Hari sudah semakin gelap tapi hujan malah semakin deras. Suasana ini membuat Ara menjadi kesal. Pasalnya sekarang Ara belum pulang ke rumah. Gadis itu sedang menunggu angkutan umum yang biasanya menuju kost-annya. Dengan perasaan yang amburadul Ara duduk di halte bus sendirian.
“Gue laper ya ampun. Udah hampir sejam gue nunggu bus ini. Mana ujan ngga reda-reda dari tadi.” Yah, bagaimana tidak kesal, pulang kuliah pengennya langsung pulang dan lanjut makan, eeh ini malah nunggu ujan reda dengan sia-sia.
Jenuh, Ara mengecek jam tangannya. “06:30 gilaaaa!!.” Jerit Ara tertahan. “Tin tin!!” Suara klakson motor terdengar di tengah derasnya hujan. Penasaran, Ara mengangkat kepalanya menatap sang pemilik motor itu.
“Eh Dayat!” “Dari tadi, Ra?” “Dari tadi banget, Day” jawab Ara dengan mimik muka jengah. “Yuk deh, bareng gue aja. Gue antetin!” Dayat berkata sedikit teriak melawan derasnya hujan.
“Basah, Day!” balas Ara ikut teriak. “Aah elah..! Daripada lo nggak pulang sampe malem. Ayoo cepetan!”
Hening. Ara tak mejawab. “Gue pulang nih!” Dayat bersiap melajukan motornya. “Ehh! tunggu. Iya deh gue ikut lo!.” Dan akhirnya mereka melaju membelah derasnya hujan dan sepinya senja.
Malamnya Ara demam gara-gara hujan-hujanan tadi sore. Sambil bersin-bersin Ara membuat teh hangat untuk dirinya sendiri. “Derita anak kos. Sakit nggak ada yang merhatiin.” Gumamnya.
TING! TING! TING! Handphonenya berbunyi menandakan ada pesan masuk. Segera Ara meraih handponenya yang ia letakkan meja dapurnya.
Damar: Ra, kamu udah pulang?. Damar: Maaf aku tadi gak bsa jmput. Damar: Aku ada jam kuliah tadi Ra. Begitu isi pesan yang masuk.
Dengan malas Ara membalas pesan dari Damar. Ara.S: Udah. Singkat, padat dan jelas. Ara sedang sebal dengan cowok itu.
Damar, cowok yang selama tiga tahun ini menemaninya. Ya, sudah tiga tahun Ara menjalin hubungan dengan Damar. Sudah banyak yang mereka lalui. Dan sepertinya mereka sudah berhenti mencari. Tapi sudah beberapa bulan ini pemikiran Ara agak berubah. Dia jadi mengurangi sedikit demi sedikit rasa sayangnya kepada Damar. Bukan karena Ara sudah punya lelaki lain di hatinya. Entah apa, Ada sendiri juga bingung. Dia hanya bersiap saja jika ada hal yang mungkin akan menyakitinya. Fokus mengejar mimpi lebih penting, pikirnya.
Damar dan Ara. Bagi teman-temannya mereka adalah pasangan yang serasi. Banyak yang mendoakan mereka akan melanjutkan hubungan mereka sampai ke pelaminan. Setiap di doakan seperti itu Ara hanya tersenyum dan mengaminkan sambil sedikit tertawa.
TING! Dayat: Rara? Sekarang Dayat yang mengiriminya pesan. Pasti cowok itu sedang menghawatirkan keadaan Ara. Dia tau sekali kalau Ara akan demam setelah di guyur hujan. Ara.S: Apa, Day? Balas Ara sembari berjalan menuju tempat tidurnya bernia untuk mengistirahatkan tubuhnya.
Ara dan Dayat. Mereka adalah sepasang sahabat sedari kecil. Mereka telah memulai persahabatan sejak Sekolah Dasar dan berlanjut sampai sekarang mereka telah melanjutkan kuliah di universitas yang sama. Banyak dari teman mereka yang mengira kalau mereka pacaran. Mungkin karena mereka sudah sangat dekat.
TING! Dayat: Demam? Ara.S: Hehe. Iya, Day. Yah u know lh Dayat: Minum teh anget trs istrhat, Ra.
Ara.S: Siap!! Pesan itu pesan terakhir yang Ara tulis sebelum akhirnya ia memejamkan mata nya. Bahkan ia lupa mengirim pesan untuk Damar.
Esok harinya Ara sudah mulai baikan. Kepalanya sudah tidak sepusing semalam. Sebenarnya hari ini dia ada jam kuliah pagi. Tapi Ara memutuskan untuk izin saja. Malas rasanya, apalagi ia terus-terusan bersin seperti ini. Gadis itu malas berbuat apapun hari ini. Sudah jam sepuluh lebih tapi gadis itu belum mandi!. Ya ampun, itu yang kata orang gadis?. Sedari tadi handponenya berbunyi, entah dari siapa pesan-pesan yang masuk. Ara tak peduli. Mungkin dari Damar atau dari grup sahabat SMA nya. Yang penting ia sudah mengirim pesan izin kepada dosennya.
Lama-lama penasaran juga ia dengan pesan-pesan Line yang masuk.
ROMBES Dhini: Pagi cantik Meisye: hoammm Ayu: uyy!!
Damar: pagi yank! Dayat: Lo nggak kuliah, Ra? Anita: Ra. Ada yg mw gw omngin sm lo. gw krmh lo jm 2 nnti.
Dari sekian banyak pesan yang masuk Ara penasaran dengan maksud pesan dari Anita. Anita adalah teman SMPnya juga tapi beda kelas. “Mau ngomongin apa si Anita?.” Ara membalas pesan Anita dan menanyakan apa yang akan di bahas Anita tapi Anita tak mau menjawab dan memintanya menunggu nanti jam dua.
Anita datang ke rumah Ara pukul dua lebih. Langsung saja Ara menanyakan apa yang akan di bahas Anita. Tapi Anita tak segera menjawab membuat Ara agak cemas.
“Apa yang mau lo omongin, Nit?” Anita masih diam.
“Ngomong aja sih, Nit. Jangan buat gue penasaran gini dong!.” Lanjut Ara kesal. “Tapi lo jangan marah ya, Ra.” Jawab Anita was-was. Jawaban Anita malah semakin membuat Ara penasaran dan mendesak Anita untuk menjelaskan. “Iya, tapi apa?!.”
“Gue udah delapan bulan ini pacaran sama Damar, Ra.” Lirihnya. Jleb!. Kalimat itu membuat Ara lemas. “Apa?. Coba ulangin lagi. Gue nggak ngerti. Damar kan pacar gue? cowok gue kan, Nit?.” Mata Ara menatap Anita tak percaya. “Maksudnya Damar selingkuh? selingkuh sama lo?. Iya?!”.
Ara tak habis fikir, bagaimana bisa Damar tega berbuat seperti itu padanya. Selama ini hubungan mereka baik-baik saja, tak ada yang aneh. Ara memberi kepercayaan sepenuhnya kepada Damar. Damar adalah cowok paling setia yang pernah Ara kenal. Sulit di percaya apabila Damar selingkuh apalagi selingkuh dengan Anita? Teman dekatnya semasa SMP, teman dekat Damar juga. “Selama ini gue percaya seratus persen sama lo tapi kenapa lo giniin gue, Dam?!.” “Gue bela-belain nahan cemburu tiap hari. Karena gue berusaha percaya sama lo, Dam!!!.” Ara protes pada keadaannya sekarang.
flashback “Damar harus tanggung jawab, Ra!.” “Tanggung jawab apa?”. Dahi Ara berkerut tanda tak mengerti dengan kalimat Anita. “Damar udah nodain gue, Ra!” Anita berbicara sambil menatap mata Ara dalam. Mendengar itu, mulut Ara menganga, matanya melotot tak percaya. Ara menggelengkan kepalanya cepat, tanda tak percayanya pada Anita.
“Mending sekarang lo pulang deh. Gue ngga mau denger omongan ngaco dari lo!.” Kata Ara seraya menunjuk pintu keluar kostnya. “Lo nggak percaya? Buat apa gue bohong, Ra?.” “Udah udah nggak usah diterusin!! Gue ngga mau denger apapun lagi!. Sekarang lo pulang!!.” Ara kalap. Cewek itu menatap Anita tajam. Jika saja tatapan bisa menusuk, mungkin Anita sudah berdarah-darah.
flasback end.
Dari tadi Ara mencoba menghubungi Damar, tapi nomor cowok itu tidak aktif. “Kemana sih Damar?. Kenapa nomornya ngga aktif.” Ara berusaha menghubungi nomor Damar terus menerus. Sudah lebih sepuluh kali.
Pukul empat sore baru Damar menghubungi Ara. Segera saja Ara menanyakan kebenaran yang di katakan oleh Anita. “Aku mau nanya.” Ara memulai pembicaraan dengan suara yang di buat sesantai mungkin. “Tanya aja yank. Nanya apa sih?.” Tampaknya Damar tak menaruh curiga pada nada suara Ara. “Kamu pacaran sama Anita?.” Suara Ara sedikit berubah, lebih tajam dan menusuk.
Hening beberapa detik sebelum Damar membuka suaranya. Dari situ saja Ara sudah bisa menebak bahwa apa yang dikatakan oleh Anita adalah benar.
Setelah hari itu Ara memilih untuk menyelesaikannya dengan baik baik karena Ara bertemu Damar juga baik baik. Damar sendiri tak mampu berkata lagi. Damar hanya bisa diam. Ara menangis tersedu sedu menatap Anita dan Damar ketika mereka bertiga bertemu. Anita sempat meminta maaf pada Ara begitu pun Damar. cowok itu merasa sangat menyesali perbuatannya. Tapi apa daya, semuanya telah terjadi.
“Oke,” Ara mengusap air mata yang turun di pipinya. “Gue bakal lepas lo, Dam” Lanjutnya. “Gue bakal usahain iklas ngeliat temen yang selama ini gue andelin malah selingkuh sama cowok yang gue sayang selama ini.” Ucapan Ara membuat Damar terdiam. Tatapannya berubah sendu. Damar sadar, bahwa ia telah menyakiti Ara begitu kejam. Tapi ini semua adalah ke hilafan Damar. Kala itu Damar mabuk, dia sedang banyak masalah. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Hati Ara sudah hancur berantakan. “Gue pulang!. Makasih buat semua nya.”
Sudah dua hari Ara tak datang ke kampus. Gadis itu hanya berdiam diri di rumah. Duduk sendiri kadang ia memainkan gitar sambil bernyanyi sendiri kadang juga Dayat datang sambil membawakan makanan dan berusaha menghibur Ara.
“Aku pernah memberikan hatiku sepenuhnya. Aku pernah mempercayaimu sepenuhnya. Aku selalu katakan pada mereka bahwa kau adalah pangeranku.
Sampai akhirnya aku hancur. Karenamu. Kenyataan yang tak terbayang. Angan yang tak pernah nyata. Mimpi yang terlalu tinggi. Sampai akhirnya aku jatuh sendiri.”
Berbulan-bulan Ara berusaha menyembuhkan lukanya. Sendiri. Hanya dia sendiri yang tahu apa yang di rasakannya. Tak pernah ada penyesalan. Semua yang terjadi dilaluinya dengan baik. Kisah cinta yang dibinanya tiga tahun telah berakhir. Selama ini Damar masih sering menghubungi nya. Sekedar menanyakan kabar atau curhat mengenai sulitnya menjalani hidup tanpa Ara lagi. Berkali-kali Damar meminta Ara kembali karena Anita tak terbukti mengandung buah hatinya. Tapi Ara selalu menolak dengan alasan ingin fokus kuliah. Ara tak pernah membenci Damar. Bagaimana pun Damar pernah mengisi hatinya. Ara tak menolak jika nanti Damar adalah jodohnya. Ara hanya butuh waktu untuk sendiri. Menikmati moment yang selama ini tak dirasakannya.
Sampai akhirnya mereka semua lulus. “Selamat ya, Day!.” Ara berteriak kepada Dayat sesaat setelah acara wisuda selesai. “Selamat juga, Rara!!.” Balas Dayat seraya memeluk sahabat kecilnya itu.
Di lain sisi, seorang lelaki berbaju kasual menatap kebahagiaan mereka dari jauh. Tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar indah di mata sang wanita pujaannya. Ya, lelaki itu adalah Damar. Selama ini Damar tak bisa berpaling dari Ara. Keindahan hati yang di miliki wanita itu membuatnya berhenti mencari wanita lain. Dia sadar bahwa dulu ia sangat bodoh pernah menyia-nyiakan tulus cinta dari wanita itu. Dan hari ini, Damar memutuskan untuk berhenti bersembunyi. Ia ingin Ara tahu bahwa ia telah berubah, ia telah menatapkan hatinya hanya untuk Ara. Entah bagaimana keputusan Ara nanti yang penting perasaannya tersampaikan. Damar telah siap menerima apapun jawaban dari wanita itu. Ya sekarang Ara telah menjadi wanita, bukan lagi cewek Abg. Dia telah menjadi wanita yang dewasa, cerdas dan semakin cantik di mata Damar.
Dengan sebuah mawar merah di tangan kanannya, Damar berjalan menghampiri Ara yang tengah bersantai di bangku taman bersama teman-temannya. Ara yang melihat Damar datang terlihat bingung, apalagi melihat setangkai bunga mawar merah di tangan Damar. Ia menengok kanan kiri mencoba menebak untuk siapa mawar itu.
Damar berdiri di depan Ara yang tengah duduk. “Selamat ya, Ra. Akhirnya cita-cita kamu terwujud.” Ucap Damar seraya menyerahkan bunga di tangan nya. Dengan raut wajah kaget Ara menerima bunga itu. “Hah. Eh. Iya, Dam. Makasih ya. Selamat juga kamu udah lulus juga kan.” Balas Ara sedikit kaku. “Iya. Aku juga baru selesai wisuda dan aku langsung ke sini. Aku kangen kamu, Ra.”
Seketika wajah Ara bersemu merah karena tersipu. Selanjutnya kata-kata Damar membuatnya tak mampu berkata-kata lagi. “Ra.. ” “Ya, Dam?” Raut wajah Ara berubah penasaran. “Aku minta maaf untuk masalalu. Untuk rasa sakit yang pernah aku ciptakan. Untuk kehancuran hati setulus hatimu.”
“Aku sadar aku bukan lelaki baik-baik Ra. Bukan lelaki yang sempurna. Aku cuma lelaki yang nggak tau diri udah nyakitin cewek setulus kamu. Maafin aku ya, Ra?” Mohonnya tulus. Ara terharu mendengar kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut mantan kekasihnya itu.
“Gue.. eh Aku masih sayang kamu Ra. Sejak dulu sampai saat ini aku masih sayang kamu Ra. Setelah kejadian itu aku sadar Ra kalau kamu adalah malaikat yang diturunkan buat aku.” “Kamu bilang kamu mau fokus kuliah dulu kan Ra waktu itu. Dan sekarang kita udah lulus Ra. Aku udah nunggu waktu tiga tahun. Aku mau serius Ra sama kamu.” “Kamu mau kan Ra jadi wanitaku. Aku janji Ra. Aku bakal jadi lelaki yang bertanggung jawab sama kamu. Aku mau mengikat kamu dalam hubungan yang sah, Ra. Kamu mau kan, Ra?” Damar bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Tak ada kebohongan di matanya, pancaran matanya menunjukkan keseriusan yang besar. Ara sangat kaget mendengar ucapan itu keluar dari mulut lelaki yang selama ini menutup pintu hatinya. “Apa ini jawaban dari doa-doa gue selama ini?. Jadi orang yang gue tunggu slama ini adalah dia. Damar?.” Pikir Ara.
Hening. Mereka sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing. Teman-teman Ara yang duduk di sampingnya juga ikut bengong menanti jawaban Ara.
Tak sabar, akhirnya Damar bersimpuh di depan Ara. Ara langsung kaget dengan sikap Damar. “Ra..?” “Eh.. I iya, Dam?” “Gimana?.” Tanya Damar cemas.
“Ya. Aku mau. Terimakasih udah mau nunggu aku, Dam. Ak..” “Makasih, Ra!!” Ucapan Damar memotong kalimat Ara yang belum selesai lalu segera memeluk Ara erat diiringi dengan sorakan dari orang-orang yang melihat usaha Damar sedari tadi.
Di ujung taman, Anita mencoba tersenyum melihat kedua orang itu. Selama ini Anita mencoba membuat Damar mencintainya tetapi sampai saat ini terbukti bahwa Damar hanya mencintai Ara sampai kapanpun akan tetap seperti itu. “Elo udah nemuin wanita lo Dam. Mau gimana pun caranya gue usaha dapetin lo juga ngga bakal bisa. Karena memang lo bukan jodoh gue. Semoga gue dapetin yang tulusnya kayak lo ya Dam.” Lirihnya lalu pergi menghilang di balik kerumunan mahasiswa.
Cerpen Karangan: Cholida Nastaini Facebook: Iin Nastaini