“Vo, tadi aku ketemu sama kak Al”. Aku hanya membalasnya dengan senyuman manisku. “Kamu mau nolongin aku nggak?”. “Emang mau nolongin apa?” tanyaku tanpa mengalihkan pandangan dari novel yang tengah kubaca. “Kamu cari tau dong, tentang kak Al! Perhatiin gerak-geriknya”. “Eh! Kok jadi aku sih! Yang suka sama dia kan, kamu!”. “Bantuin aku dong! Kali ini aja deh!” kata sahabatku itu sambil menarik tanganku. “Iya deh, iya aku bantuin”.
Hari demi hari aku lewati dengan mencari tau tentang kak Al. Oh iya! Aku jadi lupa! Namaku Vonna An Nadya. Sering dipanggil Vo. Dan temanku itu namanya Winda Rezilly. Aldi Ghalila. Ya, itulah kakak kelas yang sedang digebet Winda.
Tak terasa, sudah 2 minggu aku mengikuti gerak-gerik kak Al. Sampai akhirnya, aku sudah bosan dan memilih untuk berhenti mengikutinya. Tapi, pada suatu hari kak Al bertemu denganku dan dia sengaja melempar senyum padaku. Oh Ya Tuhan, senyumnya manis banget. Dan setiap kali aku bertemu dengannya, jantungku terasa berdetak lebih cepat, hampir mau copot. Kadang aku berpikir, apakah aku suka sama kak Al? Tapi, di sisi lain, aku masih memikirkan perasaan Winda. Aku merasa bersalah. Aku telah mengkhianati sahabatku sendiri.
Berhari-hari aku coba untuk move on dari kak Al. Tapi hasilnya zonk alias gagal total. Hingga pada suatu hari, aku melihat Winda sedang menangis tersedu-sedu di bangku taman. Aku tidak berani untuk menghampirinya. Karena aku mulai berpikiran kalau dia sudah mengetahui aku juga suka sama kak Al.
Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan untuk seluruh para murid sekolahku. Kalian tau? Ya, hari ini adalah jam kosong!! Para murid banyak yang bersenang-senang dengan kegiatannya masing-masing. Dan, entah kenapa Winda hari ini juga sangat ceria sekali. Padahal, 1 minggu yang lalu dia sangat bersedih.
“Kenapa Win, senyum-senyum sendiri kayak gitu?” “Kamu nggak tau ya, Vo? Aku udah jadian sama kak Rieya!” “Beneran? Kapan?” “Kemarin sore” “Wah, selamat ya Win” “Makasih ya, Vo. Oh iya Vo, nanti pukul 09.00 kamu temenin aku di taman ya. Aku mau ketemuan nih, sama kak Rieya” “Ok!”
DI TAMAN “Kamu tunggu sini ya, Vo”. “ok Win”. Sudah 15 menit aku menunggu Winda, tapi dia nggak balik juga. “Hai Vo! Nungguin siapa?”. Aku terkejut saat melihat kak Al lagi duduk di sampingku. Dan seketika, aku langsung pergi dari taman itu untuk menghindari kesalah pahaman Winda. Saat aku tiba di lorong yang sepi, kak Al tiba-tiba menghentikan langkahku.
“Kenapa menghindar Vo?”. Aku tak menjawab “Aku mau ngomong sama kamu, Vo” “Ng… ngomong apa kak?” Kataku gugup “Aku suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?” “Hah!!!” Kataku KAGET. Aku tak menjawabnya “Gimana Vo?”. Lagi-lagi aku tak menjawabnya “Kamu takut kalo Winda tau tentang hal ini?” “Kok, kakak bisa tau sih?” “Iya lah, 1 minggu yang lalu, Winda tuh nembak aku. Aku tolak. Terus aku jelasin ke dia, kalo aku tuh sukanya sama kamu” “Kakak nggak lagi bercanda kan?” “Ya enggak lah! Terus, gimana jawabannya?”.
Belum sempat aku menjawab pertanyaan kak Al, tiba-tiba handphoneku bergetar, tanda ada pesan masuk. ‘Hah! Dari Winda!’ Kataku dalam hati. {Vo, terima aja tuh, tembakannya kak Al. Biar kamu nggak nge-jomblo terus. Lagian aku udah move on kok. Jadi, kamu nggak usah takut}. Dari kejauhan, terlihat Winda dan kak Rieya sedang melihat dan mendengarkan pembicaraanku sama kak Al.
“Maaf kak, aku tetep nggak bisa”. Setelah aku ngomong gitu, kak Al, kak Rieya dan Winda terlihat gelisah. “Nggak bisa untuk nolak cinta yang tulus dari kakak” lanjutku kemudian. Seketika, ekspresi mereka bertiga berubah 180 derajat. Kak Al yang terkejut, langsung memelukku. Dan pada akhir cerita ini, aku menyimpulkan bahwa cinta segitiga itu nggak harus berakhir nenyedihkan.
Cerpen Karangan: Dilla K. Nahdlia Facebook: Dilla Khusna Nahdlia Hai! Namaku Dilla Khusna Nahdlia. Sering dipanggil Dilla. Sekarang umurku masih 13 tahun. Aku sekolah di MTsN Bandung Tulungagung. Tepatnya masih kelas 7. Kalian juga bisa mengunjungi Facebook ku (Dilla Khusna Nahdlia). Ok salam kenal!