Namaku Miftahul Jannah, panggilanku Mifta. Awal mula Aku mengenalnya, Dia adalah temenku sewaktu Aku masih di bangku Sekolah Dasar, dan juga satu kelas dengan Aku, Dia adalah Dion, seorang Laki-laki pertama yang memberi rasa cinta kepada anak SD yang belum mengerti sebuah rasa percintaan, dahulu Aku menempuh pendidikan Sekolah Dasar, di SDN 171/Pedukuh, sejak kelas 5 SD Aku dan Dia sering sekali diejek dengan teman-temanku yang lain seperti yang ciee … Cieee…. gitulah, biasa anak SD diejek seperti itu saja sudah baper. Dari situlah mulai tumbuh rasa ini kepadanya, hatiku berdetak, entah ini rasa cinta kepadanya atau apakah, Aku tidak mengerti rasa ini. Anehnya Aku merasa nyaman dan senang ketika temanku mengejek seperti itu.
Namun, rasa ini hanya mampu kupendam, dan tak sanggup kuungkapkan. Malu juga seorang Perempuan mengungkapkan perasaannya kepada seorang Laki-laki, dan juga dari sisi Agama, Aku tidak ingin berpacaran terlebih dahulu. Apakah kamu pernah jatuh cinta. Untuk yang pertama kalinya dalam hidupmu. Saat kamu sama sekali tidak paham akan rasa yang kamu rasakan, seperti penyakit yang tidak dapat terobati. Pengalaman pertama yang aneh tapi mendebarkan. Untuk menjaga martabat Perempuan, kupendam rasa yang aneh ini di dalam lubuk hatiku yang paling tertadalam, dan semakin dalam kupendam rasa ini.
Menjalani masa-masa sekolah seperti anak lainnya begitulah yang selalu kujalani di bangku Sekolah Dasar. Terus berlanjut sampai akhirnya, Aku dan Dia sama-sama lulus dan berpisah, melanjutkan Sekolah Menengah Pertama, dan sama-sama memilih masuk Pesantren, namun beda Kota. Dion, sekolah di salah satu Pesantren yang ada di Jambi, dan Aku memilih melanjutkan Sekolah di kampung halaman Ayah, Pompes Musthafawiyah, Purba Baru Medan.
Hari baru, Sekolah baru, dan juga Teman baru. Semuanya serba baru, terkecuali rasa yang selama ini kupendam, kusimpan rapi, dan kuberi bingkai sebagai penghias di ruang hati. Seperti biasa, Aku menjalani hari-hari di pesantren seperti anak lainnya begitulah yang selalu kujalani di Pondok Pesantren. Tahun pertama, kelas pertama, dan teman sebangkuku pertama di pesantren yang menjadi sahabatku hingga kini, Namanya Lathifa Sari, Aku memanggil sahabatku Ifa. Sahabatku cantik, sholeha dan juga cerdas. Sama sepertiku, sebagai Santriwati yang Sholeha, cantik dan juga teladan, tidak apakan kalau Aku memuji diriku sendiri.
Pada suatu ketika, di Asrama, di Ponpes Musthafawiyah, Purba Baru Medan. Sore hari sebelum menjelang asar Kami para Santriwati bergegas untuk mandi “Aku duluan Mifta,” pinta Ifa, sambil menarik pundakku “Tidak mau Aku duluan kok, antri dong.” Jawab Aku, agak kesal pada Sahabatku yang tak mau antri, di asrama apa pun selalu antri, mandi antri, mengambil makan antri, semuanya serba antri, mungkin Kami dididik untuk bisa displin mematuhi peraturan yang ada. Tidak hanya pada saat antri untuk mandi, saat ingin melaksanakan salat pun Aku dan Ifa selalu rebutan tempat salat.
Lama tidak bertemu dengan Dion, akhirnya ketika libur semester 2 kelas 8 Bulan Puasa, Aku bertemu dengan Dion ketika tadarus Alqur’an sesudah tarawih. Jujur ada perasaan berbeda yang Aku rasakan kepada Dia, sangat berbeda dengan perasaan yang Aku rasakan pada waktu pertama kali pada saat Aku kelas 5 SD, semakin kagum dan semakin kagum dengan semua yang ada pada dirinya, terutama ketika Dion, yang menjadi muadzin selama libur sekolah saat Ramadhan, apa lagi saat lihat Dion jalan-jalan sore dengan sarung, baju koko dan peci khas nya, semakin membuat saya merasa terkesima, jantungku tidak bisa diajak berdamai, terus berdetak kencang saat pandangan kami saling bertemu. Aah, Dion, mungkinkah Suatu Hari nanti Dirimu akan bersanding denganku, menjadi teman hidupku, dan menjadi Imam dalam keluarga.
Sesekali Dion pun, juga sering mengantarku pulang sampai depan rumah saat usai tadarrus Alqur’an, lucunya, Dion mengantarku pulang jalan kaki dengan cahaya senter baterai, setelah sampai depan rumahku Dion pun bergegas pulang, kembali lagi ke belakang, kebetulan rumahnya dekat masjid tempat kami salat “Sudah sampai rumahmu, Aku pamit pulang juga ya, Mifta, Assalamualaikum,” seru Dion berpamitan. Dion benar-benar mengantarku pulang, “Iya, Dion, hati-hati di jalan ya terimakasih sudah mengantarku pulang, wa’alaikumsalam, Dion,” jawabku, “Ya sudah, Kamu jangan tidur larut malam ya nanti sahurmu kesiangan.” Kata Dion.
Jantungku semakin tidak bisa diajak berdamai, semakin kencang berdetak jantungku ini mendengar ucapan Dion, memberi perhatian kepadaku, semakin kesini Aku semakin mengerti dengan perasaan ini, perasaan yang selama ini menghiasi isi hati. Apakah ini cinta? Bila cinta dahaga yang sempurna, biarkan Aku meneguk tirta amarta. Dia benar-benar mengantarku pulang, bagaikan mimpi yang menjadi nyata. Masih terngiang ucapan lembut Dion, perhatiannya kepadaku itu membuat jantungku semakin kencang berdebar, yang membuat Aku sulit untuk tertidur.
Singkat cerita akhirnya kita lulus Sekolah Menengah Pertama, Aku sendiri pun bingung mau melanjutkan Sekolah kemana, tapi yang Aku dengar katanya, Dion melanjutkan Sekolah di SMK terdekat yang ada di Desa kami tinggal. Dan akhirnya, setelah lama berfikir juga saran dari Orangtua Aku, pun memutuskan untuk melanjutkan Sekolah di Ponpes Nurul Khoiriyah, yang terletak di Kabupaten Kota Jambi.
Waktu berlalu, Tahun berganti. Masa kenaikan kelas tiba, Aku naik kelas 12, ketika liburan Sekolah Aku mendengar cerita dari salah satu teman, katanya, Dia sedang menjalin hubungan berpacaran dengan salah satu sahabat SDku, saat itu rasanya hatiku hancur, sedih, perih bagaikan tersayat sembilu, tapi ya sudahlah, hati memang tidak ada yang bisa memaksa, akan berlabuh pada siapa, mungkin hanya hatiku saja yang berlabuh pada hatinya, lain dengan hatinya yang lebih memilih untuk berlabuh pada hati yang lain.
Yang Aku sesali, jika sejak dahulu tidak pernah ada rasa untukku, lalu mengapa sering memberiku perhatian yang Aku anggap itu spesial, mengapa harus rela meneleponku diam-diam saat masih Sekolah di Ponpes. Beralasan katanya Menelepon Orangtua, dan membohongi ustadzahku juga, Dia mengaku sebagai Kakak Sepupuku. Juga selalu datang ke rumah saat Aku libur Sekolah, beralasan mengajak bermain catur dengan Ayahku, atau memang Dia benaran bermain catur, atau barangkali Aku yang terbawa oleh perasaan.
Memang benar, semenjak Aku di rumah selama liburan Sekolah, Dion tidak pernah lagi datang ke rumahku untuk mengajak Ayahku bermain catur dengannya, tidak pernah lagi menyapaku via sosmed, tidak ada lagi perhatiannya untukku. Intinya tidak ada lagi komunikasi di antara Aku dengannya. Sampai akhirnya kami sama-sama lulus Sekolah Menengah Atas, Aku benar-benar tidak pernah menjalin komunikasi dengannya lagi.
Mungkinkah aku harus kecewa dengannya? Jika harapan telah berubah menjadi kekecewaan, disitulah menjelma menjadi ruang hampa. Biarkan hatiku hancur berkeping-keping, biarkan. Biarkan kutitip hati ini Kepadamu, kepada Sang Maha Pemberi. Aku yakin ketetapanmu tak akan pernah salah berlabuh, tak seperti rasa cintaku yang sudah salah berlabuh, Aku yakin, Engkau sudah mempersiapkan jodoh teruntukku yang terbaik, yang akan menjadi bagian hidupku, yang akan menghiasi hatiku.
Aku pun masih memiliki sahabat yang terlalu indah, yang begitu mengerti satu sama lain, malahan sampai saat ini. Sahabatku dari MTS atau SMP sampai MA atau SMA dan sekarang kuliah kami sama-sama, di IAI, Institut Agama Islam, Yasni Bungo. Dan Kampusku sering dijuluki Kampus Biru Berkarakter Islam, karena notabenen bangunan Kampusnya berwarna biru, Aku dan Ifa pun sama-sama mengambil Program Studi PGMI akronim dari Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah, hanya saja Aku berbeda kelas dengan Ifa. Tidak apa walau berbeda kelas, bersyukur Aku memiliki sahabat yang memberi warna pada hidupku.
Cerpen Karangan: Ato Sukoco Blog / Facebook: Ato Sukoco Si Orang Pe’a merupakan nama pena yang dimiliki oleh penulis bernama asli Ato Sukoco. Kelahiran Bekasi, 1 Desember 1995. Bisa dibilang bahwa Ato Sukoco adalah penulis pemula yang sedang mencoba mengawali kariernya dalam bidang menulis. Ia baru saja diterima sebagai Mahasiswa Baru Sastra Indonesia, di Universitas Nasional (disingkat Unas) adalah perguruan tinggi swasta tertua di Jakarta dan merupakan perguruan tinggi kedua tertua di Indonesia.