Namaku Tiara, panggil saja ara. Sekarang usiaku menginjak 14 tahun aku bersekolah di SMP N 6 SIPIROK kelas VIII di sekolah aku dikenal sebagai cewek yang cantik, ramah dan juga termasuk siswa yang berprestasi. Pada saat akhir semester aku mendapatkan juara umum di sekolah saking bahagianya aku langsung berlari ke depan lapangan untuk menerima hadiah yang disediakan oleh sekolah. Saat aku berlari ke depan lapangan tiba-tiba aku mendengar seorang temanku mengucapkan kata selamat karena telah mendapat juara umum. Saking bahagianya tiba-tiba aku menabrak seseorang yang sangat aku kagumi namanya farel dia kakak kelasku yang sekarang duduk di kelas IX dan aku pun langsung berkata “Maaf kak enggak sengaja” sambil menundukkan kepala. Semenjak itu setiap kali aku dan farel bertemu aku selalu tersenyum malu. Ternyata farel juga mengagumiku, akhirnya kita tukaran nomor hp dan semakin dekat.
Suatu hari tiba-tiba farel mengajak aku untuk pulang bareng dan aku pon mau untuk pulang bareng sama farel. Pada saat di tengah perjalanan tiba-tiba farel mengutarakan perasaannya sama aku tanpa berpikir panjang aku langsung meng-iyakannya dan akhirnya kita resmi pacaran. Semenjak aku mengenal farel aku bahagia, semua terasa berbeda setelah farel mengisi hari-hariku.
Setelah 1 bulan pacaran aku merasa farel berubah tidak seperti dulu yang selalu ada buatku, yang selalu ngasih kabar tiap hari. Aku merasa curiga kepada farel dan aku tanya sama farel. “kok akhir-akhir ini kamu berubah, rasanya semakin jauh aja?” Dan dia jawab dengan nada suara yang keras. “kan sudah aku bilang kalo aku lagi fokus belajar, sebentar lagi aku kan udah mau UN, kenapa sih kamu curigaan bangat.” “emangnya salah kalo aku curiga sama kamu?” “ah.. sudah lah aku capek” “kamu kok gitu sekarang sama aku, apa kamu udah nggak sayang lagi sama aku” Farel pun pergi meninggalkan aku tanpa menjawab pertanyaan aku.
Tiba-tiba aku mendengar suara hp berbunyi, aku pun mencari-cari sumber bunyi tersebut. “Loh bukan hp aku yang berdering, terus itu suara hp siapa yaa”. Ternyata bunyi itu berasal dari tasnya farel yang tertinggal di atas meja, aku pun langsung mengambil hpnya farel dan aku kaget setelah membaca pesan yang masuk. Pesan tersebut ternyata dari susi. Susi sahabat terbaikku yang selalu aku banggakan pada farel.
Tanpa aku sadari farel pun tiba-tiba datang untuk mengambil tasnya. Aku bertanya sama farel “ini susi mana? susi sahabat aku itu ya?” dan dia jawab dengan jujur. “iya, emang kenapa, sahabat kamu kan sahabat aku juga”, “tapi gak kayak gini juga kan sok perhatian gitu sama kamu, aku gak suka kalo ada yang perhatiin kamu selain aku”, dan farel pun hanya tersenyum dan meninggalkan aku yang lagi kesal sama susi. Aku semakin curiga sama farel.
Aku bertanya sama susi. “susi aku boleh nanya sesuatu gak sama kamu? Kamu sama farel sering smsan ya”, “loh kok kamu nanya gitu sama aku” “emang salah? aku pernah baca pesan kamu sama farel, kok kamu gitu nusuk aku dari belakang kamu kan tau kalo aku sayang sama farel”, “aku nggak ngerti maksud kamu itu apa ra”, Tanpa menjawab pertanyaan susi aku pergi meninggalkan susi.
Setelah satu minggu aku pun mendapatkan bukti kalo susi dan farel sudah pacaran. Aku pun menangis dan bertanya pada diri sendiri. “emang aku kurang apa? kenapa dia tega kali sama aku”, “ya allah aku salah apa sama mereka? kenapa mereka setega ini sama aku”,
Tiba-tiba farel datang menghampiriku dan bertanya. “kamu kenapa kok nangis? siapa yang udah buat kamu nangis bilang sama aku”, Dan aku tersenyum seakan-akan tidak ada beban dan menjawab, “siapa juga yang nangis, aku nggak nangis kok cuman kelilipan aja.” Tanpa rasa bersalah farel hanya menjawab “oh” kan pergi meninggalkan aku lagi.
Air mataku pun menetes lagi, tiba-tiba susi datang dan bertanya. “kamu kenapa ra? Kok nangis, kalo kamu ada masalah aku siap menjadi pendengar dan jadi sandaranmu”, tanpa merasa bersalah sedikit pun. “udah lah si gak usah berpura-pura lagi aku udah tau semuanya.” “kamu tau apa ra? Aku nggak ngerti.” Farel pun datang, “loh kok kalian ada di sini? Ra kamu kok masih nangis, cerita lah sama kita masalah itu dibagi-bagi jangan dipendam sendirian nanti jadi stress loh”, “aku mau bertanya sama kamu dan susi, kalian ada hubungan apa sih? Kok aku ngerasa kalian ada hubungan gitu ya”, farel dan susi pun diam. “aku udah tau semuanya, kalian kok tega sama aku? Aku salah apa sama kalian”. “ra kamu salah faham aku dan farel tidak ada hubungan apa-apa, kamu tau kan kalo aku sayang sama kamu ra, gak mungkin aku setega itu sama kamu”, “Sudahlah nggak usah bohong lagi si aku udah ikhlas, tapi aku minta tolong sama kamu tolong jaga dia buat aku ya si. Setidaknya aku udah lega melepaskan dia buat kamu walaupun hati aku sangat sakit. Aku berusaha tegar meskipun dalam hati aku menangis.”
Tiga hari berikutnya tiba-tiba susi datang menghampiriku yang duduk-duduk di depan kelas dan berkata, “ra maafin aku ya aku udah jahat sama kamu”. “sudah si jangan bahas itu lagi, aku sudah ikhlaskan dia buat kamu”. “tidak ra! aku sangat.. sangat merasa bersalah sama kamu dan aku sangat malu kalo bertemu sama kamu, tapi aku nggak mungkin terus-terusan diam dan terus-terusan dikejar rasa bersalah ini ra”. “sudah si kan aku udah bilang sama kamu kalo aku udah ikhlasin farel buat kamu, jadi nggak usah bahas itu lagi ya” Dengan wajah yang sedih susi menjawab, “ra sebenarnya aku sama farel udah nggak ada hubungan apa-apa lagi”. Aku pun kaget mendengar ucapan susi “haa.. kok gitu si kan aku udah bilang sama kamu kalo aku udah ikhlas”. Susi pun memeluk aku dan berkata “ra nggak mungkin aku lebih memilih farel daripada kamu ra cukup sekali itu aja melalukan kesalahan yang sangat melukai hati sahabat aku sendiri, aku ngak bisa hidup tenang ra kalo kamu tidak maafin aku”. “kan aku udah maafin kamu si jadi nggak usah pikirkan itu lagi”.
Farel pun datang menghampiri kami, “ra, si aku minta maaf ya udah rusak hubungan persahabatan kalian berdua”. Aku pun menjawabnya “iya. tapi jangan di ulangi lagi ya rel”. “iya aku janji nggak akan ngulangi kesalahan itu lagi”.
Dan akhirnya aku dan susi pun memutuskan untuk tidak pacaran lagi dan berjanji akan saling terbuka satu sama lain agar tidak terjadi kesalahan seperti ini lagi. Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, bahkan dihibur disakiti, diperhatikan dikecewakan dan didengar diabaikan. Namun semua itu tidak dilakukan dengan tujuan kebencian..
Cerpen Karangan: Yenni Widia Facebook: Wiyapuccino[-at-]gmail.com