Sebentar lagi liburan akhir semester tiba. Aku, adikku dan saudara-saudaraku akan pergi ke sebuah sungai. Ya, sungai Bidadari namanya. Letaknya berada di daerah Sentul Bogor. Konon katanya, sungai tersebut menyimpan misteri yang cukup menggelitik untuk ditelusuri. Pasalnya, di tempat tersebut ada cara yang unik untuk memancing ikan. Kasak-kusuk dari penduduk, jika kita tepuk tangan di dasar air sebanyak tiga kali, maka ikan-ikan akan datang menghampiri.
Hmms, jadi penasaran. Benar ngga ya kira-kira. Maka dari itu. Aku, adik serta saudaraku juga sudah tidak sabar ingin mengunjunginya.
Tadinya sih aku ingin mengajak temanku juga, namun di tahun ini mereka memilih berlibur bersama keluarganya. So, aku putuskan untuk liburan tahun ini aku mengajak adikku dan saudaraku untuk pergi kesana. Kebetulan di sana juga ada vila milik paman yang bisa dijadikan tempat untuk singgah.
Hari yang dinantikan telah datang. Sebelum berangkat kami pun berpamitan pada orang rumah. Perjalanan yang ditempuh sangatlah panjang tepat pukul 10.00 kami tiba di kawasan Bogor. Namun itu belum ke tempat tujuan. Karena untuk mencapai ke tempat tujuan kami masih harus menempuh perjalanan dua jam lagi. Sebelum melanjutkan perjalanan menuju sungai. Kami putuskan untuk singgah di vila milik paman yang lokasinya bisa sampai dalam waktu lima menit saja, dari tempat yang kita lalui saat ini.
Beberapa jam kemudian. Akhirnya kita sudah sampai di tempat ke tempat tujuan. Saat pertama kali mengijakkan kaki, kami sudah disuguhkan dengan pemandangan yang indah. Keindahan alam dan jernihanya sungai mampu membuat kami terpesona. Hingga kami ingin mengabadikannya dalam sebuah foto. Namun, saat kami sedang asyik berfoto. Tiba-tiba Cindy adikku menunjukkan raut wajah ketakutan. Aku pun bertanya padanya. “Cin. Kamu kenapa?” Tiba dia berkata “Barusan aku melihat. Sosok perempuan menyerupai duyung, kak.”
Konon menurut orang yang sudah berkunjung ke sungai ini, terdapat rumor yang beredar. Selain kita bertepuk tangan di dasari air, akan ada ikan menghampiri ada juga yang mengatakan jika di dasar sungai ini ada penghuninya. Tak heran kami semakin ingin mencari tahu. “Waahhh, di mana Cin?” dia pun menunjuk ke dasar air sebelah kanan. Hingga saat aku mengikuti arahan tangan Cindy aku pun melihat sosok perempuan duyung yang Cindy maksud. Hingga akhirnya aku dan Cindy sama-sama menutup mata, sambil berjalan beriringan menyusul rombongan.
Dan saat kami sedang berjalan tiba-tiba ada sebuah tangan yang menyentuh punggungku dan Cindy. Dan ahhh… hal itu membuat kami berteriak. Namun saat kami membuka mata, ternyata sosok Tristan yang memegang pundak kami. “Hmms, gila kamu ya. Udah tau kita lagi takut, malah makin nakutin”. Namun Tristan malah menertawakan kami dan bertanya “kalian takut apa sih? orang di sini ngga ada siapa-siapa”. Seketika kami pun melihat ke sekitar sungai, yang ternyata di sana tak ada siapa-siapa.
Keesokan harinya Hari ini kami akan berkunjung ke sungai itu. Tak lupa kami membawa makanan, minuman, tikar serta kamera untuk mengabadikan momen.
Puk! Puk! Puk! Saat kami sudah sampai di sungai. Aku melihat seorang anak kecil, duduk di dasar sungai seperti sedang memanggil ikan. Hingga saat aku ingin menghampiri anak itu. Elsa menarik tangan kananku, hingga tiba ia berkata “kak. coba liat deh”. Aku pun mengikuti arahan tangan Elsa yang menunjuk pada ikan yang sangat besar yang sedang digenggam oleh anak itu. Hingga aku diikuti yang lainnya langsung menghampiri anak itu. Saat aku sudah berhadapan dengan anak itu. Tanpa berasa-basi lagi aku pun bertanya. “De, kok bisa sih kamu melakukan hal itu, memangnya kamu tidak takut?” di sini kan serem. Dengan wajah polosnya dia berkata. “aku ngga takut kok, kak. Lagiankan di sini ngga ada apa-apa”
Saat aku mengamati wajah polosnya, aku merasa akan ada sesuatu yang terjadi terlebih anak kecil itu sudah mengambil ikannya dan diberikan padaku. Akhirnya aku pun menerima pemberian anak itu. Namun saat ikan itu berada di tanganku. Wuss! Aku merasakan hembusan angin kencang melewati punggungku. Namun saat ku menoleh ke belakang di sana tak siapa-siapa. Akhirnya kuputuskan untuk berjalan menghampiri rombonganku.
Saat aku sedang asyik berjalan, aku kembali melihat sosok yang pernah kulihat, bahkan saat ini dia hendak mengejarku dengan kedua tangan yang terulur seperti ingin mencekik leherku. Hingga aku pun mempercepat langkahku. Hingga saat aku berlari Vino datang menghampiri dan menarik tangan kananku agar berlari lebih cepat lagi.
Saat aku dan Vino sampai di dasar sungai, terlihat adikku Lily dan Agnes sedang membakar ikan, hingga akupun memberikan ikan itu pada Lily dan Agnes agar segera dibakar, aku pun mengatakan pada Lily ikan itu adalah pemberian dari anak kecil yang ada di dasar sungai.
Tepat jam 12.00 kami menikmati makanan dan minuman yang sudah terhidang. Namun saat aku akan memakan ikan sudah ada di tanganku, aku melihat mata ikan itu seakan menatapku tajam. Prang! spontan kujauhkan piring itu aku pun berlari dan bersembunyi di balik pohon besar yang ada di salah satu sudut sungai.
Setelah kami selesai makan, Vino yang penasaran akan sikapku yang aneh saat memakan ikan mencoba mendekatiku untuk memastikan apa yang sudah terjadi. Pasalnya yang melihat keanehan pada ikan itu hanya aku saja, sementara yang lainnya terlihat begitu lahap memakan ikan pemberianku.
Aku pun menceritakan apa yang sudah terjadi pada mereka, hingga Vino yang semakin penasaran dengan ceritaku. Mencoba memancing ikan di sungai dengan cara yang sudah kukatakan.
Prok! Prok! Prok! Namun pada saat tepukan ke dua ikan yang diharapkan tak juga muncul. Hingga hal itu membuat Vino kesal dan ingin beranjak pergi, lalu aku yang masih diselimuti rasa takut mencoba menahan Vino untuk pergi dan menyuruh Vino untuk melakukan tepukan sekali lagi. Prok! Prok! Prok! akhirnya pada tepukan ketiga, aku melihat ada sesuatu yang bergerak dari dalam sungai itu. Hingga tak lama kemudian datang seekor ikan besar. Akhirnya Vino pun mengambil ikan itu, lalu segera berlari untuk mencari tempat agar ikan itu dapat dibawa ke vila.
Sesampainya di vila, vino menyimpan ikan itu pada bak kamar mandi. Namun sejak ikan itu ada di vila tempat kami menginap, aku semakin merasa ada yang janggal. Setiap malam aku selalu merasa ada sosok yang menghampiriku dan mengawasiku, namun saat ku menoleh, lagi-lagi sosok itu menghilang. Aku yang makin takut akan sosok itu akhirnya memutuskan untuk membuang ikan itu. Namun, Vino serta yang lainnya tidak setuju dengan keinginanku, pasalnya saat ini hanya aku saja yang diikuti oleh sosok itu. Hingga aku pun memutuskan untuk membuang ikan itu tanpa sepengetahuan mereka.
Saat menjelang tengah malam, ku berjalan mengendap-ngendap sambil membawa ember yang berisikan ikan itu, namun baru saja aku mengijakkan kakiku di ruang tamu. Tiba-tiba mata ikan itu menatapku tajam dan seolah ingin lompat menghampiriku, spontan kujatuhkan ember yang masih berisikan ikan itu, hingga airnya membasahi lantai dan ikan pun terkapar di lantai, seperti akan kehabisan napas. Namun aku tak mempedulikannya, hingga aku memilih untuk kembali ke kamarku dan menutupi wajahku dengan selimut tebal, bergegas untuk tidur berharap esok akan segera tiba.
Saat menjelang pagi. Hal yang mengejutkan kembali terjadi, pasalnya ikan yang ingin kubuang tengah malam, kembali utuh dan genangan air pun sudah tak ada, karena saat aku bangun adiku serta saudaraku masih tertidur pulas. Aku pun memutuskan untuk menghubungi dokter pribadiku agar beliau datang kemari dan memeriksa keadaanku.
Satu jam kemudian Dokter Mischel datang lalu memeriksa keadaanku, namun saat beliau memeriksa keadaanku. Beliau mengatakan jika aku baik-baik saja, akhirnya aku pun menceritakan apa yang kualami pada dokter Mischel. Namun saat aku sedang menceritakan semuanya tiba-tiba anak yang pernah memberiku ikan itu datang bersama seorang wanita cantik, seorang bapak dan seorang nenek. Kemudian wanita itu menceritakan kejadian yang sebenarnya. Jika sebenarnya mereka bekerja sama dengan adik serta saudaraku untuk menakutiku, dimulai dari anak kecil yang memanggil ikan dengan tepukan tangan, sebenarnya ikan itu ditarik dari dalam oleh beliau agar dapat menghampiri anak tersebut pada tepukan ketiga, sosok duyung yang menampakkan diri sebenarnya adalah dirinya yang menggunakan kostum duyung hingga mata ikan yang melotot itu sebenarnya di badan itu sudah dipasangkan batre hingga saat ada orang yang ingin menyentuhnya, ikan itu otomatis menajamkan matanya.
Vino pun akhirnya angkat bicara dialah yang membersihkan lantai, memang batre hingga memberikan kostum pada Mayang. Bahkan Cindy pun mengatakan jika sebenarnya dia hanya berpura-pura takut akan kehadiran Mayang yang saat itu memakai kostum duyung.
Tristan pun ikut menjelaskan mengapa mereka merencanakan semuanya, tiba Tristan berkata. Mereka melakukannya agar aku tidak terlalu terobsesi pada hal-hal yang berbau mistis. Karna sebenarnya di sungai ini tak ada kaitannya dengan hal-hal gaib atau hal-hal berbau mistis.
Cerpen Karangan: Dinbel Pertiwi Blog / Facebook: Dinbellap7165[-at-]facebooks.com
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 28 September 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com