Namaku Bulan, aku adalah anak remaja biasa yang kurang percaya diri. Kegiatanku setiap hari adalah melukis, karena dengan melukis aku merasa seperti memiliki duniaku sendiri. Dan itu membuatku senang.
Suatu hari di sekolah saat jam istirahat, aku sedang melukis di ruang seni, lalu ada seorang siswa laki-laki dengan senyum manis yang menghampiriku dan menyapaku. “Hai… aku boleh temani kamu ngelukis?” Tapi aku tidak menjawabnya dan tetap melukis.
“Nama kamu siapa?” tanyanya. “Bulan” jawabku dingin. “Kalo namaku Bintang, nama panjangku adalah bintang jatuh yang akan mewujudkan impian sang bulan” bilangnya. “Aneh” gumamku dalam hati.
“Wah… Bulan lukisan kamu cantik ya, sama kayak yang buat.” ujarnya. Dan aku hanya diam mendengar perkataannya yang membuatku senyum tipis-tipis.
Keesokan harinya, Bintang yang selalu tersenyum dan suka mengoceh tidak jelas itu datang lagi disaat aku sedang melukis. Begitu pun hari seterusnya, dia selalu tahu dan datang saat aku sedang melukis, walaupun kelas kita berbeda. “Bintang, kenapa sih kamu selalu liatin aku ngelukis? Aku gak nyaman tau.” ujarku yang sudah tidak tahan lagi dengan tingkah dan ocehannya. “Ohhh… jadi aku ganggu ya. Maaf deh, kalau gitu aku pergi” jawabannya ada pergi begitu saja.
Saat pelajaran seni, pak Adi guru seni mengatakan bahwa dia akan memilih satu siswa untuk mewakili sekolah mengikuti lomba melukis. Dan pak Adi meminta usul siapa yang akan dia pilih. Lalu entah datang dari mana, tiba-tiba saja Bintang mengangkat tangannya dan mengusulkan aku untuk ikut lomba melukis. Karena dia, pak Adi pun akhirnya memilihku untuk ikut. Dan mau tidak mau aku pun harus ikut lomba melukis.
Hari perlombaan melukis sudah hampir tiba, tapi aku masih belum tahu apa yang akan aku lukis dan takut lukisanku jelek. Lalu aku mengatakan pada Bintang bahwa ini salahnya, karena dialah yang mengusulkan aku, padahal selama ini aku hanya melukis untuk kesenanganku saja, bukan untuk dilihat orang lain ataupun untuk mengikuti perlombaan.
Walaupun aku marah padanya, Bintang selalu tersenyum dan terus menyemangatiku. “Bulan… Kamu jangan takut dulu sebelum mencoba, aku yakin kamu pasti bisa kok” kata Bintang dengan senyum manisnya.
Akhirnya aku pun memiliki ide untuk melukis wajah tersenyum Bintang saat lomba melukis. Dan karena itu, aku pun mendapat juara pertama.
Besoknya, aku ingin menemui Bintang untuk berterima kasih. Karena berkat dirinya aku memenangkan perlombaan dan mulai percaya diri. Tapi saat mencarinya, dia tidak ada. Aku pun bertanya pada teman-temanku dan mereka bilang mereka tidak tahu siapa itu Bintang. Begitupun saat aku bertanya kepada para guru dan jawabannya sama, bahwa tidak ada siswa di sekolah ini yang bernama Bintang. Sungguh aneh, padahal selama ini dia selalu menemaniku melukis.
Cerpen Karangan: P. Clarissa Blog / Facebook: Del’s P.Clarissa hanya seorang siswi Mts yang suka berkhayal yang berwatak agak aneh ^_^
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 13 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com