Mungkin senja tidak ingin menunjukan keindahannya lagi. Mungkin pelangi pun juga begitu. Sudah 3 hari hujan turun di Solo. Ini hari pernikahanku. Namaku Reni. Tidak banyak yang menarik dariku. Hanya banyak piagam dari keahlianku bernyanyi dan senyum khasku yang banyak dirindukan orang orang. Aku lulusan salah satu universitas ternama di Jakarta.
Kembali lagi ke cerita pernikahanku. Aku menikah dengan orang yanag sama sekali tidak aku harapkan. Awal mulanya… 4 Tahun lalu, saat di semester akhir dari kuliahku. Saat itu adalah tahun ke 3 dari hubungan kami. Hubunganku dengan Deni. Kami adalah teman dari sejak SMP dan tidak menyangka bisa pacaran saat SMA. Aku sangat mencintai Deni, begitupun dia. Mungkin Deni adalah hadiah terindah dalam hidupku.
Hari ini seperti biasa, aku selalu bernyanyi di salah satu cafe daerah Jakarta Timur, dekat kampus dan kos. Selesai manggung, ada lelaki muda seusiaku yang datang menghampiriku. “Nama gue Aldi, suara lo bagus” “Makasih. Nama gue Reni” “Iya gue tau. Gue pengen ngundang lo buat nyanyi di acara ulang tahun adek gue 2 hari lagi, bayaarannya lo bisa minta berapapun nominalnya” Jelasnya. Aku cukup ragu dengan orang ini, bukankah aneh baru pertama bertemu tapi sudah menawari pekerjaan. “Gue nggak maksa kok. Ini kartu nama gue, kalo lo bersedia hubungin aja ke nomer itu.” Dia pun pergi dengan meninggalkan kartu namanya.
Kampus hari ini masuk sore, mungkin nanti pulang sampai malam. Deni sudah bilang akan mengantarku sepulang ia futsal. Aku sudah melarangnya, sedikit tidak enak dengan ibu kos yang selalu mengamati gerak gerik dari anak kosnya. Terlebih lagi yang sudah menunggak banyak seperti aku. Penghasilan dari bernyanyi di cafe setiap sabtu dan minggu memang belum cukup untuk membiayai uang kuliah dan uang kos secara bersamaan. “Udah nggak papa nanti kalo ibu kos marah bilang aja sama aku, aku yang akan jelasin” Ucap Deni setiap kali aku melarangnya. Lalu aku bisa apa lagi?
Benar saja, pulang dari kampus ibu kos sudah berkacak pinggang dari lantai 2 rumahnya. Air mukanya benar benar masam dan matanya menatapku tajam. Tepat selangkah sebelum aku masuk kos, dia pun akhirnya bersuara “Pacaran aja kapan kerjanya, uang kos buruan dibayar. Nunggak banyak kok nggak malu” Aku tidak menghiraukannya dan segera masuk ke kamar kos. Bukannya tidak memikirkan tentang hal ini, tapi kalau memang belum ada mau bagaimana lagi. Uang bayaran dari cafe hanya 500 ribu per bulan, sedangkan uang kos 350 ribu per bulan. Jadi masih belum cukup. Ya, tawaran itu. Tawaran dari Aldi kemarin, dia bilang kan aku bebas meminta bayaran berapa pun.
“Jadi lo setuju kan sama penawaran gue?” Tanya nya saat aku menelepon ke nomornya “Iya gue mau, soal bayarannya…” “Iya lo tenang aja, lo minta berapapun gue kasih kok. Pokok jangan sampai 100 juta hahahaaa” candanya. “Jadi lo minta bayaran berapa?” Nah ini yang paling penting. Aku sedang butuh uang banyak, tapi kalau aku minta banyak takutnya malah dia mengira aku memeras “Ren? Kok diem? Nggak mau dibayar ya?” “Ya mau lah Di, gue bingung mau minta berapa sama lo.” “Gue udah nebak. Gimana kalau lo gue kasih bayaran 2 juta? Kalo kurang lo bisa minta kok” Gila orang ini, 2 juta bukanlah uang yang sedikit. Tapi memang uang segitu yang aku butuhkan “Iya gue setuju. Besok gue dateng ke acara ulang tahun adek lo” “Gue jemput. Gue tau alamat kos lo” Aku terdiam lagi. Sekarang aku merasa dia adalah seorang penguntit. Sial!
Ini adalah hari yang sudah disepakati dalam perjanjian, perjanjian antara aku dengan Aldi. Aku sengaja tidak memberi tahu Deni, bukannya main rahasia tapi menurutku ini masalah pekerjaan yang tidak perlu dilaporkan padanya. “Lo cantik juga ya” Ucap Aldi tadi saat aku baru saja masuk ke mobil sedan putihnya. Aku hanya tersenyum sebagai jawaban.
Kami sudah sampai di rumah Aldi, rumahnya sangat besar dan tampak mewah, suara ramai sudah terdengar saat baru saja memasuki halaman rumah luas ini, Aldi melirikku sekilas lalu tersenyum, mungkin dia menertawakan wajahku yang tampak heran dengan kemewahan rumahnya. Aku turun dan segera ikut Aldi untuk menemui kedua orangtuanya, juga bertemu dengan adiknya. Adik perempuannya sangat cantik dan tampak makin cantik lagi dengan balutan gaun birunya. Namanya Keysa, adik satu satunya Aldi, dan adik kesayangannya. Kami bercakap sebentar sebelum akhirnya sudah waktunya untuk aku tampil, aku menyanyikan lagu spesial requestan dari Keysa, dan lagu terakhir, lagu Do Re Mi – The Sound Of Music yang sengaja dipilih Aldi agar kami bisa berduet. Suaranya sangat bagus, begitu pula dengan permainan pianonya.
Tidak disangka sekarang sudah pukul 11 malam, aku pamit pulang pada keluarga Aldi, dan Aldi pun mengantarkanku. “Makasih ya Ren, lo udah ngehibur adek gue. Ini bayaran yang udah gue janjiin ke elo. Kapan kapan gue bakal ngehubungin lo lagi kalo gue butuh sesuatu. Lo juga bisa hubungin gue kalo elo butuh sesuatu” Ucapnya saat sedang di perjalanan pulang “Iya, sebenernya suara lo juga bagus, kenapa nggak lo sendiri aja yang nyanyi?” “Gue bakal nyanyi kok, duet sama lo.” Aku terdiam dan tidak menanggapinya.
Beberapa hari setelah itu, Aldi masih sering menghubungiku, kadang menelepon, kadang juga datang ke cafe. Dan Deni masih belum tau soal ini. Aku cukup nyaman dengan Aldi, dia asik dan kami memiliki hobi yang sama. Hobi musik Aku sering membantu Aldi mebuat lagu, dan nanti saat hari Sabtu atau Minggu aku akan membawakan lagu itu di cafe. Hubunganku dengan Aldi masih baik baik saja, kami masih sering makan bareng, dan Deni masih sering mengantarku pulang ke kos. Hal ini berjalan sampai 3 bulan, tidak terasa 3 bulan paling berwarna dalam hidupku. Aku benar benar nyaman dengan semua ini, dengan kedekatanku dengan Aldi, dan dengan hubunganku dengan Deni yang makin hari makin serius saja.
Kemarin malam Deni mengajakku makan malam dan dia memberiku cincin emas putih yang sangat cantik, dia bilang liburan semester nanti akan datang ke rumahku untuk berbicara dengan orangtuaku, dia akan melamar. Hati wanita mana yang tidak senang. Tapi aku juga mulai nyaman dengan Aldi, aku tidak ingin jauh darinya, aku ingin dia selalu ada dalam setiap tampilanku di cafe, aku ingin selalu membantunya membuat lagu. Malam nanti adalah hari minggu, Aldi yang sudah ada di tempat duduk paling depan untuk menunguku tampil.
“Thanks ya lo udah dateng hari ini, gue kira lo nggak bakal dateng” ucapku Dia tersenyum lalu meminum capucinonya “Gue selalu dateng Ren, gue pengen ngomong sesuatu sama lo” Aku pun segera duduk di depannya. “Gue udah kenal lo cukup lama Ren, selama 3 bulan ini gue bener bener nggak nyaman sama perasaan yang terus ngehantuin gue, gue pengen segera bilang ke elo…” Dia memberi jeda, entah kenapa perasaanku menjadi sangat senang “Gue suka sama lo Ren, lo mau nggak jadi pacar gue?” Seperti ada ribuan petir yang menyambar, seperti ada ribuan guntur di atas kepala ku. Aku benar benar terkejut sekaligus senang, mengetahui hubunganku yang tidak bertepuk sebelah tangan. Sejenak aku lupa dengan Deni, dengan kebersamaan kita sejak SMA. “Ren, lo mau kan?” Tanpa sadar aku mengangguk, aku mengiyakan ajakan Aldi.
Sesampainya di kos, aku benar benar bingung harus bagaimana dengan Deni, aku mencintainya, juga mencintai Aldi. Tapi, semua sudah terjadi… Entah apa yang terjadi dengan Deni, kami hanya komunikasi via suara, itu pun tidak setiap hari, dia tidak pernah terlihat di kampus, dan tidak pernah futsal. Dia seperti menghindari bertemu denganku. Sebaliknya aku dengan Aldi justru semakin dekat, kami hampir setiap hari bertemu, dan sekarang Aldi menjadi patnerku saat bernyanyi di Cafe, rasaku dengan Aldi semakin kuat dan dalam.
Seminggu sebelum liburan semester, aku mendengar kabar buruk, sangat buruk. Ada yang mengirimiku paket berisi foto foto Deni dengan wanita cantik berambut coklat, entah dia siapa, mereka tampak begitu mesra di dalam sebuah mobil sedan hitam terbaru milik Deni, aku benar benar hancur, aku membenci Deni saat itu juga, aku membuang cincin emas putih pemberiannya tempo hari, aku menangis 2 hari tidak keluar kamar. Aku memblokir akun Deni, semuanya. Aku membencinya. Sangat!!!
“Kamu jangan nangis lagi Ren, aku nggak tau apa masalah kamu, tapi yang harus kamu tau 1 minggu lagi aku akan ikut kamu ke Solo, aku akan melamar kamu.” Ucap Aldi Serentak tangisku terhenti, aku langsung memeluk Aldi erat.
“Mama sama Papa terserah sama kamu Ren, kalo kamu setuju, kami pasti memberi restu, tapi Papa benar benar setuju dengan Aldi” Aku pun tersenyum dan mengangguk pelan “Alhamdulilah…” Ucap semuanya.
Aku sedang berada di salah satu Mall bersama Mama, kami memilih beberapa baju untuk persiapan pernikahan 5 hari lagi, undangan sudah disebar dan persiapan sudah hampir selesai. Saat aku menarik dress biru laut, ada orang lain juga yang memilih dress ini. Aku menoleh. Rasanya benar benar seperti ditusuk ribuan jarum, gadis ini aku benar benar ingat, gadis rambut coklat ini. Aku langsung menariknya sedikit menjauh dari pengunjung
“Apa apa an sih lo” Ucapnya marah “Lo pacarnya Deni kan?” “Lo Reni?” Aku mengangguk. Dia mengajakku turun ke Lantai 1, di sana ada Cafe dan dia memintakku untuk menunggu sebentar “Gue bukan pacarnya Deni, ini semua salah paham” Ucapnya “Salah paham gimana? di foto itu udah jelas” “Biar Deni aja yang jelasin semuanya, dia bakal sampe sebentar lagi” “Gue nggak mau liat muka dia lagi” Aku langsung berdiri dan berniat pergi saat itu juga, tapi sebelum sempat aku melangkah Deni sudah tiba dan langsung menarikku duduk kembali “Dengerin aku dulu Ren” Aku pun menurut dan kembali duduk.
“Kamu mau nikah kan sama Aldi? Dia itu saudaraku. Dia anak dari Om Frans, adik Papaku. Aku yang ngenalin dia ke kamu, aku cerita kalo kamu suka tampil di cafe, dia izin sama aku kalo dia pengen ngundang kamu di acara ulanag tahun adiknya, aku juga yang udah ngasihin alamat kamu ke dia, aku kira kamu bakalan cerita ke aku soal kedekatan kalian, tapi ternyata kamu nggak cerita apa apa. Aku sampe nyimpulin kalau kalian saling suka. Aku tau Aldi lebih kaya dari pada aku, dia lebih mampu dan lebih berani dalam mengambil tindakan. Saat aku ngasih kamu cincin, aku cuman pengen ngetes gimana reaksi kamu. Aku seneng banget pas kamu nerima cincin dari aku, tapi beberapa saat setelah itu, Aldi bilang dia suka sama aku, dan kamu pun juga sama. Aku nantang dia, aku minta dia buat nembak kamu, dan kalo kamu nerima aku janji sama dia aku bakal ngejauh dari kamu. Dan sayangnya saat itu kamu nerima Aldi. Akhirnya dia ngancam aku, dia mukulin aku dan maksa aku biar aku ngejauh dari kamu, dan aku lihat kamu juga makin deket sama Aldi. Akhirnya aku jauhin kamu pelan pelan, aku sengaja pura pura deket sama Citra, cewek berambut coklat ini, biar kamu benci dari aku dan jauhin aku. Dan sekarang pun akhirnya kamu nikah sama Aldi, aku nggak pengen kamu batalin pernikahaan kamu yang tinggal 5 hari lagi, inget keluargamu Ren. Yang harus kamu tau, aku tetep sayang sama kamu, rasa sayangku tetep sama Ren.”
Aku benar benar tidak tau harus berbuat apa, hubungan yang sudah aku buat dengan Deni selama bertahun tahun, akhirnya kandas begitu saja. Semua pun salahku.
Dan hari ini saat hari pernikahanku dengan Aldi, hujan terus turun di Solo sepertinya hujan terus ikut menangis. Maaf Den.
Cerpen Karangan: Berlianika Rahmawati Facebook: Berlianika Rahmawati