Tiba-tiba saja, Chelsea mengulurkan tangan mulusnya ke Zeyn. Zeyn menatap istrinya dengan tatapan yang penuh kebingungan. Baru saja mereka bertengkar mengenai beberapa hal yang tidak bisa mereka kerjakan secara bersama-sama, tiba-tiba saja perempuan ini mengajaknya untuk melakukan sesuatu.
“Tadinya kau marah-marah. Tidak ada angin, tidak ada badai tiba-tiba saja kau mengulurkan tanganmu kepadaku.” Ucap Zeyn dengan nada kesal. Chelsea yang mendengar keluhan suaminya hanya dapat menghela napas. Padahal, ia hanya ingin mengajak suaminya untuk menenangkan diri, dan ia pikir, tempat yang akan mereka kunjungi dapat menenangkan hati Zeyn.
Zeyn dan Chelsea merupakan pasangan suami istri yang baru saja menikah 4 bulan yang lalu. Mereka berdua merupakan anak dari sebuah keluarga bangsawan yang kaya raya. Orangtua menjodohkan mereka agar terjalin sebuah tali persaudaraan di antara keluarga Ghytra dan Bellarios. Penjodohan tersebut membuat mereka berdua membenci satu sama lain. Tidak ada satu pun tanda kasih sayang bahkan cinta dalam hubungan mereka. Mau tidak mau, Zeyn dan Chelsea tetap menjalankan perintah kedua orangtuanya.
“Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Pikiran dan hatimu akan tenang disana.” Jelasnya. Mendengar tawaran Chelsea, Zeyn sempat menolak. Pekerjaan yang harus ia selesaikan hari ini belum selesai. Tetapi, John menawarkan diri untuk menggantikan pekerjaan tuannya. Keahliannya sebagai asisten pribadi memang tidak diragukan lagi, hanya saja, ia jarang menunjukkan hal itu kepada orang lain selain tuannya. Meskipun pekerjaannya telah tergantikan, Zeyn masih saja terus berusaha untuk membuat alasan yang tidak masuk ke akal kepada istrinya. Berkali-kali Chelsea membujuk suaminya untuk segera mengunjungi tempat yang ingin ia kunjungi. Sayangnya, Zeyn terus saja menolak istrinya dengan alasan ‘sibuk’. Chelsea kesal akan penolakan Zeyn. Akhirnya pun ia bangun dari kursi sofa, dan mengambil paksa tangan suaminya untuk pergi keluar. Tidak lupa, ia pun telah memanggil sebuah kereta kuda untuk mereka berdua, kereta kuda yang mewah ini akan memudahkan mereka untuk sampai ke tujuan. Apalagi cuacanya yang sangat panas di siang hari ini.
“He-hei! Apa kita tidak perlu ganti baju terlebih dahulu??” Ucap Zeyn dengan wajah bingung. Chelsea tertawa kecil. Padahal baju yang dipakai oleh suaminya sudah cukup bagus untuk rencananya hari ini. Baju rumahan yang masih terlihat mewah, namun tetap nyaman adalah salah satu hal yang ia butuhkan dalam rencananya kali ini.
Di perjalanan, Zeyn terlihat kesal, Namun, Chelsea dapat merasakan ‘aura’ milik Zeyn yang terasa berbeda dari biasanya. Setelah diperhatikan lebih jelas lagi, ia pun mendapati sebuah senyuman yang sangat sangat kecil di mulut Zeyn. Nampaknya, suaminya tidak terlalu membenci usulan istrinya, mungkin justru ia menyukainya. Chelsea hanya dapat tertawa. Itu pun di dalam hati, ia tidak ingin suasana di kereta kuda berubah drastis. Ia tidak menyangka suaminya begitu polos. Padahal, maksud menenangkan hati dan pikiran dari Chelsea bukanlah hal yang seperti suaminya pikirkan.
4 jam perjalanan, akhirnya mereka berdua pun sampai di tujuan. Chelsea meminta kepada kusir pribadinya untuk tidak diikuti oleh seorang pengawal, ia beralasan ingin menikmati waktu berdua dengan suaminya.
“Chelsea, apa kamu tidak ragu dengan tempat yang kita kunjungi hari ini?” Heran Zeyn. Ia melihat sekitar. Seketika bulu kuduknya pun merinding. Tetapi, lelaki polos ini berusaha untuk tetap terlihat elegan di depan istrinya. Tentu saja ia melakukan hal ini untuk menjaga ‘harga diri’ nya. Meskipun istrinya pun telah mengetahui hal itu. “Kenapa? Kamu tidak suka dengan pilihanku ya?” Tawa Chelsea. Yang dimaksud Zeyn bukanlah hal itu. Ia takut. Entah mengapa istrinya memilih sebuah hutan dibandingkan tempat-tempat lain yang jauh lebih baik.
Hari yang telah menjelang malam, burung-burung berkicau pun pulang kembali ke sarangnya. Hawa dingin yang menyelimuti lingkungan sekitar hutan ini menggetarkan Zeyn. Suara-suara hewan yang tidak biasa muncul di dalam hutan itu layaknya sebuah melodi yang menyeramkan. Sebenarnya, Chelsea sengaja memilih hutan ini. Dia mengetahui phobia suaminya yang sejak kecil ia pendam. Yap, betul. Zeyn memiliki phobia berada di hutan.
Setelah beberapa menit berjalan, mereka pun sampai di tujuan. Zeyn sedikit terkejut akan tempat yang mereka tujui, tetapi, ia sedikit lega karena tempat ini diberi beberapa sinar cahaya dari rembulan.
“Kita sudah sampai disini, kita duduk-duduk dulu sebentar.” Ajak Chelsea sambil duduk di bawah gundukan tanah yang ukurannya lumayan besar. Dengan Ragu-ragu, Zeyn pun duduk tepat disebelah istrinya. Sambil tetap saling berpegangan tangan, ia pun menutup matanya sebentar. Tiba-tiba, ia merasakan sesuatu yang mengganggu kakinya untuk berpijak, ia pun membuka kedua mata birunya, dan mengecek benda yang mengganjal di bawahnya. Setelah diamati, dia pun mengambil benda itu dan seketika terkejut bukan main. Ia tak percaya akan apa yang ia lihat.
Srek srekk Tiba-tiba saja terdapat sebuah suara dari semak-semak di dekat mereka. Zeyn pun terkaget dan segera berdiri untuk mengecek semak-semak tadi. Setelah diamati, anehnya tidak ada satupun benda maupun makhluk yang dapat membuat suara seperti tadi.
Ia pun semakin takut. Zeyn pun menepuk-nepuk pundak istrinya, untuk menandakan jika ia ingin pergi dari sini. “Chelsea! Ayo kita pulang sekarang, apa kamu tidak dengar suara tadi?!” bisik Zeyn. Chelsea yang dari tadi telah menunggu momen ini hanya menggeleng-gelengkan kepala. Ia menganggap jika Zeyn hanyalah beralasan agar mereka berdua segera pulang.
“Hey! Kamu tidak takut akan pembunuh? Siapa tahu tadi adalah seseorang yang mengincar kita..” Zeyn semakin panik. “Aku sih tidak takut, aku sudah terbiasa dengan hal ini.” Ucap Chelsea santai. “Aku tidak bercanda Chelsea, tadi aku menemukan sebuah tulang di bawah kakiku! Apalagi suara aneh tadi. Apa kamu tidak curiga dengan hal-hal ini?” teriak Zeyn seikit keras. Chelsea tidak menanggapinya. Lelaki yang polos memang bisa dibodohi. Untung saja Zeyn aslinya seorang penyayang, kalau tidak, mana mungkin rencana yang ia susun selama 4 bulan ini akan berjalan secara mulus.
“Aku jujur deh, aku sebenarny takut!” sekarang, nada Zeyn terdengar lebih tinggi. Tidak ada pilihan lain selain merespon pernyataan Zeyn. Chelsea pun mengucapkan sesuatu yang terdengar aneh di telinga suaminya. “Apa kamu nggak tahu kalau aku juga takut? Aku takut karena nanti aku pulang sendirian!” Ucap Chelsea tegas.
Mendengar hal itu, Zeyn mematung. Isi pikiran dan hati yang tadinya gugup dan gelisah, seketika berhenti sebentar. Ia mencoba untuk memahami maksud Chelsea. “Sendiri? Maksudnya?” Heran Zeyn,
Diambilnya sebuah belati kecil yang tersebunyi di belakang roknya, Chelsea pun menunjukkan benda tajam itu di depan mata suaminya. “Yap, benar. Aku akan pulang sendiri.”
Cerpen Karangan: Puruhitatapin
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 13 November 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com