Sir Thomas Jefferson berjalan santai menuju ruang baca sambil membawa secangkir teh panas, kemudian dia duduk di kursi besar dekat perapian dan menikmati tehnya. Sesekali Sir Thomas melihat ke seberang jendela, badai masih bergemuruh di luar. Ramalan cuaca hari ini mengatakan bahwa sebagian wilayah Inggris akan dihantam badai besar selama beberapa hari ke depan. Oleh sebab itu banyak warga memilih untuk tetap berada di rumah sampai badai agak mereda.
Sir Thomas kembali meminum tehnya. Cukup lama ia bergantian memandangi jendela lalu ke perapian, namun pandangannya tiba-tiba beralih ke pintu tengah, dilihatnya Mrs. Deasy membawakan beberapa kiriman paket dan surat pada Sir Thomas. ”Aku harap ada berita baik” kata Sir Thomas
“Komite perlindungan hewan Inggris Sir mengundang anda untuk menghadiri jamuan makan malam di gedung parlemen besok, kemudian ini kiriman paket anggur Frascati dari Sir Louis, ia mengatakan amat terkesan dengan kunjungan arkeologi anda di Crypta Balbi.” Mrs Deasy memberikan kartu ucapan berwarna ungu dengan tulisan berwarna perak pada Sir Thomas, dan menaruh paket anggur di atas meja baca. Sir Thomas tersenyum tipis tapi tak bisa dipungkiri air wajahnya terlihat amat bahagia. “Ah, Sir Louis, orang paling rendah hati yang pernahku kenal.” Kemudian Sir Thomas melihat ke arah Deasy “Apa masih ada surat yang lain?” “Dari Madam Cromwell Sir.” Mata Sir Thomas menyipit, dia memberikan isyarat pada Mrs Deasy agar memberikan amplop putih itu kepadanya. Sir Thomas merasa heran, karena jarang sekali adik perempuannya itu mengirimkan surat. Apa lagi semenjak ia menikah dan ikut bersama suaminya pindah ke Paris bertahun-tahun yang lalu. Jadi pasti ada hal yang sangat penting sehingga Samantha mengirimkannya surat.
Sir Thomas membaca surat itu dengan seksama, setelah selesai ia malah tertawa kecil namun geli sekali. Ditaruhnya surat itu di atas meja, lalu kembali menengguk tehnya. “Minggu depan keponakanku, Sarah Cromwell akan menginap disini untuk menghabiskan masa liburannya. Siapkan saja satu kamar tamu di lantai atas.” Kata Sir Thomas, kesibukan Mrs Deasy yang sedang membereskan anggur langsung berhenti. “Baik Sir.” Katanya patuh. Setelah selesai Mrs Deasy keluar dari ruang baca, dan Sir Thomas kembali tenggelam dalam lamunannya.
Sudah lama sekali aku tidak melihatnya semenjak Samantha melahirkan, seperti apa kira-kira dia sekarang? Samantha mengatakan kalau putrinya ini anak yang sangat aktif, tentu menyenangkan jika ia datang, rumah tidak akan sesepi ini. Gumamnya dalam hati.
Pagi yang tenang di Merseyside, hujan sudah mereda dan beberapa orang sudah berani keluar rumah. Itu terlihat dari lalu lintas yang lebih ramai dari kemarin. Puri Gottenham yang biasanya sepi, kini sedikit ramai karena Sir Thomas memanggil beberapa tukang kebun sewaan untuk membersihkan rumahnya dari sisa-sisa badai, beberapa pohon tumbang dan mengakibatkan jalan masuk menuju puri sedikit terganggu.
Seorang pria berperawakan tinggi besar, berjalan-jalan santai bersama putranya yang berusia kira-kira 12 tahun. Mereka kemudian berhenti di gerbang puri Gottenham dimana orang-orang sedang berkumpul untuk melihat kerusakan yang diakibatkan badai semalam. Salah satu pohon ek besar menimpa atap sebelah kiri puri hingga hancur. Setelah berhasil melewati beberapa pekerja ia mendekat ke teras rumah. Ada Sir Thomas disana sedang memeriksa bagian-bagian yang rusak lainnya.
James Barclay benar-benar terpana ketika untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di puri Gottenham. Walaupun bagian depannya berantakan akibat badai, namun tetap saja rumah besar bergaya victoria yang memiliki sejarah panjang itu terlihat begitu indah dan megah. Satu-satunya hal yang diketahui Mr. Barclay tentang puri ini adalah bahwa dulu puri ini milik seorang bangsawan dan sempat terbengkalai selama bertahun-tahun hingga pemerintah setempat berencana untuk menghancurkannya. Sir Thomas yang pindah dari Birmingham pada tahun 1967 kemudian membelinya dan memperbaiki infrastruktur puri Gottenham.
“Selamat pagi Sir.” Sapanya ramah. “Selamat pagi.” Sir Thomas terlihat heran. “Saya James Barclay dari Muple’s House dan ini putra saya Danny. Mungkin anda tidak begitu mengenali saya, tapi sebenarnya kita pernah beberapa kali bertemu di Goodison Chess Club.” “Ah iya Mr. Barclay. Bagaimana kabar anda?” Kata Sir Thomas sambil membalas jabatan tangan Sir James. “Baik Sir. Maaf saya tidak berniat untuk mengganggu anda. Saya hanya ingin melihat seberapa parah kerusakan yang terjadi disini.” “Badai semalam merupakan yang terburuk, tidak ada yang menyangka pohon ek besar ini bisa tumbang disambar petir.” Sir Thomas menunjukkan bagian bawah batang pohon yang hangus. “Saya bisa melihatnya Sir. Mungkin saya bisa membantu, sebagai agen alat-alat berat saya kenal beberapa kontraktor berpengalaman untuk mengangkat pohon ek ini. Bagaimana Sir?” Sir Thomas berpikir sesaat sebelum akhirnya ia menyetujui penawaran Sir James.
Jam sudah menunjukkan pukul 10.05, James Barclay dan putranya pamit setelah berkeliling melihat kerusakan lainnya di puri Gottenham. Dia begitu senang karena dapat membantu Sir Thomas, apalagi jasa kontraktor yang dihubunginya bisa datang lebih cepat. Memang butuh waktu lama untuk memperbaiki atap puri yang rusak, meski begitu sekitar dua jam kemudian pohon ek besar sudah berhasil diangkat.
Petang ini Sir Thomas akan berangkat ke London untuk menghadiri jamuan makan malam. Mengenakan pakaian terbaiknya topi tinggi yang berkilauan, dengan jas berwarna gelap, dan sepatu yang mengkilap serta tidak ketinggalan kacamata besar yang merupakan ciri khas dari Sir Thomas.
“Aku akan pulang agak larut, tapi jika ada hal-hal penting yang terjadi segera hubungi aku.” Katanya tegas pada Deasy. “Baik Sir.” Wanita kulit hitam paruh baya itu segera masuk begitu taxi yang membawa Sir Thomas sudah tidak terlihat lagi.
Hujan deras kembali melanda wilayah Merseyside, sesekali diiringi gemuruh petir yang saling bersahutan. Mrs. Deasy kemudian menyalakan perapian di ruang tengah. Ada hal aneh terjadi, seekor burung kecil mematuk-matuk kaca jendela dari luar. Awalnya Mrs. Deasy tidak menghiraukannya, namun lama kelamaan ia menyadari kalau burung itu seperti sedang memanggilnya. Sekuat tenaga ia membuka jendela besar itu dan menutupnya dengan cepat begitu burung kecil itu masuk. Dilihatnya dengan seksama, betapa terkejutnya Mrs. Deasy bahwa hewan kecil itu adalah bayi pigeon.
“Bagaimana bisa makhluk ini ada disini?” Ketakutan besar melanda dirinya. Mrs. Deasy berlari secepat kilat ke kamarnya sambil membawa burung kecil itu di saku bajunya. Dengan jantung yang berdegup kencang dan penuh kehati-hatian ia mengeluarkan bayi pigeon. Apa ini? Gumamnya dalam hati. “Kenapa dia seperti kesakitan? Mungkinkah ini pertanda?”
Tiba-tiba sebuah cahaya keemasan mengelilingi tangan kanannya dan beberapa saat kemudian bayi pigeon tadi sudah berubah bentuk menjadi gulungan kertas kecil berwarna putih. Sebuah surat.
Dear Aunty Deasy Saat perjalananku ke Crystal Peak aku sempat mengunjungi rumahmu, dan aku melihat kalung bandul di patung Armozeda berubah warna menjadi hitam. Aku takut ini merupakan sebuah pertanda. Kumohon aunty, kau harus berhati-hati! Aku terpaksa mengirimkan bayi pigeon secara sembunyi-sembunyi untuk memperingatkanmu.
Salam Lea
Deasy sangat terkejut dengan isi surat dari keponakannya itu. Ketakutannya sudah berada di puncak tertinggi. Wajah Deasy berubah menjadi pucat pasi. Ia bahkan tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah ia beritahu hal ini pada Sir Thomas? Tapi kemudian ia mencoba tenang dan memutuskan untuk menyimpannya sendiri sementara ini.
Semalaman Deasy tidak bisa tidur dan hanya mondar-mandir di ruang tengah, sesekali ia melihat ke jalanan kalau-kalau Sir Thomas sudah kembali. Pikirannya kacau dan mulutnya terus bergumam tiada henti. Dan betapa terkejutnya Deasy saat mendengar suara pintu yang diketuk bersamaan dengan suara kilat yang menyambar. Sir Thomas sudah kembali, sebagian bajunyanya basah karena hujan.
Setelah selesai berganti pakaian, Sir Thomas bersantai sebentar di ruang baca. Deasy membawakannya secangkir susu hangat dan beberapa biskuit jahe. Akhir-akhir ini Sir Thomas kesulitan untuk tidur dan kebiasaannya adalah menghabiskan waktu di ruang baca hingga ia benar-benar mengantuk.
“Mrs. Deasy.” Kata Sir Thomas tiba-tiba, ia melihat betul raut wajah Deasy sangat terkejut, dan membuatnya hampir menjatuhkan cangkir Sir Thomas. “Bukankah aku memintamu untuk menghubungiku bila ada hal-hal penting terjadi? Kau pikir bisa menyembunyikan wajahmu yang pucat pasi itu?” Suara Sir Thomas berubah agak keras.
Mrs. Deasy akhirnya melupakan niatnya untuk menyimpan berita ini sendirian. Karena ia tahu betul Sir Thomas memang harus terlibat. Mrs. Deasy memberikan surat dari keponakannya itu dengan berat hati. “Apa anda masih ingat dengan keponakan perempuan saya Sir? Gadis kecil dengan rambut dikepang dua yang selalu saya ajak bepergian. Dia yang mengirimkan surat ini. Jika apa yang dia tulis dalam surat itu benar, maka kita harus bersiap-siap Sir.” Sir Thomas mengangguk, wajahnya berubah serius begitu selesai membaca surat itu. “Pastikan kau jaga dan kau awasi dengan benar sekeliling rumah ini. Aku juga akan terus waspada pada apa pun yang terjadi. Semuanya akan baik-baik saja aku jamin itu.”
Beberapa hari berlalu, perbaikan atap puri Gottenham berjalan lancar sejauh ini. Sir Thomas amat senang dan begitu terkesan atas bantuan dari Mr. Barclay. Sebagai rasa terima kasih dia sering mengundang Mr. Barclay untuk makan malam, atau sekedar bersantai di puri Gottenham. Hubungan mereka kian akrab apalagi setelah mereka sering bertemu di klub catur lokal dan sama-sama aktif pada setiap kegiatan sosial. Putra dari Mr. Barclay yaitu Danny juga menjadi dekat dengan Sir Thomas. Anak laki-laki pendiam itu begitu kagum dengan puri Gottenham.
Ayahnya memang sudah beberapa kali mengajaknya mengunjungi puri itu, tidak bisa dipungkiri, walau pada awalnya Danny merasa takut lama kelamaan dia menikmati setiap kunjungannya. Dari sekian banyak ruangan di dalam puri Gottenham, hanya perpustakaan pribadi Sir Thomas yang menjadi favoritnya. Begitu banyak buku-buku luar biasa dan ruangan itu juga dijejali dengan barang-barang antik menunjukkan pengalaman arkeologi Sir Thomas begitu kaya. Sir Thomas pernah bercerita bahwa ia telah berkeliling dunia melakukan berbagai ekspedisi, dan mengalami berbagai petualangan menegangkan.
Keseringannya berkunjung ke puri Gottenham membuatnya terbiasa pada situasi disana. Kecuali satu hal; Mrs. Deasy, Danny benar-benar tidak nyaman dengan keberadaan pelayan Sir Thomas itu, tidak pernah sekali pun Mrs. Deasy ramah padanya. Dia selalu menatap Danny dengan pandangan curiga, sebenarnya tidak hanya kepada Danny saja dia bersikap seperti itu tapi juga pada siapa pun yang berkunjung ke puri. Sepertinya pelayan itu hanya patuh pada Sir Thomas saja. Yang membuat Danny lebih heran lagi, Sir Thomas memperlakukan Mrs. Deasy dengan amat lembut. Bahkan seolah-olah Sir Thomas lah yang menjaganya, bukan kebalikannya.
Banyak hal menarik di puri ini, semuanya serba misterius, walaupun sebenarnya Sir Thomas sangat ramah dan memperbolehkan siapa pun untuk melihat-lihat rumahnya, tapi dari pengamatan Danny, Sir Thomas tidak pernah sekalipun mengizinkan orang lain untuk menginjakkan kaki di sekitar halaman belakang rumah. Pernah satu kali Danny bertanya alasan tidak ada seorang pun yang boleh pergi kesana, Sir Thomas tidak menjawab dan hanya menatapnya tajam dan dingin. Menunjukkan bahwa Sir Thomas benar-benar melarang, walau hanya sekedar membicarakannya saja. Sejak itu kunjungan Danny hanya sebatas untuk membaca atau sekedar membicarakan topik-topik yang ringan saja dengan Sir Thomas di ruang perpustakaannya yang begitu kaya. Seperti hari ini, Danny sedang asyik mendengarkan pengalaman Sir Thomas saat mengadakan ekspedisi ke hutan Amazone tahun 1971.
“Dan aku tidak habis pikir ketika Gomez dan Miguel, kedua Indian nekat itu memotong pohon besar yang kami gunakan sebagai jembatan hingga jatuh ke ngarai yang dalam padahal pohon itu merupakan satu-satunya jalan keluar dari hutan. Tapi mau tidak mau kami harus melanjutkan perjalanan.” Sir Thomas menengguk tehnya kemudian ia melanjutkan.
“Satu hal yang tidak akan pernah aku lupakan, sebagai anak muda yang sangat bersemangat saat itu teman-temanku memintaku agar membuatkan peta lengkap, sehingga mempermudah kami untuk keluar dari sana. Di samping tenda kami ada sebuah pohon besar dan cukup tinggi, aku memanjat pohon besar itu dan kau tahu, betapa terkejutnya aku tiba-tiba ada sebuah wajah muncul tepat ke arahku, sosok itu bersembunyi diantara rerimbunan daun.” “Apa itu Mr. Jefferson?” Tanya Danny “Manusia kera, tapi aku tetap melanjutkan untuk sampai di puncak pohon dan kemudian dan mulai menggambar peta. Saat aku berhasil membuat peta, teman-temanku amat senang dan itu membuatku amat bangga.”
Mata Danny berbinar-binar mendengarkan penuturan Sir Thomas, ia mengajukan banyak sekali pertanyaan. Sir Thomas sampai kagum dengan keingintahuannya yang begitu besar. Sayangnya percakapan seru mereka harus terhenti begitu ada suara pintu diketuk. Tubuh Mrs. Deasy yang gempal muncul dari balik pintu.
“Mr. Barclay datang Sir.” Katanya sopan “Wah sepertinya kita harus melanjutkan ceritanya besok Danny.” Ekspresi wajah Sir Thomas berubah jenaka. Dilihatnya Sir James sudah berdiri di dekat pintu. “Tidak bisa kah aku disini sebentar lagi Dad?” “Maaf, tapi kau harus menepati perjanjian kita. Lagi pula Sir Thomas pasti mau istirahat. Ayo Danny, kau bisa main kesini lagi besok.” “Okey, baiklah.” Danny berjalan lesu ke arah ayahnya. “Sampai jumpa besok Mr. Jefferson.” Sir Thomas tertawa kecil “Sampai jumpa Danny.”
Baru saja Sir Thomas akan kembali ke ruang kerjanya, tapi kemudian terdengar suara ketukan lagi di pintu depan. Hmm mungkin Danny kemari lagi karena ada yang tertinggal. Pikir Sir Thomas. Saat Mrs. Deasy membuka pintu, Sir Thomas langsung menyadari kalau itu bukan keluarga Barclay.
Cerpen Karangan: Arrum Yoanita Sari
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 9 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com