“Icca bangun matahari telah terbit” ujar mamaku sambil membuka tirai. Sinar mentari mengenai wajahku. Silau, kuangkat selimutku untuk menutupi tubuhku. Mamaku menarik selimutku dan membangunkanku. “Bangun Cha, udah jam 7:30. Katanya mau ngelamar kerjaan, sana gih cepet mandi.” Aku bangun dengan sempoyongan. Aku masih mengantuk, karena semalam aku tidur terlarut malam. Segera aku menuju kamar mandi.
Selesai mandi bergegas aku ganti baju dan mengambil ponselku. “Halo Cha kamu di mana? Aku udah siap nih jemput aku ya? Aku tunggu!!” ajakku pada Chacha sahabatku. Kami memang sudah janjian ingin melamar kerja bersama-sama. Chacha pun menjemputku.
Aku dan chacha bergegas mencari pekerjaan. Kami sampai di sebuah restoran. Kami melamar kerja. Akhirnya kami diterima bekerja di restouran itu. “Alhamdulillah ya Cha kita dapat kerjaan. Semoga kita betah kerja di sini” kata Chacha sambil memelukku. Kita pun pulang ke rumah masing-masing. Kami bekerja mulai esok.
Brukk!! Kubaringkan tubuhku di kasur kesayanganku. Ponselku berbunyi terlihat nomor tak kukenal meneleponku. “Halo, Siapa ini?” tanyaku pada orang itu. “Apa benar ini saudara Icca Anandita?” kata seorang lelaki yang tak kukenal. “Iya benar, maaf dengan siapa saya berbicara?” tanyaku balik pada orang itu. “Kami dari rumah sakit, laki-laki bernama Reza Ardiansyah mengalami kecelakaan tadi malam. Kami menemukan kartu nama anda di dompetnya. Apa anda mengenal laki-laki ini?” Perkataan itu membuatku tak sanggup menanggung kesedihan. Aku hanya menjawab “Ya” menutup teleponnya dan menuju rumah sakit terdekat. Dengan tergesa-gesa aku mengendarai motorku dengan kecepatan penuh. Air mata terus mengalir. Tak aku hiraukan lampu merah yang aku langgar. Di pikiranku hanya terdapat nama Reza tunanganku.
Tiba di rumah sakit “Apa Reza Ardiansyah dirawat di rumah sakit ini?” tanyaku kepada seorang dokter. Namun mereka tak mempunyai pasien yang bernama Reza. Lalu aku menuju Rumah sakit lain. Kembali aku menanyakan “Apa Reza Ardiansyah dirawat di rumah sakit ini?” tanyaku sambil meneteskan air mata yang tak henti-hentinya mengalir. Dan benar Reza dirawat di rumah sakit itu. Seorang perawat mengantarkanku ke ruangan Reza. Terlihat Reza berbaring dengan wajah pucat. Dokter menjelaskan padaku Reza mengalami benturan yang sangat keras di kepalanya. Kemungkinan besar Reza mengalami Amnesia. Aku mengambil ponselku dan menelepon mama dan Chacha agar cepat ke rumah sakit. Mereka datang dan langsung memelukku. Mamaku mencoba menghubungi orangtua Reza yang berada di luar negeri. Tak satu pun panggilan dijawab oleh mereka. Mamaku terlihat bingung. Chacha yang melihatku terus meneteskan air mata mencoba menenangkanku “Udah Cha udah, kamu wanita yang kuat. Reza akan baik-baik saja. Dia akan kembali di pelukanmu Cha percayalah pada kuasa tuhan” kata-kata itu membuatku sedikit merasa tenang.
Tak lama dokter keluar dari ruangan Reza. “keluarga Reza Ardiansya dipersilahkan masuk. Pasien telah siuman” ucap dokter itu membuatku senang. Bergegas aku masuk dan menghampiri Reza. Reza yang terlihat masih lemah terus menebarkan senyum. Aku memeluknya. Tapi ia mencoba melepaskan pelukanku. “Kamu siapa?” ungkap Reza menyadarkanku jika ia mengalami Amnesia. “Aku Icca sayang, aku tunanganmu” jawabku mencoba menjelaskan. Ia hanya terdiam dan terlelap tidur tanpa menghiraukan perkataanku.
Pagi hari tiba aku merawatnya sepulang kerja. Semakin hari Reza semakin pulih. Aku merawat Reza dengan ditemani oleh Chacha. Terlihat Reza masih hilang ingatan dan tak mengenalku. Ia hanya mengenalku sebagai Icca temannya sewaktu kecil. “Tak apa! aku akan membantumu memulihkan ingatanmu” kataku sambil memeluk Reza.
Tak terasa dua minggu sudah Reza terbaring di rumah sakit. Aku pun mengajak Reza pulang. Reza telah sembuh dari sakitnya. Tetapi ingatannya masih belum pulih.
Satu bulan telah berlalu. Usahaku memulihkan ingatannya sia-sia dia tak ingat apa-apa tentang diriku. Ia hanya mengingat aku sahabat sewaktu ia kecil. Itu salah! Chacha lah sahabat waktu ia kecil dulu. Aku mencoba membujuk Chacha untuk membantu memulihkan ingatan Reza. Dengan susah payah aku membujuknya akhirnya Chacha mau menolongku. Hari demi hari Chacha semakin dekat dengan Reza. Reza terlihat bahagia. “Cha aku udah gak sanggup sama Reza. Kayaknya dia Amnesia total deh! Aku gak bisa deket sama Reza lagi. Lebih baik kamu mendekati Reza dari awal” ucap Chacha mengeluh padaku. Aku pikirkan perkataan Chacha. Dan benar! Aku harus memulainya dari awal. Aku mendekati Reza lagi. Suatu kata yang ia katakan padaku “kamu kan sahabatnya Chacha aku ingin memilikinya. Aku mencintai Chacha. Apakah kamu bisa membantuku mendapatkannya?” badanku bergetar. Air mataku mengalir. Tak sanggup aku mendengar ucapan Reza yang mencintai Chacha sahabatku. Dengan berat hati aku merelakan Reza untuk Chacha. “Cha, Reza suka sama kamu! Aku juga yakin kamu suka sama dia. Kamu maukan Cha nikah sama Reza. Demi aku Cha. Aku ingin melihat Reza bahagia, meski ia harus bersamamu” ucapku pada Chacha sampil menetes kan air mata. “Kamu bicara apa sih? Reza itu milik kamu gak mungkin aku merenggutnya. Memang benar aku dulu pernah menyukainya. Tapi itu dulu, sekarang ia telah menjadi milikmu” jawab Chacha sambil memegang tanganku. “Dia milikmu Cha. Bahagiakan Reza demi aku”
Setelah kejadian itu aku dan mama pergi ke singapore menuju papa yang bekerja di sana. Aku menghilang selama tiga tahun dan menjalin kehidupanku di sana. Aku telah menemukan seorang pria yang benar-benar mencintaiku. Dia adalah Dicky suamiku. Aku dan Dicky menuju indonesia. Aku sampai di depan rumah. Ya itu rumahnya Dicky. Aku disambut baik oleh keluarganya. Seminggu sudah aku berada di indonesia.
Aku datang ke sebuah Restoran. Brakk!! Seseorang menabrakku. Aku melihat wajahnya. Berparas cantik dengan kacamata. Ya! Dia adalah Chacha sahabatku. Dia melihatku tampak senyuman manis yang ia pancarkan sepertinya ia masih mengenalku. “Icca” ujarnya langsung memelukku. Kami pun duduk di sebuah bangku restouran yang ternyata milik Chacha. Chacha memperkenalkan suaminya. Ya! Suaminya adalah Reza mantan Tunanganku. Reza terlihat mengenalku. Ingatannya telah pulih. Namun cintanya masih menjadi milik Chacha. Aku sudah merelakan Reza untuk Chacha, mereka pasangan yang serasi. Aku pun mengajak mereka makan malam di rumahku. Dan memperkenalkan suamiku pada mereka. Dan kini kami bahagia menjalani kehidupan rumah tangga dan persahabatan kami.
Sekian!!! terima kasih telah membaca.
Cerpen Karangan: Vira Ulandari Blog / Facebook: Oxsa Cha Virra