Riuh angin berhembus menjatuhkan daun. Daun daun jatuh yang tak pernah menyalahkan angin. Jalan jalan dipenuhi daun. Aku bersekolah hari ini seperti biasanya. Aku memiliki seorang sahabat bernama Fanya. Semua cerita tentang Aku sudah cukup banyak. Dia adalah orang yang selalu menjadi tempat curhatku selama ini. Aku menyukai seorang lelaki dengan tubuh yang tinggi, putih, serta ganteng. Tentunya menjadi salah satu laki-laki populer di sekolahku.
Semua tentang dia kuceritakan kepada sahabatku Fanya. Dia selalu memberiku semangat setiap hari dalam mendapatkan Reno si cowok populer di sekolah. Aku memang tidak terlalu cantik. Aku sempat tidak yakin dengan perasaanku ini. Karena aku takut, jika cinta ini bertepuk sebelah tangan, hanya patah hati yang kuterima. Fanya juga memiliki seorang cowok yang ia kagumi. Hingga suatu hari ada peristiwa yang tak pernah aku lupakan.
Hari demi hari Aku memperhatikan tingkah laku Fanya. Aku merasa janggal. Seperti ada sesuatu yang tersembunyi. Yang tak kuketahui. Aku mencoba mencari tahu. Fanya sempat bilang kepadaku bahwa ia sempat mengobrol via chat dengan Reno. Aku mencoba tak berburuk sangka kepada Fanya, namun pikirian ini tetap menggerayangi otakku. Hingga suatu hari Aku dan Fanya pergi untuk hangout bersama. Kami berdua sering dibilang anak kembar oleh teman-teman. Aku dan Fanya berada di sebuah cafe. Aku meminjam ponsel miliknya. Aku berpikir berjuta kali untuk melakukan hal ini. Aku mencoba membuka chat antara Fanya dan Reno di ponsel. Kubaca dengan runtut percakapan demi percakapan.
Perhatian. Fanya perhatian kepada Reno. Sontak Aku kaget melihat percakapan itu. Aku yang suka pun tak pernah berani untuk memulai percakapan dengannya. Aku bingung saat ini. Aku tak berhak cemburu atas semua itu, namun Aku juga sakit hati.
Di sekolah, aku hanya diam memikirkan semuanya. Hingga Fanya sadar. “Kamu kenapa Via, kok dari tadi diem mulu nggak kaya biasanya.” “Haa.. eng enggak papa” jawabku agak kaget. Aku ingin sekali menanyakan hal itu kepadanya. “Cerita aja Vi, ada apa, ada masalah sama Reno ya?”. “Nggak kok, nggak papa”. “Jujur aja vi jujur sama aku”, mohon Fanya kepadaku. “Kamu suka ya sama Reno?” tanyaku dengan spontan. “haa.. ma maksud kamu apa Via?”, jawab Fanya agak terbata bata. “Udah ngaku aja nggak papa kok, Aku udah tau, aku liat chat kamu sama Reno”, ujarku. “Oke via, maafin aku, aku sebenernya suka sama Reno”, jelas Fanya
Sejak kejadian itu, Aku menjaga jarak dengan Fanya. Meski beda rasanya jika hari tanpa ada Fanya. Aku masih tak percaya akan semua itu. Satu bulan ini, Aku tak berbincang dengan Fanya walaupun terkadang ia mengajakku untuk pergi. Tapi Aku menolaknya. Aku mungkin harus merelakan demi sahabatku, walau terlalu sulit untuk dilakukan. Walau begitu, Fanya masih tetap menjadi sahabat terbaikku. Akan tetapi, aku harus menjaga jarak dengannya.
Suatu hari, Aku mendengar berita bahwa Fanya dan Reno baru saja jadian. Itu menjadi pecutan bagiku dalam hati. Aku pikir ia tak akan melakukan itu, karena ia mengerti bagaimana perasaanku jika mereka jadian. Dari sana, Aku berpikir mungkin Sahabat terbaikku selama ini bisa saja menjadi musuh terburukku dan pengkhianat bagi hatiku. Aku berharap memiliki teman yang tulus bersamaku.
Cerpen Karangan: Ade Novia Facebook: Ade Novia R Ig: @adenoovia Nama: Ade Novia Rahmawanti Alamat: Semarang, Jawa Tengah Acc: silahkan follow @adenoovia