Cause all of me loves all of you Love your curves and all your edges All your perfect imperfections Give your all to me I’ll give my all to you You’re my end and my beginning Even when I lose I’m winning Cause I give you all of me And you give me all of you…
Di sebuah bangku yang terletak di pinggir kolam renang, seorang perempuan cantik, rambut dikucir kuda, memakai baju berwarna ungu pudar, serta celana jeans pendek, tengah melantunkan lagu dari John Legend yang berjudul All Of Me melalui kemahirannya memetik satu persatu senar gitar. Indah sekali. Perempuan itu bernama Keyra. Saat ia tengah larut dalam lagu tersebut, tiba-tiba…
“Masih suka sama lagu itu?” tanya seorang lelaki yang tampak telah berada di belakangnya. Keyra menoleh. “Lo ngapain sih ke sini? Ayra enggak ada. Lagi pergi sama Nayra.”. Ayra dan Nayra adalah adik kandung Keyra, terpaut usia 2 dan 4 tahun lebih muda dari Keyra. Mereka hanya tinggal bersama papa mereka. Sedangkan sang mama, telah meninggal 3 tahun yang lalu. “Gue enggak nyari Ayra. Tapi gue nyari lo.” ucap lelaki itu yang ternyata bernama Daffa. Daffa adalah mantan kekasih Keyra yang sekarang tengah menjabat sebagai kekasih dari Ayra. Daffa dan Keyra putus 6 bulan yang lalu karena sesuatu yang sulit dijelaskan bagi seorang Keyra. Ia tak ingin menyakiti adiknya yang sama sekali tidak tahu mengenai hubungan Keyra dan Daffa. Bagaimana tidak? Ia hanya tak ingin membuat penyakit yang mendiami tubuh adiknya kambuh.
Pagi yang lumayan cerah. Masih dengan lagu yang sama mengalir indah di telinga melalui earphone. Ya, All Of Me dari John Legend yang telah menduduki peringkat pertama dalam daftar lagu kesukaannya. Entahlah, mengapa ia begitu menyukainya. Keyra pun berjalan dengan begitu menikmati lagu tersebut. Ia menyeberangi jalan raya yang tampak begitu sepi. Tiba-tiba… “Brakk!!”. Mobil itu tepat menyentuh tubuh Keyra, hingga membuatnya terjatuh tak sadarkan diri. Darah segar pun mengalir dari keningnya. Tak lama kemudian, keluarlah seorang pengemudi yang langsung begitu panik melihat Keyra. Pengemudi itu adalah… Daffa.
Beberapa hari kemudian, tampak Ayra dan Nayra tengah berjalan menuju tempat dimana Keyra dirawat. Namun seketika langkah mereka terhenti tatkala melihat Daffa tengah mendorong kursi roda Keyra di halaman rumah sakit. Mereka mendengar percakapan antara Daffa dan Keyra. Daffa berhenti mendorong Keyra. Kemudian, ia berjongkok di hadapan Keyra untuk sekedar menyamai tinggi Keyra di kursi roda.
“Key… Aku enggak bisa cinta sama Ayra. Sampai kapanpun aku cintanya sama kamu Key..” ucap Daffa. “Daf… Berapa kali sih aku harus bilang sama kamu? Aku enggak bisa Daf. Aku enggak mungkin menyakiti adikku sendiri. Aku sayang sama dia. Aku enggak mau dia kenapa-napa. Aku minta sama kamu, tolong jagain dia, lindungin dia, seperti kamu jagain dan lindungin aku dulu”. Ayra menangis mendengar pernyataan itu. “Kamu tuh egois Key. Kamu enggak mikirin perasaan aku. Kamu cuma mikirin Ayra. Tapi Ayra enggak pernah sedikitpun mikirin kamu.” ujar Daffa. Nayra hanya terdiam. Sedangkan Ayra, masih terus menangis. Disela-sela tangisannya, nafas Ayra semakin sesak. Bagaikan ada sesuatu yang menghalanginya. Ia semakin tak bisa mengendalikan pernafasannya. Penyakitnya kambuh. Nayra panik, yang kemudian memanggil-manggil nama Ayra. Mendengar suara itu, Keyra dan Daffa menoleh. Mereka dengan terburu-buru menghampiri Nayra yang tengah sibuk mencoba menangani Ayra yang telah tak sadarkan diri. Segera mereka memanggil suster.
Dokter menyatakan bahwa Ayra hanya terlalu shock dan kecapean. Setelah dokter pergi, mereka segera masuk. Rupanya, Ayra telah sadar.
“Ay, kita…” belum selesai Keyra berbicara… “Udah cukup! Aku udah tahu semuanya. Aku kecewa sama kamu Key. Kamu enggak pernah cerita soal ini ke aku. Kamu rela ngorbanin perasaan kamu cuma buat aku. Kamu bodoh Key. Dan untuk kamu Daffa, mulai detik ini juga kita putus.” ucap Ayra. Semua terdiam sejenak. Tiba-tiba, Ayra mengambil tangan Daffa juga Keyra. “Satu lagi, aku enggak mau jadi perusak hubungan orang. Jadi, yang aku mau sekarang, adalah kalian balikan lagi. Demi aku.” lanjut Ayra. Semuanya tersenyum mendengarnya. Akhirnya, tiada lagi kebohongan di antara mereka. Dan Ayra lebih memilih kehilangan Daffa daripada harus melihat saudaranya tersakiti karenanya.
Cerpen Karangan: Ria Puspita Dewi Facebook: Elfa Puspita