Pagi yang cerah ini nadia berangkat dengan wajah tak bersemangat, mata merah dan bengkak, hidung mancungnya pun memerah, siapa saja yang melihatnya akan merasa iba.
“nadia.. kamu gak sarapan sayang” Tanya ibu nadia dengan suara paraunya, entah apa yang terjadi di pagi hari ini, namun jika dilihat kepada kedua wanita ini mungkin mereka sedang berduka. “enggak bu.. nadia mau langsung berangkat” jawabnya
Ibu pun berjalan ke arah nadia yang sedang memakai sepatu di bangku depan teras. “nak, ibu tau.. kamu pasti terpukul atas kejadian ini, tapi ibu mohon kamu jangan terlalu larut akan kesedihan ini, ibu pun sama dengan kamu nak ibu sangat terpukul atas kepergian ayahmu.. namun mau diapakan lagi nasi yang sudah menjadi bubur” ibu menghela napas dan mengusap kepala nadia, nadia yang merasa kepalanya diusap pun menoleh pada ibu, lalu ia berhambur pada pelukan ibunya. “iya bu, nadia akan berusaha mengikhlaskan kepergian ayah.. ibu pun yah..” “iya nak..” mereka berdua pun tersenyum bersamaan “ibu.. nad, berangkat dulu yah Assalamu’alaikum..” pamit salam nadia sembari mencium telapak tangan ibunya.
Nadia pergi menaiki sepeda motornya, dan sesampainya di sekolah ia melihat andi dan anya sedang berpegangan tangan, hatinya cemburu melihat pacar dan sahabat dekatnya begitu akrab dan dekat. Setelah memarkirkan motornya, nadia bergegas berjalan menuju andi dan anya yang sedang duduk di bangku taman dekat parkiran dengan tangan yang masih saling terpaut.
“Assalamu’alaikum ukhty dan ikhwan..” salamnya mencoba untuk sabar dan tegar atas penglihatannya “eh.. nadia..” sapa anya terkejut “iyah ini aku nadia, kenapa emang” Tanya nadia “bukannya ayah kamu meninggal yah kemaren? Kok kamu masuk sekolah sih..?” anya menjawab sembari membalikan pertanyaan “emang kenapa sih.. aku juga kan gak mau ketinggalan sama pelajaran, lagian.. aku gak boleh terlalu larut akan kesedihan, apalagi karena kematian seseorang, kan semua makhluk hidup itu pasti akan pulang kepada sang pencipta” jawabnya enteng, namun jauh di dalam sana ia masih merasakan sakit karena andi hanya terdiam sedari tadi, bahkan pada saat ayahnya meninggal pun andi tak kunjung ke rumah nadia, atau hanya sekedar mengatakan bela sungkawa atas kematian ayahnya. “ehh.. iya juga yah, hehe..” anya hanya menjawab sekenanya “ehh.. kok kalian berdua ada di sini sih.. mana bentar lagi masuk” nadia berusaha mencairkan suasana canggung di antara mereka bertiga “ahh.. iya jadi gini nad, aku sama andi lagi ngobrol soal acara nanti siang.. tadinya kita mau ke bioskop pulang sekolah ngajak kamu, biar kamu gak sedih terus.., ehh taunya kamu sekolah ya udah jadi kita nontonya berangkat bareng aja pulang sekolah” Nadia yang mendegar itu merasa lega namun pada saat ia melihat andi, andi tengah melotot pada anya seperti sebuah kode atau peringatan semacamnya, dan samar-samar nadia mendengar anya berbisik pada andi. “udah kamu diem aja dari pada ketauan..” itulah yang nadia dengar Dari situ nadia mulai curiga pada sahabat dan kekasihnya, apalagi andi sedari tadi hanya diam dan tak sedikitpun menggubris percakapan nadia dan anya.
“andi.. ke kelas yuk?” ajak nadia, karena tiga menit lagi bel masuk akan berbunyi. Andi tak menjawab dan ia langsung melangkahkan kakinya tanpa menghiraukan nadia yang tergopoh-gopoh untuk mensejajarkan langkahnya dengan andi.
Andi dan nadia adalah sepasang kekasih yang sudah menjalin hubungan selama tiga tahun, andi menyatakan cinta pada nadia ketika mereka menduduki bangku kelas satu SMA, dan anya dengan nadia sendiri adalah sahabat dari sekolah dasar hingga sekarang. Namun karena anya mengambil IPS dan nadia mengambil IPA jadilah mereka berdua tak satu kelas.
Bel pulang sekolah berbunyi semua siswa dan siswi berhamburan ke luar kelas. “nadia, andi..” teriak anya dari kejauhan, nadia dan andi pun segera berjalan ke arah anya. “jadi nontonnya?” Tanya nadia “jadi dong.. iya gak di?” Tanya anya pada andi yang tengah fokus pada handphone pintarnya “hmm” hanya itu yang keluar pada mulut andi
Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk segera berangkat, nadia menaiki motornya bersama anya, sedang andi ia membawa mobil. Dalam hati nadia terheran-heran, tak biasanya andi memakai mobil ketika pergi sekolah biasanya ia berjalan kaki karena jarak sekolah dan rumah andi hanya beberapa meter saja.
Ketika mereka bertiga sampai di tempat tujuan, mereka bertiga memilih film horor, lebih tepatnya anya dan andi karena nadia paling takut dengan film horor, namun ia tetap berpikir positif mungkin untuk saat ini mereka berdua sedang sangat ingin menonton horor.
Mereka bertiga masuk ke dalam ruangan dan mereka bertiga menempati bangku jajaran ke tiga sisi kanan, anya, andi dan nadia. Nadia begitu takut, ia ingin memeluk andi namun tangan andi sedang memakan pop corn, dan ia tak mau andi merasa terganggu. Ia melihat ke arah anya yang lagi-lagi sedang berpegangan tangan dan kepalanya bersandar pada andi, sangat miris sekali pikirnya karena di situ ia adalah pacarnya andi namun mengapa anya yang melah mendapat perlakuan itu.
Selesai menonton film horor tersebut tiba-tiba nadia ingin pergi ke toilet. “andi.. aku kebelet pipis nih.. aku ke kamar mandi dulu yah” “iya.. nad, aku sama andi tungguin di bangku sana yah..” tunjuk anya pada bangku yang dekat dengan pot bunga besar “iya.. iya..” nadia pun pergi
Selesai dari toilet nadia berjalan menuju tempat anya dan andi, namun ia malah mendapat kejutan yang menggores hatinya. “aku udah gak mau lagi sama si nadia, anya” itu andi yang berbicara “kamu sabar dulu.. aku juga masih punya hati sama si nadia, dia kan masih berduka atas ayahnya..” dan itu anya yang menyahut “kamu itu terlalu baik anya, dan aku makin mencintai kamu..” nadia melihat semua.. semua sebab andinya berubah.. Nadia bisa mendengar semua itu karena posisi anya dan andi yang membelakanginya.
“kalian..” nadia bersuara dengan sangat pelan namun itu membuat andi dan anya terkejut Anya melihat nadia menitikan air mata, dan ia sudah menebaknya, pasti ia telah mengetahui semuanya. “kalian begitu sangat serasi.. dan cocok.., anya yang cantik, baik, dan seorang sahabat yang bukan seperti JERUK MAKAN JERUK dengan andi yang tampan, baik juga seseorang yang SETIA” nadia menekankan setiap kata yang menurutnya begitu menyakitkan. “nad..” anya mencoba memegang pundak nadia, namun nadia menepisnya “nadia.. kamu itu jadi wanita kasar banget” andi berbicara keras di depan nadia Nadia tersenyam pahit, dengan air mata yang mengalir begitu saja. “oke.. mungkin sampai di sini hubungan aku dan anya menjadi seorang sahabat, sekaligus hubungan aku dan andi menjadi seorang pacar.., aku gak akan merusak kebahagiaan kalian berdua, mungkin ini takdir tuhan untuk kita berpisah, anya.. kamu harus pertahanin andi yah.., dan andi.. kamu harus jaga anya, jangan sampai kalian berpisah dan di antara kalian berdua ada yang tersakiti, ini tanda sayang aku sama kalian berdua.., aku rela dan ikhlas jika kalian bersatu.. karena kebahagiaan kalian berdua adalah kebahagiaanku juga, aku pergi..” itu adalah ucapan terpanjang nadia dan ucapan tersakitnya. “nadia..” teriak anya dan hendak menyusul nadia, namun dicegat oleh andi “beri dia waktu..” andi menenangkan anya yang menangis tersedu-sedu
Beberapa minggu kemudian nadia pindah sekolah dan pindah rumah keluar kota, alasannya cukup signifikan, karena nadia ingin terlepas dari bayang-bayang masa lalu indahnya dengan sang ayah di rumahnya dulu dan ia ingin terlepas dari rasa sakit kenangan hubungannya dengan anya dan andi yang sudah mengkhianati persahabatan juga cintanya.
TAMAT
Cerpen Karangan: Nazia Nabila Facebook: Nazia Nabila