“Sampai saat ini, aku masih belum berani menceritakan apa yang kurasakan kepada orang lain. Semenjak itu aku harus menahan diriku untuk jatuh cinta karena sejuta trauma semakin menghantuiku. Aku tidak pernah takut kehilangan seseorang yang kusayang yang kutakut adalah ketika aku kehilangan selera untuk tetap hidup karena hancurnya hati dan sobeknya hati yang telah ditinggalkan dari sebuah kehilangan”
Gadis itu terus menulis buku diarynya. Baginya hidup sendiri adalah ketenangan. Semenjak apa yang dia alami, dia tak ingin berbagi kepada siapapun bahkan dia selalu membatasi dirinya untuk orang terdekatnya sekalipun. Tidak, dia tidak benci tidak juga dendam. Dia tetap wanita yang baik walau dia belum sanggup untuk memaafkan.
Andrea, Itulah nama perempuan pemilik kisah pilu dibalik keceriaan hatinya. Dia adalah seorang siswi kelas 11 berusia tahun. Di usia sebelia itu dia sudah 2 kali mengalami kehancuran. Dia adalah anak yang cerdas dan berprestasi di sekolahnya. namun dibalik segala penghargaan yang dia dapat, Andrea tetap merasa ada yang kurang dalam dirinya.
“Udah setaun kejadian itu teriadi dan lo masih gak bisa maafin mereka?” “Udahlah ndre lupain semuanya yang terjadi sama lo. Mulai hidup baru, cerita baru, kasian sama diri lo. Ndre, 5 tahun lalu lo pernah hancur habis-habisan gara-gara cowok! Dan sekarang lo harus kayak gini lagi?” berbagai nasihat telah dia dapat dari sahabat-sahabatnya. Mungkin salah, maksudnya teman-temannya. Semenjak kejadian itu dia tidak pernah mempunyai sahabat atau mungkin lebih tepatnya dia tidak mempercayai sebuah kata yang berwujud SAHABAT. ya, trauma itu terus menghantuinya walau sudah setahun lalu itu terjadi namun dia tak mampu melupakan segalanya.
Malam telah tiba, Andrea terbangun dari tidurnya. Dia memang gadis yang aneh. Terbangun pada malam hari dan tidur pada siang hari. Sudah satu tahun dia selalu berteman akrab dengan pekat malam tanpa ia sadari bahwa malam adalah waktu paling rawan untuk terserang rasa rindu. Namun dia seperti sengaja membiarkan air matanya menetes untuk sebuah rindu yang dia rasa. Berharap seseorang yang slalu ada dalam hatinya akan mendengar segala kata rindunya. Mungkin bukan seorang, gadis ini kini sedang mencintai dua lelaki di dalam hidupnya. Lima tahun yang lalu dia pernah kehilangan seseorang yang dia sayang dan itu adalah cinta pertamanya. Dia pergi tanpa kabar meski Andrea tahu bahwa tak berhak dia meminta kabar karena dia bukan kekasihnya. Andrea sempat hancur karena laki-laki itu. Dia sampai tidak meneruskan sekolahnya selama satu tahun dan setelah dia menemukan kembali lelaki baru dengan cinta yang baru yang tentunya membuat harinya lebih bahagia,kehilangan itu kini berpihak lagi padanya. Andrea benar-benar jatuh cinta pada lelaki ini sampai dia bisa melupakan kesakitan hidupnya 5 tahun silam.
“Aku akan kembali setelah semuanya selesai. Aku akan kembali setelah aku berhasil” ucap laki-laki itu padanya “Iyakah kak? Kakak akan kembali?” “Aku janji” lelaki itu memeluk Andrea dengan penuh kehangatan. Inilah sebab sampai detik ini dia tak pernah berniat mencari penggantinya. Dia merasa bahwa tak ada pelukan yang sehangat lelaki itu walau dia pun belum pernah memeluk yang lain. Baginya lebih baik dia mati dengan rasa sayang daripada dia harus mati dipelukan orang yang tak dia cintai. Semenjak itu hidupnya berubah. Penantiannya sirna dan yang tersisa hanya air mata di tengah malam yang sepi itu.
“Apa alasan kamu melakukan ini?” Andrea bertanya pada laki-laki itu. “Kamu tah? Aku sayang sama kamu tapi aku gak punya pilihan lain aku juga harus jaga hati dia” bagai tertimpa matahari tubuhnya panas dan terasa lemas. “Kenapa? Kenapa kamu harus bertahan dengan dia? apa aku masih kurang buat kamu?” Kini air mata yang selama empat tahun disembunyikan itu menetes lagi. “Aku gak punya pilihan lain. Kamu tunggu aku, aku akan pulang untukmu” entah mengapa pria ini menangis sedangkan dia sendiri sedang menyakiti orang lain di hadapannya. Lalu apa yang terjadi dengan gadis ini selanjutnya? Dia hanya bisa terdiam. Sesungguhnya banyak kata yang ingin dia ucapkan tetapi apa daya bibirnya seakan terkunci oleh rasa sakit di hatinya.
“Andrea, aku minta tolong sama kamu. berhenti ganggu dia karena kami saling mencintai karena kami sudah balikan” seakan tak puas pria itu menyakitinya, kini wanita yang selalu jadi alasan perdebatan antara dirinya dan pria itu pun ikut merobek hatinya. Semenjak terlontarnya kata-kata menyakitkan itu, sempat terbesit dalam pikirannya untuk menutup diri dari orang lain. namun dia tahu dia harus tetap bersikap sewajarnya agar tak ada yang bisa membaca sulit hidunya.
Pagi itu Andrea datang ke sekolah lebih pagi dari biasanya. Dia harus menjalankan tugas dari gurunya untuk menjadi pelatih paduan suara untuk upacara hari ini. Di antara banyak kegiatannya inilah yang paling dia sukai. Andrea sangat suka berbaur dengan para adik kelasnya walau pun dia tahu disaat itulah hatinya sangat kesepian. Andrea tetaplah Andrea. seorang gadis ceria walau terpancar jelas rasa sakit dari bibirnya yang penuh tawa. Dia tetap gadis yang tegar walau tergambar jelas kepedihan dalam matanya. Dia tak ingin orang-orang menertawakan hidupnya apalagi wanita yang sekarang berada tepat di sampingnya. Wanita yang telah merubah dirinya menjadi seperti ini. Wanita yang telah mengambil mimpi cinta yang telah dia bangun dengan sabarnya. Andrea tersenyum pada wanita itu, mencoba bersikap biasa seolah apa yang dia alami satu tahun yang lalu hanyalah mimpi buruk saja.
“Hei, kantin yuk” ajak wanita itu tanpa dosa. “Aku masih latihan. Kamu aja duluan ya” Andrea tetap bersikap biasa kepada wanita yang jelas-jelas telah menghancurkan hidupnya itu. “Ya udah duluan ya” Andrea hanya tersenyum tipis.
Siang itu dia akan mengikuti lathan paskibra di sekolahnya. Terlihat sesosok lelaki membawa bola basket mendekat ke arahnya. “Aku harus ngomong” ucap lelaki itu kepadanya Beribu duri kini telah berhasil menusuk hatinya bagai tertancap sebuah anak panah dan tertembak peluru yang sangat menyakitkan ketika dia melihat sosok lelaki tinggi putih berdiri tegak di hadapannya.
“Ngomong apa kak?” Ucapnya menahan amarah. “Andrea, aku sayang kamu” ingin rasanya dia menampar wajah pria ini ketika dirinya melontarkan kata-kata yang begitu sesakkan nafasnya. “Aku tahu kamu marah aku tahu kamu kecewa tapi please aku sayang kamu” “Aku tahu aku gak ada gunanya aku cuma bisa buat kamu sakit tapi please aku gak pernah menggantikan posisi kamu” sungguh brengs*knya laki-laki ini. Dia anggap apa wanita yang selama ini jadi alasannya meninggalkan gadis di depannya ini?
“Aku sayang kamu aku cinta kamu ak..” “Cukup! Cukup bas!! Aku bilang semua yang udah kita lalui lupakanlah. Bagimu, dia adalah yang terbaik! Bagimu dia adalah segalanya. Bukankah benar begitu, Bastian?” “Kamu gak ngerti ini ndre kamu gak ngerti kalau..” “Udah ya bas. Aku udah cukup sakit dengan segala yang kamu lakuin ke aku setahun lalu itu. Kamu bilang kamu bakal balik setelah kamu sukses. Setelah kamu berhasil tapi apa? kamu pilih dia bas. Bahkan dengan bahagianya kamu peluk dia DI DEPAN AKU!” Andrea, gadis yang periang itu kini harus mengeluarkan segala kekecewaan hatinya yang telah terbendung selama satu tahun itu.
“Bas, aku tahu aku gak akan gantiin posisi dia. Tapi please udah bas! Jangan sakitin aku karna ak..” “AKU GAK BISA MENCINTAI DIA. PAHAM!” suara teriakan pria itu membuat tubuh Andrea terasa lemas. Seluruh energinya seakan terkuras habis oleh rasa sakit dalam dadanya “Aku tahu kamu sakit. Setelah kejadian itu aku selalu inget kamu. Kamu tahu? Cinta dengan keterpaksaan itu menyiksa dan aku gak bisa memaksakan cinta aku ke dia walau dulu aku pernah sama-sama dia. Andrea, kalau aja waktu itu dia gak ngancam aku mau bunuh diri, pasti aku akan milih kamu. Kamu tolong ngerti posisi aku” entah mengapa air mata lelaki itu semakin deras mengalir.
“Aku sayang kamu Andrea aku sayang banget sama kamu” “Bastian..” suara lirih perempuan itu berhasil membuat kedua insan ini berbalik. “Fatia?” Bastian menatap ke arah wanita itu dengan penuh dosa. Andrea lebih memilih untuk berlari meninggalkan mereka. Entah mengapa hari itu dia bisa bertemu dengan dua makhluk mengecewakan itu. Andrea merasa seluruh tubuhnya lemas, hatinya hancur dan dadanya sangat sakit. Dia tak mampu menyembunyikan air matanya. “Kamu gak pernah ngerti bas, gak pernah!” ucapnya sambil terus terisak
Siang itu Bastian berusaha menghubungi Andrea. Namun siang hari adalah waktunya Andrea untuk melepas lelah. Sudah satu tahun terakhir ini dia menukar pola hidupnya. Siang dia jadikan malam dan begitupun sebaliknya. Dia suka saat malam hari ketika dilihatnya bulan dan bintang yang menjadi penghias angkasa yang indah. Dia selalu menulis dua buah nama di atas langit itu. Raymon dan Bastian. Raymon adalah lelaki yang sangat dia cinta lima tahun lalu. Lelaki yang sangat singkat di kenalnya namun semua tampak memilukan. Bastian, dia adalah lelaki yang baik baginya. Seorang atlit muda yang usianya tak jauh beda darinya. Bastian adalah sosok yang dia sayang meski berulang kali melukai hatinya. Namun ada nama lain dalam hatinya sebuah nama yang sangat ia benci namun mengapa dia sangat merindukaannya. Fatia, itulah nama seseorang yang telah menjadi penghenti kebahagiaannya. Namun bagi dirinya Fatia tetap sahabatnya walau secara logika dia sudah banyak menyakitinya.
“Andrea..” seketika Itu Andrea menoleh “Bas?” Betapa kagetnya dia ketika melihat Bastian di depannya. “Aku putus sama Fatia”
“Karna aku?” “Iya. Karna kamu jodoh aku” Bastian memegangi tangan Andrea dengan lembut. “Bas tapi aku..” “Ndre, mau ya jadi yang aku mau?” Andrea masih terdiam mematung, mencerna setiap kata yang dia dapat dari Bastian tadi.
“Aku mohon. Aku sayang kamu dan aku gak mau kehilangan kamu lagi” “Cukup setahun lalu kamu sakit cukup lima tahun lalu kamu hancur. Aku gak mau itu terulang lagi sama kamu” “Tapi bas, Fatia?” “Dia harus bahagia ndre, dan bahagia dia bukanlah aku. Jika aku terus bersamanya aku malah akan semakin menyakitinya karena aku hanya pura-pura sayang sama dia”
“Iya bas aku tahu tapi apa ini gak terlalu jahat?” “Aku akan lebih jahat kalau aku menyia-nyiakan kamu. Kamu tahu kan selama ini aku nyaman dengan kamu, bukan Fatia atau jutaan wanita lain di luar sana.” “Aku tahu itu bas” Bastian segera memeluk Andrea. Sampai tiba-tiba Andrea pingsan dalam pelukannya. Sesegera mungkin Bastian membawanya ke dalam rumahnya. Tak ada siapapun di dalam rumah itu. Setelah ibunya menikah lagi dan tak ada kabar, anak semata wayang itu harus ditinggal ayahnya ke luar negeri untuk bekerja.
“ndre..” Bastian berbisik padanya. Tak berapa lama akhkrnya Andrea sadar dari pingsannya “Bastian, apa yang terjadi sama aku?” “Kamu pingsan di luar. Aku khawatir apa kamu baik-baik aja?”
“Kepala aku sakit banget bas” “Kamu kenapa?” Bastian mulai panik ketika melihat darah mengucur di hidungnya. Dengan segera Bastian memanggil ambulance dan melarikan gadis itu ke rumah sakit.
Begitu sakit apa yang Bastian rasakan saat ini. Tak banyak Yang bisa dia lakukan selain berdoa dan berusaha yang terbaik untuk gadis yang sangat ia sayangi. Semua yang dirasakan gadis pilu pecinta pekat malam itu semakin membuatnya merasa bersalah.
“Bas, kamu kenapa?” Andrea menghampirimya “Aku gak apa-apa sayang.”
“cepat pulang. Kamu harus tidur agar kamu tidak sakit seperti aku” “Kau yang harus tidur, Andrea. Aku tahu kau sakit dan aku tak akan membiarkanmu sakit sendiriam” “Aku baik baik aja bas. Ayo pulang”
“Ndre..” Bastian memegangi tangan Andrea. “Gimana bas? “Jangan tinggalin aku yah” “Iya, aku gak akan ninggalin kamu. Selama setahun ini aku gak pernah ninggalin kamu, Bastian” terlihat jelas rasa sakit yang dirasakan oleh gadis ini. Namun dia tetap kuat menahan segala yang dia rasakan. Sampai darah itu mengucur lagi dari hidungnya
“Ndre apa yang terjadi sama kamu?” Bastian mulai panik “Tidak ada. Aku baik baik aja” Andrea hanya tersenyum sambil memegangi tangan Bastian. Dan.. gadis ini terjatuh seketika “ndre? Apa yang terjadi dengan kamu.” Bastian terduduk melihat Andrea yang berusaha berdiri.
“sudahlah, pulang sana. Aku gak apa apa” “Engga! Kamu bohong. Cukuplah berbohong dengan mengatakan bahwa kau tak mencintaiku. Tapi kumohon jangan kau bohongi aku dengan kondisimu sekarang, ndrea. Aku tahu kau sakit dan aku tahu kau butuh aku. Jadi kuminta padamu jangan pernah kamu melarangku untuk menjagamu di sini” Bastian menatap mata itu. Mata yang di dalamnya terdapat seribu pilu dan rasa sakit. “bas.. pulang lah. Aku tidak ingin kau mengasihani aku. Aku tak ingin membebanimu” gadis ini tak mampu lagi menahan air matanya. “I will never let you go, girl” ucap Bastian sambil mendekatkan wajanya dengan wajah gadis itu. Dengan lembut, Bastian membersihkan darah di hidung perempuan ini dan menggendongnya ke atas ranjang rumh sakit. 3 hari setelah hasil lab itu keluar, Andrea dan Bastian semakin dekat. kini dia bisa tertidur nyenyak setiap malam walau rasa nyeri itu sering menghampirinya. Namun semua yang dia rasakan tak pernah di keluhkannya di hadapan Bastian.
Seorang gadis belia menghampiri sebuah taman dengan mendorong kursi rodanya. “Fatia..” ucapnya. “Andrea? Apa yang rerjadi?”
“Fat, apa kau mencintai Bastian?” “Kau bicara apa? Bastian adalah masa lalu untukku. Dan kau tahu? Dia tidak pernah mencintaiku seperti dia mencintaimu. Bahkan dia sering kali salah memanggil namaku dengan namamu. Dan sekarang aku sadar bahwa cinta tidak layak untuk dipertahankan jika salah satu pihak tidak mencintai” kini air mata Fatia menetes dengan sendirinya. dengan pelan, gadis yang duduk di atas kursi roda itu mengusap air matanya. “Kamu jauh lebih pantas untuk Bastian, fat” Fatia tak mampu menahan air matanya.
“Fat, aku sakit. Aku gak mungkin sama sama dia terus. Umurku gak lama lagi dan kaulah yang pantas menjadi cinta sejatinya. Aku tahu, dia memang mencintaiku dan begitupun dengan aku. Tapi aku akan sangat melukainya jika aku terus bersamanya dalam keadaanku yang sekarang. Coba kamu bayangkan? Apa jadinya jika aku menikah dengannya nanti jika untuk berjalan saja aku tidak bisa. Bagaimana aku bisa membuatkan dia sarapan setiap pagi? Mencuci pakaiannya dan melalukan hal menyenangkan dengannya?” “Jadilah yang terbaik untuknya, Fatia” tak terasa air matanya menetes juga. Namun dia tetap gadis yang kuat dia coba mengusap air matanya dan menghentikan rasa sakitnya.
“Aku takut ndre. Aku takut tidak bisa jadi kamu, untuknya” “Jangan pernah merubah dirimu untuk seseorang. Jadilah kamu maka dia akan mencintaimu apa adanya. Jika kau merubah dirimu untuk orang lain, kau hanya akan melihat dia mencintai orang itu. Bukan kamu” “Apa dia akan menerimaku? Jika aku bukan kamu?” “kamu adalah kamu fatia, dan aku adalah aku. Kamu tidak usah menjadi aku dan aku yakin dia akan mencintaimu” Andrea pergi menjauh dari Fatia dan kembali kerumah nya.
“Bas, mungkin saat kamu membaca surat ini aku tidak ada lagi di sampingmu. kumohon kepergianku janganlah kau anggap bahwa aku tak pernah menyayangimu. Aku menyayangimu dengan tulus ikhlas. Bahkan saat aku berada di sini sekarang. kumohon mengerti, ini bukan pilihanku. Jika aku boleh memilih aku akan memilih bersamamu lebih lama lagi. Bastian, aku tidak dendam padamu. Aku hanya melakukan ini agar kau bahagia karena Tuhan ingin kau bahagia. Dibalik keceriaanku, kekuatanku, aku selalu takut dengan penyakitku. Bukan, bukan karena aku takut hari ini akan benar terjadi. Tapi aku takut jika aku akan membuatmu menangis untukku. Aku takut kau menbenciku karena sudah tega meninggalkanmu setiap malam aku takut untuk tidur karena aku takut aku tidak akan pernah terbangun untuk melihatmu tersenyum mu. Aku takut penyakitku akan semakin parah dan akhirnya aku akan menyusahkanmu. Jaga dia bas, kumohon jangan sakiti dia. Satu hal yang harus kau ingat bahwa aku mencintaimu, selamanya”
Andrea menulis surat itu sebelum ajal menjemputnya malam itu. Radang selaput otak yang dia derita telah membuatnya harus meninggalkan orang yang disayanginya. Dibalik canda tawanya, dia terus berjuang melawan sakit yang di deritanya walau akhirnya dia harus kalah oleh penyakit yang telah mendekatkan dirinya dan Bastian. walau penyakitnya sangat mematikan, namun di sisi lain dia bahagia karena dengan rasa sakit yang dia derita mampu mendekatkan dia dengan Bastian.
Cerpen Karangan: Tian Alditya Rivaldi Facebook: Tian Alditya Rivaldi