lebih pantas disetrum dan diperiksa kejiwaannya.
Kalau sifat manusia mirip dengan bangsa monyet yang rakus, egois, emosional dan suka merusak aku setuju karena manusia memiliki sifat-sifat itu. Pernah ketika aku bermain dengan temanku, saat itu kami meminta izin untuk mengambil buah jambu kristal untuk rujak, lalu salah seorang temanku mengambil sebagian jambu kristal untuk dirinya sendiri, sehingga kami hanya dapat tiga buah jambu sementara dia yang paling banyak. Dia memang rakus. Ketika dia disuruh untuk mengembalikan jambu-jambu tersebut, bukannya mengalah malah dia marah dan memukuli kami. Untung saja jumlah kami bertiga sehingga dengan mudah mengalahkan dia sampai menangis dan pulang ke rumahnya. Aku paling tidak suka kepada anak yang rakus dengan mengambil sesuatu yang bukan haknya. Apakah ini tidak beda dengan penguasa atau pemimpin parpol yang suka mengambil kedudukan yang bukan haknya? Apakah dengan begitu manusia bukan keturunan dari bangsa kera yang rakus dan egois?
Tapi, Kang Edi malah mengajukan sebuah pertanyaan kepada Bu Guru IPS. “Bu, jika manusia berasal dari keturunan bangsa kera, berarti Tuhan yang menciptakan manusia juga berwajah kera? Jika pendapat atau teori itu benar, berarti wajah malaikat, bidadari, dan iblis juga seperti wajah hewan seperti yang ada di filmnya Sun Go Kong?” Kang Edi yang saat itu mengangkat tangan kanannya ke udara mengajukan pertanyaan. “Ini kan hanya teori? Dan yang membuat teori juga bukan seorang muslim!” Bu Guru yang saat itu membuka halaman bukunya malah kebingungan saat mendapat pertanyaan dari muridnya. “Bukankah teori itu telah disahkan menjadi sebuah penemuan penting di dalam bidang ilmu Biologi sekaligus Sejarah, Bu? Sehingga setelahnya lahir yang namanya evolusi terhadap keberadaan dinosaurus dan hewan-hewan raksasa lainnya? Dan tentu saja ini dapat merusak keyakinan umat manusia yang memeluk agama Islam?” Tegas Kang Edi.
Lalu Kang Edi meminta izin untuk menjelaskan Teori Big Bang yang entah darimana dia dapatkan. Kala itu, beberapa miliar tahun cahaya yang lalu, alam ini masih disebut dengan “Alam Sunyi.” Saat itu, ada sebuah cahaya agung yang terangnya dapat membakar apapun yang ada di dekatnya. Itulah cahaya Tuhan yang disebut dengan Nur. Nur dalam bahasa Suryani artinya Nyata. Beda jika diartikan ke dalam bahasa Arab maka artinya adalah cahaya. Bahasa Suryani menjelaskan bahwa Tuhan memang nyata adanya, dan tidak bisa dibantah lagi sehingga tidak ada yang namanya manusia tidak percaya akan keberadaan Tuhan. Jadi Tuhan itu sifatnya wujud. Ada.
Selama 72.000 tahun cahaya, Cahaya Tuhan itu menyendiri. Kemudian, setelah masa itu, partikel-partikel cahaya agung tersebut terbagi menjadi dua yang kemudian dinamakan dengan Nur Muhammad. Dari Nur Muhammad inilah Nabi Adam dapat mengenal Tuhan dan nama Tuhan yang kita kenal dengan nama Allah. Apakah umat Nasrani atau Yahudi tahu nama Tuhan? Jawabannya adalah tidak. Buktinya, mereka memanggil nama Tuhan dengan sebutan “Yahwe.” Sebab baik kaum Yahudi maupun Nasrani berasal dari bangsa yang sama: Israil. Jadi, bangsa Yahudi dan Palestina itu masih satu darah. Meskipun mereka sama-sama terlahir dari moyang yang satu yaitu Nabi Ishaq, kedua bangsa ini tidak pernah akur. Lalu, Nur Muhammad selama 72.000 tahun cahaya menyendiri sehingga dari Nurnya terciptalah yang namanya Qalam.
Kemudian Qalam diperintahkan oleh Allah untuk menulis kalimat, “Asyahadu anlailaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadar rasululllah.” Inilah sejarah syahadat. Setelah menulis kalimat Syahadat, lafadz nama Allah yang bersanding dengan lafadz nama Ahmad-nama Muhammad baru ada setelah seorang bayi yang disandingkan dengan Nur Ahmad lahir di Makkah dan bayi itu ditugaskan sebagai seorang nabi dan rasul-ditulis. Secara berurutan, Qalam lalu menulis surga, neraka, Mizan, Shirat, Padang Mahsyar, malaikat, bidadari, iblis, dan alam raya termasuk bumi serta Nabi Adam dan Lauhul Mahfudz. Jadi, dalam ‘Teori Nol’ atau ‘Teori Titik’ ini, tidak ada yang namanya dinosaurus maupun manusia kera yang disebutkan dalam Teori Evolusi.
Cerpen Karangan: Khairul Azzam El Maliky Blog / Facebook: @khairulazzamelmaliiiky
Probolinggo, Juni 2021 Novelis. Lahir di Probolinggo. Karyanya yang sudah terbit antara lain: Sang Kiai, Metamorfosa, Sang Nabi (2021). Aku, Kasih dan Kisah, Jalan Setapak Menuju Fitrah, Aku, dan Kata Selesai (Kumpulan cerpen, 2021). Dan 30 novel di Kwikku.com.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 18 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com