Hujan satu persatu turun ke bumi. Pertama-tama lambat, lalu mulai terjun bebas menimpa segala sesuatu yang di bawahnya. Kata emak hujan itu 1% air, 99% persennya lagi ya air lah. Tidak ada yang namanya hujan itu 1% air dan 99% nya kenangan. Hanya manusianya saja yang terlalu diperbudak rasa cinta berlebihan, eh ya tidak juga si. Biasanya yang berkata hujan itu 1 % persen air dan 99% nya kenangan itu orang orang yang sedang patah hatinya. Ah, semesta memang senang sekali bercanda bukan?
Perkenalkan namaku Agam. Aku mahasiswa ekonomi tingkat akhir, seakhir-akhirnya. Saat mendapat julukan mahasiswa abadi, aku sih biasa saja. Tapi jika dipikir pikir lagi sih, mahasiswa abadi kan berarti selamanya menjadi mahasiswa. Sedangkan di kampusku 5 tahun kuliah belum lulus saja sudah didropout. Berarti aku bukan mahasiswa abadi ya, ah sudahlah itu tidak penting.
Setiap hari aku berangkat ke kampus dengan bus. Sengaja memang, untuk memgurangi kemacetan kota. Begini-begini aku juga peduli dengan kemacetan kota tau! Ya selain itu juga karena hemat ongkos si.
Dari rumah berjalan ke halte, menunggu bus, naik bus, sampai kampus, berjalan mencari kelas yah, beraktifitas seperti anak kuliah pada umumnya. Bosan sebenarnya si, tapi rindu juga saat libur tidak beraktifitas seperti ini.
Pagi ini seperti biasa, menunggu bus. Di halte memang tidak ada tempat duduknya. Harus berdiri sampai bus datang. Lama sekali bus datang. Sampai tanpa sadar ekor mataku menangkap sesuatu, bukan setan lho yaaa. Aduh, kok jadi deg degkan. aku melihat bidadari, alamak cantiknya. Aku cubit tanganku, aduh sakit uy. Bukan mimpi, tapi kok serasa mimpi ya melihat gadis secantik itu.
Bus datang, aku segera masuk ke dalam bus. Eh, gadis tadi juga ikut masuk bus yang sama denganku. Beberapa kali aku mencuri pandang ke arahnya. Matanya yang coklat, bibirnya pink, hidungnya mungil terlihat pas sekali. Seakan-akan tuhan sedang berbahagia saat menciptakan dia. Dia menoleh kearahku, buru buru aku memalingkan muka. Amboi gemasnya.
Ternyata dia masih di dalam bus saat aku turun. Ah bukan mahasiswa kampusku ternyata. Tidak apa apa, nanti cari tau ah. aku melangkah gontai memasuki kelas. Seakan akan memdapat suntikan energi baru pagi ini. Ah sebentar, tadi aku berangkat jam berapa ya? Aku lihat jam dinding di tembok belakang kelas. Lalu menghitung waktu yang sudah berlalu. Dalam hati aku berjanji akan berangkat pada jam yang sama lagi.
Hari ini hari selasa, masih dengan jam yang sama seperti kemarin. Tapi di halte tidak ada gadis yang kemarin. Atau hanya kebetulan saja ya aku bertemu dia di halte ini? Ah sudah paling kebetulan saja iya. Saat aku akan memasang headset ke telinga, ekor mataku menangkap sosok gadis itu lagi. Aku tengok sekali lagi, ah iya benar dia. Dia memakai kos putih dengan kardigan hitam yang menutupi kaosnya. Memakai celana kulot longgar seperti kemarin. Sederhana tapi masih tetap cantik seperti kemarin.
Bus datang, dia masuk ke dalam bus yang sama denganku lagi. Kali ini aku beranikan diri duduk di depannya agar lebih dekat. Amboi, duduk di depannya pilihan yang tidak tepat ternyata. Jantungku berdetak lebih kencang, aku tak berani menoleh ke belakang. Hanya 15 menit kemudian aku sampai ke kampus. Habis sudah waktuku di perjalanan bersama dia.
Hari selanjutnya aku duduk di samping kursinya, agar bisa melihat dia dong hehe. Sagangnya aku tidak pernah punya keberanian untuk mengajaknya kenalan. Tertangkap mencuri pandang saja sudah jantungan kok, apalagi sampai mengajak berkenalan. Tidak terbayang, pasti malu sekali.
Hari ini hari jum’at. Aku berangkat di jam yang sama. Tapi anehnya sampai bus datang dia tidak datang. Atau mungkin terlambat bangun ya? Atau jangan jangan dia tidak ke halte ini lagi ya? Banyak sekali pertanyaan yang memenuhi pikiranku. Aduhhhhh, ingin lihat gadis itu lagi. Aku keluar bus dengan kali lunglai. Tidak semangat sekali rasanya.
Hari sabtu dia juga tidak ada. Lalu hari minggu aku tunggu juga tidak ada. Padahal hari minggu aku tidak ada kelas. Tapi aku sengaja pergi ke kampus untuk melihat dia ada di halte atau tidak. Walaupun hanya melihat di halte lalu bersama di bus selama 15 menit saja rasanya sudah senang sekali.
Hari senin, aku tidak banyak berharap bisa melihat gadis itu lagi. Sampai bus datang pun dia tidak ada. Aku memasuki bus dengan lemas. Dia itu orang mana si? Mahasiswa juga atau bagaimana ya? Aku terus bertanya tanya dalam hati.
“Pak, pak tunggu” Hei, itu gadis itu. Akhirnya aku menyimpulkan gadis itu pergi di hati senin sampai kamis. Hari jum’at sampai minggu dia tidak naik bus. Aduh senangnya bisa melihat paras cantiknya lagi. Aku beberapa kali mencuri pandang denganya. Alamak, kenapa dia menggemaskan sekali.
Sudah 6 bulan lebih aku selalu memperhatikan gadis itu yang sampai sekarang aku bahkan tidak tau namanya siapa. Menyenangkan rasanya melihat dia di hari senin sampai kamis. Lalu seolah menahan rindu di hari jum’at sampai minggu. Lalu senin kembali melihat dia lagi. Bus belum datang. Aku mencoba menoleh kearahnya, aduh kepegok sedang mencuri pandang.
“Mas mas” katanya. Aku bingung, dia bicara padaku? “Saya mbak?” tanyaku. Aduh kok jadi deg degkan. “Iya mas nya” “Iya ada apa?” tanyaku senormal mungkin. “Boleh pinjam hp nya sebentar untuk menghubungi orang rumah, ada barang yang ketinggalan. Sedangkan hp saya mati kehabisan baterai” katanya sambil menunjukkan layar hpnya yang mati. Aku menyerahkan hp ku.
Bip bip bip Lho? Kok hp dia bunyi? “Aduh, maaf ya mas. Saya cuma mau minta nomernya mas aja sebenarnya hehehe” katanya sambil menahan senyum. Makkkk, aduh kok buat gemas sekali gadis ini.
Cerpen Karangan: Zainatus S