Ini adalah kisah tentangnya, tentang seorang teman terdekatku yang mana aku mengaguminya. Dia adalah seorang Siswa yang pintar, dia begitu senang terhadap Fisika dan ilmu Eksakta serta ilmu Psikologi dan Filsafat. Namanya adalah Hornaf.
Aku mengagumi keperibadiannya yang tenang dan tutur katanya yang formal, sempat aku juga melihat status Facebooknya yang banyak berisi sebuah pemikiran dan pendapat yang ia pikirkan. Dia seperti seorang anak intelektual muda yang selain mengetahui Science juga senang mengkeritik keadaan Politik di Negara ini. Dia adalah idola di sekolah, kemampuan debatnya, tutur katanya dan pemikirannya menggambarkan bahwa ia adalah sosok yang bijaksana, sempat beberapa kali aku yang sebagai teman sekelasnya mewakili kelas untuk acara-acara tertentu bersama denganya dan aku merasa nyaman di dekatnya.
Akan tetapi aku tahu di mana posisiku, karena dia mencintai seorang teman sekelasku yang ternyata temannya semenjak Sekolah Dasar yaitu Anyla, Anyla dan Hornaf sudah saling mengenal semenjak Sekolah Dasar tetapi mereka tidak pernah saling berbicara atau sekedar menyapa. Hornaf menyukai Anyla semenjak Sekolah Dasar hingga SMP dan kini SMA berada di kelas yang sama.
Aku sempat berfikir kedekatanku dengan Hornaf membuat Anyla cemburu, terkadang aku dengan Hornaf jalan bersama untuk sekedar pergi ke ruang guru. Pernah juga aku mendengar dari Hornaf bahwa dia cemburu saat Anyla dekat dengan siswa lain.
Suatu hari dikala libur semester pertama di kelas dua SMA, seluruh siswa kelas dua berlibur ke Yogyakarta, kala itu di sebuah ruangan di lantai teratas, di sebuah ruangan yang megah seorang guru mencoba memberikan tantangan “barang siapa yang siap menerima tantangan maka akan mendapat gratis makan bersama di restoran.” Dan kemudian guruku memberikan sebuah pertanyaan “siapa orang yang kamu suka di kelas?.” dan semuanya diam ragu-ragu.
Kemudian setelah pak guru memberikan pernyataan bahwa “suka hanyalah sekedar ketertarikan dan bukannya Cinta jadi tidak usah malu-malu.” Sehingga kemudian teman-teman perempuan mulai duluan menyebut nama-nama orang disukainya di kelas dan hampir nama Hornaf mendominasi, aku pun berfikir aku akan mengatakan bahwa “aku suka hornaf.” Meskipun aku tahu pasti hornaf akan mengatakan “aku suka Anyla.”
Kemudian saat giliran Anyla mengatakan orang yang disukai di kelasnya, dia ternyata tidak menyebut nama hornaf melainkan “Rhei” seorang siswa tinggi besar di kelasnya, sontak beberapa mata siswi yang mengetahui bahwa Hornaf menyukai Anyla melirik ke arah Hornaf termasuk aku juga melakukannya. Aku melihat sepertinya Hornaf berusaha menyembunyikan sesuatu dari ekspresi wajahnya, kemudian setelah giliran aku tiba aku mengatakan “Hornaf.” Dan aku sedikit melirik ke arahnya dan dia menatap mataku, aku tidak tahu mengapa tetapi rasanya jantungku bergentar lebih cepat dari biasanya.
Kemudian tiba giliran para Siswa dan namaku tersebut tiga kali, dan saat tiba giliran Hornaf, aku bisa berfikir dan aku yakin siswi yang lainnya berfikir yang sama kalau Hornaf akan memilih Anyla, tetapi ternyata dugaan semuanya meleset. Ia menyebut namaku sebagai seorang yang disukainya di kelas dan bukannya Anyla. Aku merasa malu menatapnya, aku mengatakan aku suka Hornaf dan Hornaf mengatakan ia suka aku, kemudian Rhei yang sempat dipilih Anyla kemudian mengatakan bahwa dia menyukai Anyla yang sontak semua mata tertuju kepada Hornaf yang secara refleks ia melirik ke arah Rhei.
“oke sekarang semuanya sudah mengakui siapa yang disukainya di kelas …, dan ada beberapa siswa-siswi yang saling mengatakan bahwa menyukai satu sama lain.” Kemudian namaku dipanggil bersama dengan Hornaf sebagai pasangan pertama kemudian nama Anyla dengan Rhei sebagai pasang kedua dan seterusnya sampai pasangan ke enam. Saat itu pak guru menantang kami untuk berdansa, dan aku merasa canggung terlebih aku tidak bisa berdansa. Aku menunuduk terus dan tidak berani menatapnya.
“Shepia, maukah kamu berdansa dengan saya?.” tuturnya halus. “aku enggak bisa dansa.” Kataku mencoba untuk melirik sedikit keatas dan menatapnya. “tidak apa-apa saya juga tidak terlalu pandai berdansa, tetapi saya bisa gerakan dansa …, kalau mau shepia bisa mengikuti langkah kaki saya.” Katanya dengan pasti. Aku merasa senang dan juga jantungku terus berdegup lebih cepat, aku mengikuti langkah kakinya dengan iringan musik klasik yang diputar. Semua siswa dan siswi berusaha menggoda kami, dan sesekali aku melihat ke arah peserta lain termasuk Anyla yang terlihat wajahnya tersenyum paksa.
Aku sedikit memberanikan bicara “Hornaf, bukannya kamu suka sama Anyla?, kenapa kamu pilih aku?.” tanyaku sembari melihat ke arah anyla. “saya merasa nyaman saat berada di dekat Shepia, shepia bisa mencairkan hati saya yang beku dengan kehangatan shepia, selain itu shepia adalah sosok wanita cerdas dan punya semangat belajar tinggi persis seperti kriteria yang saya suka.” Kata-kata yang indah keluar dari mulut Hornaf, dan aku semakin merasakan bahwa aku akan semakin dekat dengannya dan aku pun tidak tahu akan berkata apa lagi.
Selesai dansa tantangan berikutnya saling suap menyuap dengan tema paling romantis, aku melihat mata Hornaf melirik ke arah Rhei dan Anyla dan aku pun ikut memperhatikan keduanya. Aku bisa melihat mata Anyla melihat ke arah Hornaf seolah ingin memanasi Hornaf dengan senyum-senyum manisnya kearah Rhei sementara aku melihat Hornaf seperti pasrah dan tidak mau peduli.
Kemudian tiba giliranku dengan Hornaf, hornaf menyuapi aku dengan sepotong bolu dan cream bolu itu menempel di hidungku ketika aku mau meraih tisu ternyata hornaf meraih tanganku, dia mendekati wajahnya ke arahku dan aku tidak berani melihat apa yang akan dilakukanya kepadaku. Saat itu aku merasakan wajahnya semakin mendekat ke arahku dan keningku dengan keningnya beradu aku mendengar suara riuh siswa-siswi saat itu juga. Hidungku dengan hidung hornaf beradu dan rupanya dia ingin menghapus cream di hidungku dengan hidungnya. Aku mengira dia akan menciumku.
Kemudian semua mata tertuju kepadaku termasuk guru yang kemudian menghampiriku “sepertinya kalian berdua cocok sekali, apakah kalian akan melanjutkan hubungan ini? atau silahkan ungkapkan perasaan kalian masing-masing saat ini …,” kata guruku Saat itu aku berfikir dan semua melihat ke arah Anyla, aku berfikir Hornaf akan melangkahkan kakinya ke arah Anyla tetapi dia tetap berdiam dan menatap Anyla yang masih dengan tampang cueknya. Namun kemudian dia melirik ke arahku dan menatapku.
“Shepia!!! saya berifikir perasaan saya tertarik dengan keperibadianmu dan saya menggagumimu karena kecerdasanmu dan ketika tertarik berbanding lurus dengan kagum maka akan menghasilkan rasa suka dan hanya satu tahapan lagi agar saya mencintaimu yaitu dengan menyayangimu terlebih dahulu …, maukah kau menemani masa-masa muda saya? dan kita sama-sama mengejar gagasan dan implementasi menjadi sebuah Eksplentasi yang nyata?.” katanya menyatakan keseriusanya kepadaku dengan nada ilmiah dan politiknya.
Seketika aku melihat semua mata di sekitaranku tertuju kepada Anyla, dan aku melihat mata Anyla memerah lalu karena tidak tahan lagi dia keluar dari ruangan. Semuanya terdiam, aku melihat Hornaf dan dia mulai tidak peduli tetapi aku mencobanya untuk mengejar Anyla. Akhirnya Hornaf mengejar Anyla dan semua siswa-siswi sebagian berlari mengikutinya dari belakang termasuk aku.
Aku melihat Anyla berada di salah satu sudut atap gedung hotel dan Hornaf berada di depannya, aku melihat percakapan Hornaf dan Anyla yang saling berdebat untuk mempertahankan argumen masing-masing mereka mengungkapkan perasaan masing-masing betapa mereka saling cemburu dan saat-saat perdebatan itu hampir mereda saat Hornaf berjalan menghampiri Anyla, justru Anyla semakin mundur dan kemudian terpeleset hingga akhirnya jatuh.
Hornaf berlari dan segera menangkap tangan Anyla yang kebetulan memegang pesisir atap. Kemudian Hornaf menarik Anyla dan Anyla berhasil lolos dari maut, aku melihat semuanya lega, sepertinya Anyla dan Hornaf akan jadian, tetapi itu semua hanya sebuah kemungkinan setelah aku ketahui Hornaf hilang keseimbangan dan terpeleset jatuh terjun dari atas gedung, semua siswa-siswi panik termasuk Anyla yang secara refleks berteriak histeris kearha Hornaf. Dan kemudian semua siswa-siswi bergegas turun untuk melihat keadaan hornaf, tetapi sebelumnya aku sempat melihat Anyla menagis dan ingin melopat mengikuti jejak Hornaf tetapi beberapa siswa berhasil menggagalkannya dan membawanya turun.
Aku ikut turun ke bawah dan menuruni tangga demi tangga dan tiba di lantai dasar yang teryata sudah ramai dikerumuni warga. Aku memaksa dan mendesak masuk ke kerumunan, saat yang bersamaan ketika aku sampai melihat hornaf di depan mataku sendiri Anyla juga sampai setelah melewati kerumunan, kami sama-sama saling refleks melihat keadaan hornaf. Aku tidak bisa menahan rasa sedih melihat kondisi Hornaf yang tergeletak di taman dan aku juga tidak bisa menahannya lagi melihat Anyla menangis sejadi jadinya dan menyalahkan dirinya karena semua ini.
“ini bukanlah sebuah kesalahan, bukan bagiku, bagimu, baginya dan bukan semuanya, jika kita percaya sang maha penentu takdir kehidupan menghendakan demikian maka ini bukanlah sebuah kesalahan.” Tutur Hornaf yang masih sangat bijak menerima keadaanya kini yang keritis.
Kemudian dia menatapku, aku tidak kuat menahan air mata melihat darah yang keluar dari mulutnya “Shepia, maafkan saya apabila saya mempunyai salah kepada shepia, dan sampaikanlah kepada teman-teman semuanya bahwa saya meminta maaf atas segala kesalahan yang saya buat untuk mereka.” Tuturnya kepadaku.
“dan teruntuk, Anyla …, lengkap sudah semuanya bahwa saya terlahir bukan untukmu, bukan untuk siapa-siapa melainkan untuk kembali kepada ketiadaan saya di dunia yang fana …, maafkan sayaaaa …,” tuturnya yang kemudian menutup matanya dan mulai melemas.
Kemudian sirine ambulan terdengar dan mulai membawa Hornaf menuju rumah sakit namun amat disangkan nyawanya tidak tertolong di perjalanan sehingga ia benar-benar pergi dengan sebegitu cepatnya di kehidupan aku maupun Shepia.
Cerpen Karangan: Anonim Underachiever Blog: Anonimunderachiever.blogspot.com