Aku terus berlari menjauhi tempat menyedihkan itu. Tempat dimana aku mengetahui fakta miris. Aku benar-benar sangat kecewa. Air mataku tak berhenti mengalir. Hujan semakin deras dan menghatam tubuhku. Tapi aku terus berlari. Tak peduli hari sudah mulai gelap sekalipun.
“Raina! Tunggu! Aku bisa menjelaskan semua ini. Ini tidak seperti yang kau kira Rain!” teriak temanku Nella yang mengejarku. Dan lebih tepatnya adalah mantan temanku sekarang. “Aku tidak peduli! Aku kecewa padamu Nell. Aku tidak menyangka kau tega padaku.. Berhentilah mengejarku!” teriakku juga tanpa menoleh sedikitpun.
Petir mulai menyambarkan kilatnya. Awan hitam sudah memenuhi langit. Entah setan apa yang merasuki diriku hingga aku tak merasa takut sekarang.
Napasku sudah mulai habis. Nella sepertinya tak lagi mengejarku, membuatku bisa bernapas lega. Aku perlambat langkahku dan berhenti di sebuah halte yang sepi. Tempat yang cocok untuk menenangkan diri pikirku. Aku kemudian duduk sambil sesekali mengusap wajah kumelku.
Hujan semakin deras. Seakan tahu akan perasaanku saat ini. Aku benar-benar tidak menyangka. Teman lamaku yang sudah kuanggap keluarga memendam rasa pada laki-laki yang sudah lama aku kagumi. Lebih parahnya lagi, laki-laki itu pun mempunyai perasaan yang sama terhadapnya. Aku tidak tahu ini salah siapa? yang aku tahu hanyalah kekecewaan dan kehancuran. Hatiku benar-benar teriris mendengar kenyataan pahit itu. Dadaku sakit dan sesak. Sangat perih dan sulit terlupakan. Berulangkali aku menghapus air mataku. Tapi, ada saja hal yang membuatnya kembali menetes.
Hembusan angin dingin menghantamku lagi dan lagi. Tubuhku semakin dingin seakan ingin membeku. Kurapatkan kakiku dan kupeluk diriku sendiri dengan menyilangkan kedua tanganku. Tubuhku bergetar dan menggigil. Kupandangi jalan, tidak ada kendaraan satu pun yang lewat. Hanya ada angin yang membawa hujan serta daun-daun kering. Tempat ini tidak ada lampu penerangan. Hanya ada cahaya sorotan dari beberapa toko dan rumah di seberang jalan.
“sudahlah.. Jangan menghukum dirimu sendiri dengan membasahi dirimu dengan air hujan dan berdiam diri di tempat yang sepi ini..” ucap seseorang yang tiba-tiba sudah berada di sampingku. Aku menoleh ke arahnya dan mendapatinya tengah melepaskan jaket kulit hitam yang ia kenakan. “Andre..?” tanyaku memastikan. “yaa.. pakailah jaketku. Aku tidak ingin kau jatuh sakit karena kakakku. Aku benar-benar merasa bersalah” jawabnya sambil menyampirkan jaketnya ke punggungku. “kau tidak perlu merasa bersalah Ndre.. Ini murni kesalahanku. Aku saja yang terlalu berlebihan menaruh harapan pada kakakmu” ucapku tersenyum hambar padanya. Walaupun dalam hati masih tersisa rasa dendam. Tapi sudahlah. Aku akan mencoba tegar dan menerima kenyataan pahitku ini.
Cerpen Karangan: Intan Jannah M Facebook: Intan J