Apa yang lebih sakit daripada ditinggalkan seseorang yang paling kau sayang? Tentu saja ada. Ada yang lebih sakit daripada itu. Mencintai seseorang yang begitu dekat, tapi cinta yang selalu bertumbuh itu semakin lama makin tak pernah tersentuh dan terjamah.
Oh iya, aku mempunyai 2 orang sahabat. Yang pertama, sahabatku yang paling cantik dan lucu, namanya Riani. Dan yang kedua, sahabatku yang paling jahil dan menggemaskan bernama Zaky. Nah, Zaky ini selalu membuat aku jatuh terus. Maksudnya jatuh cinta. *ups* Dan yang pasti, aku sangat senang kalau seseorang yang aku cinta ini selalu menemani, menghibur, dan menyangiku. Tapi perasaanku kepada Zaky tidak mungkin aku ceritakan kepadanya, dan hanya bisa aku ceritakan kepada Riani.
“Valen, valen sini deh cepetan!!! Aku mau cerita nih” Ujar Riani dengan terburu-buru. “Cerita apa Rin? Ciyee serius banget, ada apaan?” Tanyaku heran. “Menurut kamu ‘G’ ganteng gak?” tanya Riani penasaran dan tergesa-gesa. “ ‘G’? ‘G’ siapa?” tanyaku penasaran. “Itu loh, masa kamu gatau sih Len”. “Ohh.. Gilang? Ciyee ada yang suka sama Gilang nih yee hahaha” Ujarku meledek. “Ssttt.. jangan keras-keras ngomongnya”. Jawab Riani sambil menutup mulutku. “Upss.. Sorry abisnya aku seneng banget bisa nebak. Hehe”. “Yee.. alay lo!”. “Yee.. enak aja. Lo tuh yang alay. Wkwk”. Sahutku sambil tertawa kecil. “Oh ya, kalo Valen suka sama siapa?” “Ishh, Riani kepo! Pengen tau banget atau pengen tau aja?”. Tanyaku meledek “Ish, gak pengen tau juga sih”. Jawabnya cemberut. “Ya udah tapi jangan bilang siapa-siapa. Okey? Aku sebenarnya suka sama Zaky” “Zaky? Cieee.. gak salah denger nih Riani? Emang Zaky cakep apa?” “Cakep banget” Ujarku sambil tersenyum simpul. “Cakepan gebetan Riani kemana-mana kali Len. Buktinya anak sekolah lain aja pada naksir sama si Gilang. Duh Gilang cakep banget ya Len” Sahut Riani sambil senyum-senyum sendiri. “Ya aku gatau kenapa bisa suka sama Zaky” Jawabku sambil mengangkat bahu. “Oke. Jangan lupa jaga rahasia kita ya”. Ujar Riani sambil mengangkat ibu jari tangannya. “Oke. Udah yuk, kita keluar bosen di kelas terus. Mending kita liat Zaky lagi main Volly”. Ujarku “Ya udah yuk, emm.. ada Gilang gak ya???” Jawab Riani sambil tersenyum simpul.
Kemudian aku dan Riani duduk di pinggir lapangan sambil minum segelas juice strawberry. Wow! Sungguh indah hari ini, walaupun sang mentari bersinar dengan teriknya namun aku sangat senang bisa melihat langit biru, mendengar kicauan burung yang bertengger di pohon juga kupu-kupu berwarna biru putih berkilauan yang terbang di depanku. Dan yang pasti aku senang melihat Zaky yang sedang bermain volly dengan gaya kerennya.
“Ssstt.. senyum-senyum sendiri aja nih gak bagi-bagi! Ngeliatin siapa sih? Zaky yaa? Pantesan anteng hahaha” Ujar Riani memecahkan lamunanku. “Hehehe.. ketauan juga deh”. Jawabku sambil tersenyum simpul. “Len, Len Zaky mau nyamperin kamu tuh” Ujar Riani berbisik. Aku hanya mengangguk. “Len! Beli minuman yuk ke kantin sama gue?” Ujar Zaky sambil tersenyum lebar dengan membawa bola volly di tangannya. “Haus yaa? Kasiaaannn” Jawabku meledek. “Laper juga nih” “Duh kode banget. Bilang aja minta dibeliin”. Zaky hanya tertawa kecil, lalu menarik tanganku menuju ke kantin. “Ayo Rin, ikut ke kantin gak?” Teriakku. “Aku nitip keripik aja deh Len”.
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Zaky selesai membeli minuman. Kita berdua pun kembali menuju ke kelas, karena Riani sudah menunggu makanan titipannya. “Ambil ah!!!” Teriak Zaky sambil berlari mengambil minumanku. “Zakyyyyyyyyy!!!” Teriakku sambil berlari mengejar Zaky namun tiba-tiba… ‘GUBRAK!’ Semua mata tertuju padaku. “Ahahaha ciee.. ciee..” Teriak semua murid menertawakanku saat ku jatuh bertabrakan dengan Iqbal di tengah lapangan. “Sorry Len gak sengaja” Ucap Iqbal sambil mengulurkan tangannya kepadaku. Iqbal pun pergi meninggalkanku dan kembali bersama teman-temannya.
Aku pun berjalan menuju ke kelas sambil membersihkan rokku yang kotor. “Hahahah, Kasian deh lo. Makanya kalo lari tuh liat-liat, jangan ngeliatin gue terus” Teriak Zaky dari depan pintu kelas. “Ciyee yang abis tabrakan sama Iqbal, haha Si Iqbal mah modus tuh sama kamu Len. Ciee Valen” Ledek Riani kepadaku. Namun aku hanya terdiam. “Valen gak apa apa kan? Lain kali kalo lari liat-liat jalan ya? Jangan ngeliatin gue terus” Ujar Zaky sambil menatap wajahku yang sedang menunduk. “Haha apaan sih Vic. Siapa juga yang ngeliatin lo. Yee!!!” Jawabku sambil tertawa kecil. Jujur hatiku berbunga-bunga ketika kami bisa berjarak sedekat ini. Aku tak tahu bagaimana perasaannya terhadapku. Aku tak boleh tergesa-gesa menyebut segalanya adalah cinta. Cinta bukan sepaket perkenalan yang terbentuk tanpa proses. Semua harus butuh proses. Tapi, bukankah aku dan dia memang sedang dalam proses? Entahlah. Intinya yang aku rasakan sekarang adalah nyaman. Nyaman berada di dekatnya.
Iya! Dia yang selalu membuatku tersenyum ketika aku membayangkannya, dia yang sering membuatku tertawa dalam hati ketika mengingat percakapan bersamanya, dia yang membuat jantungku berdebar cepat saat kurangkai tatapan matanya yang hangat di dalam benakku. Tanggapan itu membuatku semakin berharap. Sepertinya, dia juga punya perasaan yang sama denganku, tapi aku masih berusaha diam. Aku masih jatuh cinta diam-diam. Bagiku, tak mungkin seorang cewek mengungkapkan perasaannya lebih dulu. Tak mungkin aku berkata cinta kepadanya lebih dulu. Aku hanya menunggu isyarat darinya, menunggu pertanda suatu saat pasti menjadi nyata. Begitulah hari-hariku bersamanya, terasa begitu sempurna. Aku menyadari bahwa kini aku benar-benar mencintainya, tapi takut segalanya berubah dengan cepat jika aku menuntut status dan kejelasan. Aku begitu nyaman, bahkan dalam keadaan yang tidak jelas dan tanpa status seperti ini. Aku tak ingin segalanya berubah dengan cepat karena dia sudah menjadi zona nyaman bagiku. Tak ingin ku pergi menjauh. Aku hanya ingin dekat, terus dekat, semakin dekat.
Hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan tahun pun telah berganti dengan cepatnya. Aku, Riani, dan Zaky masih bersama, menjadi sahabat yang istimewa. Siang yang cerah mengiringi hari ini, sinar mentari dengan hangat dan penuh kelembutan meresap ke dalam tubuhku, aku begitu asyik memperhatikan Zaky yang sedang berlatih Volly di lapangan, sampai-sampai aku begitu menikmati belaian hangat sang mentari yang lumayan panas ini.
“Valen! Valen! Ikut aku yuk. Aku mau bicara sebentar” Teriak Riani sambil menarik tanganku menuju lantai atas. “Bicara apa Rin? Kok Serius banget” Sahutku sambil tersenyum sumringah. “Emm.. Len.. Aku suka sama Zaky. Aku mau nyatain perasaanku sama dia. Boleh gak?” Tanya Riani sambil menatap dalam mataku. “Loh kok nanya ke Valen? memangnya sejak kapan kamuu…” tanyaku dengan muka yang awalnya ceria berubah menjadi sedikit tertunduk sambil berusaha menahan rasa sesak di dalam hatiku. “Kenapa?” tanya Riani sambil mengerutkan dahi. “Sejak kapan kamu suka sama Zaky?” Ujarku sambil tersenyum simpul. “Emm.. persisnya sih gatau kapan awalnya aku suka sama dia. Yang pasti, selama aku duduk sebangku sama dia, aku nyaman. Kamu masih suka sama Zaky?” tanyanya penasaran. “E..e..engga” jawabku sambil tersenyum dan mencoba meyakinkan. “Berarti aku boleh nyatain perasaanku sama Zaky?” Ujarnya. “Ya boleh lah, kan aku tidak punya hak untuk melarang kamu, dia bukan siapa-siapa aku” jawabku sambil tertunduk dan berusaha menahan air mataku yang memberontak ingin keluar. “Makasih Valen!! Pokoknya Valen yang paling baik deh” Jawabnya tersenyum senang dan kemudian pergi meninggalkanku sambil berlari kegirangan.
Aku benar-benar tak percaya telah mendengar semuanya. Aku tak percaya Riani telah mengatakan hal yang membuatku sangat sakit, sakit sekali. Aku masih mencintai Zaky. Aku masih menyayangi Zaky. Aku tak percaya Riani sejahat itu kepadaku. Dia begitu tega menyakiti hati seorang sahabatnya sendiri.
Kini Semua yang kulewati sekarang bagaikan mimpi. Berlalu dengan cepat, semua yang kupertahankan sekarang hilang. Pengkhianatan! Ya pengkhianatan itu adalah hal yang menyakitkan. Begitu sakit rasanya terkhianati. Apalagi dikhianati oleh sahabat sendiri. Sekarang aku tak tau siapa yang salah. Aku atau Riani! Mungkin memang aku yang salah. Aku mengatakan kepada Riani bahwa aku sudah tak mencintai Zaky lagi. Iya. Riani tidak salah. Aku yang salah.
“Len, aku mau curhat sama kamu” Ujar Riani serius. “Iya curhat apa Rin?” Tanyaku. “Kemarin aku chatingan sama Zaky. Aku nyatain perasaanku sama dia. Tapi gak dibales sama Zaky” Sahut Riani menunduk lemas. “Loh? Emang awalnya kamu bilang ke Zaky kaya gimana?” Ujarku serius. Riani menyodorkan handphone kepadaku dan menunjukkan chat Riani dengan Zaky.
Riani: Zaky, gue mau nanya sama lo. Boleh gak? Zaky: Boleh, nanya apa? Riani: Lo suka sama siapa? Zaky: Emang kenapa? Riani: Lo suka sama Valen ya? Zaky: Gatau, emang kenapa Rin? Riani: Gue suka sama lo, lo mau gak jadi pacar gue?
“Kok kamu segala ngungkit-ngungkit nama aku?” tanyaku lemas melihat chatingan Zaky dengan Riani. “Ya engga, Cuma mau tau aja. Tapi Zaky bilang, dia gak suka sama kamu. Terus dia suka sama siapa dong?? Terus chat- aku kok gak dibales ya? Apa dia marah sama aku? Tadi pagi juga aku ketemu, dia gak nyapa aku” Sahut Riani sambil menunduk dan kemudian pergi meninggalkanku. Apa benar Zaky tidak mencintaiku? Apa benar Zaky tidak ada sedikitpun rasa untukku? Tapi aku yakin kalau Zaky mempunyai perasaan yang sama denganku. Sangat yakin sekali. Buktinya dia menjawab ‘GATAU’ disaat Riani menanyakan perasaan dia kepadaku. ‘GATAU’ bukan berarti ‘Tidak Suka’. Iya, aku yakin dia mencintaiku. Tapi? Ini sungguh munafik! Sungguh. Aku berusaha membuatnya merasa bahwa segalanya baik-baik saja meskipun yang kurasakan saat ini adalah perasaan yang bahkan kata pun tak mampu mendeskripsikannya. Aku tak percaya siapa pun lagi. Sahabat yang dulu kupercaya ternyata bisa berkhianat juga. Bahkan, dia tak peduli apa yang kini kurasakan sekarang. Ibarat daun yang gugur, lalu mengering tanpa ada yang peduli.
Di lantai atas sekolahku, diriku sedang termenung melihat Zaky bermain basket sambil berdiri menyandarkan daguku di pembatas besi sekolah. “Zaky, Aku takut. Takut kehilangan kamu” dalam benakku bicara. “Hey! Bengong aja. Nanti kesambet loh!” Ujar Ana memecahkan lamunanku. Namun aku hanya tertawa kecil tidak menjawabnya. “Oh iya Len, kamu tau kan kalo Riani itu nyatain perasaan ke Zaky?” Aku hanya mngangkat alis kananku. “Kasian ya Riani belum diterima. Yaudah deh jadinya kemarin aku nge-chat Zaky kaya gini” Ujar Ana sambil menyodorkan handphonenya kepadaku.
Ana: Vic, terima Riani ya? Zaky: Emang kenapa? Ana: Kasian dia, terima aja yaa Zaky: Emang harus ya? Ana: Iya pokoknya lo harus nerima dia. Kasian tau Riani. Katanya dia suka banget sama lo.
“Oh iya sekarang gue gak tau si Riani udah diterima atau belum. Mana ya Riani?” Sahutnya sambil mencari-cari Riani. “Itu Riani” Jawabku sambil menunjuk Riani. “Riani! Sini deh” Teriak Ana memanggil Riani. “Valen! Ana! Gue diterima sama Zaky!!!” Ujar Riani kegirangan sambil memeluk kami berdua. “Hah? Seriusan? Yeaayy!!! Cieee Riani” Sahut Ana gembira. “Valen!!! Aku bahagiaaaa bangeeettt. Okey, untuk merayakan moment ini kalian berdua aku traktir sepuasnya” Teriak Riani melepas pelukan Ana, dan kembali memeluk tubuhku. “Yess!! Dapet PJ (Pajak Jadian) nih. Oke deh Let’s go kita OTW ke kantin!” Sahut Ana sambil melangkahkan kaki dengan lebarnya. “Ayo Len!” Ajak Riani. “Emm.. aku nanti nyusul ya Rin. Soalnya aku disuruh Bu Guru sebentar” Jawabku sambil tersenyum. “Oke Len!” Sahut Riani sambil melambaikan tangannya dan berjalan menuju kantin.
Seketika itu pun mataku terasa panas, badanku lemas, dan air mataku pun tak kuat ingin menetes. Tidak tau kenapa, hatiku benar-benar sakit sekali. Rasa sakit yang kini aku rasakan benar-benar tidak dapat diungkapkan oleh kata-kata. ‘Valen! Valen kuat! Valen please jangan alay!’ Teriakku dalam hati sambil menarik nafas panjang.
Aku menyadari. Ternyata seseorang yang seharusnya menjadi tumpuan rasa suka dan duka, tempat berbagai rasa, canda dan tawa, serta bisa dipercaya ternyata menjadi sosok sebaliknya. Ia bukan lagi tempat yang aman untuk berkeluh kesah. Ia tidak lagi setia dan penuh pengertian seperti dulu. Ia berubah menjadi seorang PENGKHIANAT!
ThE End
Cerpen Karangan: Yudha Dwi Heryanti Facebook: www.facebook.com/yudha.dwi.73 I’m just simple person