Siang itu para siswa menikmati jam istirahat dengan senangnya, ada yang ke kantin, ada yang ke lapangan dan ada juga yang ngapel ke kelas pacarnya namun tidak denganku. Aku masih saja tertegun menatap secarik kertas yang diberikan Selli kemarin malam.
Kemarin malam tak begitu dingin namun sepi nan mencekam, seakan ada seorang tamu yang akan datang namun firasatku tak enak. Firasatku benar, Selly datang ke rumahku dengan muka pucat dan diam membisu. “Selly? Udah lama nggak bertemu, ayo masuk” ucapku saat bertemu dengannya namun ia tetap diam di depanku. “Sel, kamu kenapa? Masuklah, nanti kubuatkan mi soto kesukaanmu” ucapku namun ia tetap masih saja membisu. “Sebentar ya Sel, aku kubuatkan teh hangat dulu buatmu” ucapku dan sek!!! Tangan Selly menggenggam tanganku seakan tak mengijinkanku beranjak dari situ, kemudian ia merogoh saku di bajunya dan memberikan secarik kertas padaku. Kubuka kertas itu isinya “AMBIL KARUNG DI POHON DEKAT CURUG” “Ambil karung apa ini Sel?” tanyaku namun ketika ku mendongak Selly sudah tak di tempat. Akupun mencarinya kemana-mana namun tak ada.
“Kamu cari siapa?” tanya Ayahku “Eh ayah, aku nyari Selly Yah tadi dia kesini” tukasku “Selly? Dari tadi nggak ada siapapun yang bertamu ke rumah kita, Rina. Sudahlah, ayo kita bantu ibumu tutup toko, firasat bapak kok tidak enak ya” ucap ayahku “Iya Yah” jawabku dan kamipun bergegas menutup toko
“Rin, bapak sarankan kamu jangan berteman lagi dengan Selly. Bapak tahu kalian kawan mulai kecil namun sejak Selly mengenal Bagas ia berubah menjadi anak punk, Ayah hanya tidak ingin kau jadi anak yang tak karuan begitu, Rin” ucap Ayahku seusai menutup toko “Iya Yah” jawabku
“Kamu tahu kabarnya Selly yang terbaru?” tanya Ayahku “Ya.. dia sih sudah 4 hari nggak masuk sekolah Yah tapi penyebabnya apa Rina nggak tahu Yah, memangnya kenapa Yah?” tanyaku “Dengar Rin, hari minggu kemarin saat Ayah dapat giliran ronda, Ayah melihat Selly sedang bersama Bagas dan 4 orang pemuda tengah mabuk di POS RT 7. Jujur, ayah kaget Rin melihat perubahan Selly sedrastis itu dan parahnya lagi Selly dibawa mereka ke suatu tempat dan tak pulang sampai sekarang” ucap Ayahku “Dibawa kemana Yah?” tanyaku “Entahlah Rin, yang jelas waktu itu Selly dibonceng Bagas dan seorang kawannya kemudian disusul 3 orang pemuda di belakangnya” tukas Ayahku
Aku tertegun mendengar cerita ayahku, ‘bagaimana bisa kawanku yang baik berubah menjadi gadis berandal macam itu, tapi tadi Selly menemuiku berarti ia ada di rumah’ pikirku
“Sudahlah Rin, kamu nggak usah terlalu memikirkannya, yang penting kamu berusaha jadi anak yang baik” ucap Ayahku “Iya Yah, kalau begitu Rina tidur dulu ya Yah” ucapku dan akupun bergeas ke kamar untuk mengambil HP. Kutelfon Selly namun HPnya tidak aktif, berulang kali kutelfon namun hasilnya tetap saja sama. Lalu yang tadi bertamu padaku siapa???
“Dorr! Mikirin apa hayo?” ucap Alvin membuyarkan lamunanku “Alviinn.. bikin kaget aja. Kamu ngapain ke sini?” tanyaku “Aku kangen kamu” jawabnya “Kamu ini ah, bercanda melulu Vin” ucapku sambil mencubit lembut tangannya “Auhh sakit sayang” ucapnya “Sakit ya? mana yang sakit?” tanyaku “Kena tipu!” godanya sambil tertawa
“Kamu kenapa sih? Dari tadi kuperhatikan bengong sambil lihatin secarik kertas, ada yang ngirim surat cinta ya?” ucap Alvin yang masih setia pada godaannya. “Bukan Vin. Kemarin tu Selly ke rumahku sekitar jam 8 malam, dia pucat banget Vin dan kaku, kemudian dia memberikan ini padaku” ucapku sambil menyodorkan surat itu “AMBIL KARUNG DI POHON DEKAT CURUG” ucap Alvin “Maksudnya apa coba? Dan parahnya lagi, kata bapakku si Selly itu sudah nggak pulang selama 5 hari” ucapku
“Yang, sebenarnya aku juga mau cerita tentang Bagas” ucap Alvin “Bagas kenapa Yang?” tanyaku “Dia dibawa ke psikiater karena setiap malam teriak-teriak nggak jelas, ya kalau dihitung sih sudah 3 hari an” ucap Alvin “Selly dibawa kemana ya sama si Bagas?” tanyaku “Lebih tepatnya Selly diapain sama Bagas” ucap Alvin “Kok kamu gitu Yang?” tanyaku “Bagas itu anak punk dan 5 hari yang lalu aku lihat dia boncengan sama kawannya bawa botol minuman keras” tukas Alvin “Kamu lihat dimana Yang?” tanyaku “Di perempatan jalan, waktu itu aku nganter adik beli nasi goreng. Aku mau cerita ke kamu, tapi kita sama-sama sibuk ulangan harian” tukas Alvin “Yang, firasatku kok nggak enak ya. Karungnya berisi apa Yang?” tanyaku “Entahlah Yang, eh gimana kalau nanti pulang sekolah kita ke rumah Bagas yuk, kan sejalan” ucap Alvin
Sepulang sekolah kami berjalan kaki ke rumah Bagas, maksud hati ingin menjenguk kawan namun apa daya yang kulihat jauh dari kenyataan. Waktu itu kulihat bagas tengah berjemur di teras rumahnya, mukanya lesu, pucat dan pandangan matanya kosong.
“Bagas, kamu kenapa?” tanya Alvin sambil memegang tangannya namun ia tetap terdiam tak bersuara. “Kamu sakit Gas?” tanyaku “Hah!!! Selly!! Ampun Sel, ampun jangan bunuh aku!” ucap Bagas ketakutan sambil berlari tunggang langgang ke rumahnya. Kamipun sontak bingung dibuatnya dan segera menyusul ke dalam rumahnya.
“Ada apa Gas? Ada apa?” ucap ibu Bagas tergopoh-gopoh “Selly! Selly! itu Selly bu, dia mau membunuhku” ucap Bagas gemetar ketakutan “Selly? Itu Rina Gas. Itu Rina, Bagas bukan Selly. Ya Allah Bagas..” ucap Ibu Bagas sambil mengelus kepala Bagas dan air matanya terus bercucuran. “Ibu.. aku harus lari karena Selly akan balas dendam padaku” ucap Bagas kemudian ia segera berlari kencang “Bagas! Tunggu ibu!” ucap ibu Bagas menyusul Bagas yang sudah berlari kencang “Loh, ini kenapa sih?” ucapku “Sebaiknya kita susul mereka Yang, tapi kita kunci dulu pintunya” ucap Alvin “Iy.. iya. Aku kunci dulu pintunya” ucapku kemudian kami bergegas menyusul Bagas dan ibunya yang sudah berlari jauh namun kutahu ia berlari ke jalan arah ke rumahku.
Tak lama kemudian ku tahu kalau Bagas bersembunyi di balik tiang listrik. “Bagas, ini aku Alvin” ucap Alvin “Tidak Vin, kenapa kau membawa Selly kemari?! Apa kau ingin mengantarnya balas dendam padaku?” ucap Bagas dan iapun langsung lari tunggang langgang. Kamipun segera menyusul Bagas yang tengah berlari dalam keadaan yang setengah sadar.
“Ampun Selly! Ampun! Ampun Selly!” teriak Bagas sepanjang jalan, kemudian ia masuk ke kantor Desa, di sana ada Ayahku tengah mengobrol dengan seorang Polisi. “Astaghfirullah Bagas!” ucap ayahku kaget dengan perilaku Bagas yang kurang sopan “Pak Anwar, Pak Polisi tolong aku. Aku dikejar Selly” ucap Bagas dengan napas tersenggal “Selly? Mana dia?” tanya Ayahku kemudian Bagas menunjuk kepadaku “Selly? Itu Rina Gas, anakku” ucap Ayahku “Yah, dari tadi Bagas teriak nggak jelas seperti ini setiap kali melihatku” ucapku “Sebentar, adik ini ada hubungan apa dengan Almarhumah Selly?” tanya pak Polisi “Apa Almarhumah pak?” tanyaku kaget “Iya Selly ditemukan meninggal, tubuhnya dimutilasi dan dimasukkan ke dalam karung” ucap pak Polisi
“Saya temannya Selly pak, kemarin Selly ke rumah saya memberi ini” ucapku sambil menyodorkan secarik kertas “Ini sungguh di luar nalar, bagaimana bisa ada arwah memberi sepucuk surat singkat namun memang korban pasti tidak ikhlas akan kematiannya” ucap pak polisi “Pak polisi sayalah yang membunuh Selly dengan 4 orang kawan saya dan saya jugalah yang telah mencekoki Selly dengan minuman keras sampai ia mabuk kemudian kami berlima bergilir memperk*sanya. Karena takut ketahuan, maka saya mengajak kawan-kawan memutilasi Selly dan memasukkan mayatnya ke karung” ucap Bagas “Astaghfirullah hal ‘adzim! Anak macam apa kamu?” ucap ibu Bagas sambil menghantam Bagas dengan vas bunga di dekat ayah Prangg.. vas bunga itu tepat mengenai Dahi Bagas
“Sabar Bu.. sabar” ucap ayahku “Sabar pak Sekdes? Bagaimana saya bisa sabar? Ibu mana yang tidak marah melihat anaknya sekejam binatang. Pak polisi, saya tidak mau bertemu dengan anak ini, sekarang bapak boleh membawanya ke kantor polisi” tukas ibu Bagas “Baik bu” ucap pak polisi
Sore itu juga Selly disemayamkan selayaknya, di pemakaman umum. Selly sekarang kamu sudah disemayamkan di tempat yang selayaknya, kau akan tetap selalu jadi kawanku, selamat jalan Selly, semoga arwahmu tenang di sisiNya..
Cerpen Karangan: Hamida Rustiana Sofiati Facebook: facebook.com/zakia.arlho
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 28 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com