Terkadang hidup masih menyimpan sebuah misteri yang manusia bahkan ilmu pengetahuan pun tak bisa pahami. Seperti seorang pria yang satu ini, ia mencari cara menaklukkan hati wanita yang sudah lama ia sukai. Apa yang akan pria itu lakukan untuk mendapatkan hati wanita tersebut? Let’s wait and see!
Sebuah momen nostalgia bagi seorang pria bernama Duta yang sedang nongkrong di cafe bersama dua sahabatnya, yaitu: Adam dan Firman.
Ketiga manusia tersebut sedang asik-asiknya membahas tentang jurusan kuliah yang ingin mereka pilih. “Lo pada mau masuk jurusan apa? Dut, Fir?” tanya Adam kepada dua sahabatnya. “Ga tau bingung gue juga.” jawab Firman sambil memegang kepalanya. “Kalo gue sih mau pilih jurusan sastra.” ucap Duta. “Lo mau jadi content writer?” tanya Firman heran. Duta hanya menjawab dengan anggukan. “Gue mau gap-year dulu lah!” kata Firman. Membuat kedua sahabatnya bingung. “Kenapa lo pilih gap-year?” tanya Adam. “Selama gap-year, gue pengen ngelakuin hal yang gue suka sambil mikirin gue mau ambil jurusan apa!” jawab Firman dengan bijak. “Lo Dam, mau ambil jurusan apa?” tanya Firman balik. “Bokap gue nyuruh ambil marketing, biar bisa lanjutin bisnis bokap gue.” jawab Adam.
Mereka bertiga sudah memutuskan apa yang ingin mereka lalukan untuk masa depan mereka nanti. Setelah itu keadaan menjadi hening.
5 menit kemudian, ketika mereka sedang asik dengan ponsel mereka. Datang seorang wanita berparas cantik dan berkulit putih duduk di meja pojok sambil melihat menu makanan yang akan dipesannya. Firman yang sedari tadi menatapnya hanya bisa meneguk ludahnya sendiri.
“Gila beningnya kek pintu masuk apotek! Bersih tak ternodai.” puji Firman pada wanita tersebut memecah konsentrasi kedua sahabatnya yang sedang memainkan ponselnya. “Apaan sih yang bening?” tanya Adam dan Duta penasaran. “Noh, lihat!!” tunjuk firman ke arah wanita tersebut. Seketika Adam terpesona akan wanita itu, sedangkan Duta hanya mengernyitkan dahi karena sepertinya ia kenal dengan wanita itu. Duta bergegas menghampiri wanita itu meninggalkan kedua sahabatnya yang terheran-heran.
“Hai” sapa Duta. “Boleh duduk disini?” “Hai… D-Duta” balas wanita itu terbata-bata. Duta hanya membalas dengan anggukan dan senyuman. Wanita itu memeluk Duta beberapa detik lalu melepaskan pelukannya. “Gimana kabarnya Dut?” tanya wanita itu sambil tersenyum. “Baik, lo gimana kabarnya Del?” tanya Duta balik. “Baik, dan akan selalu baik hehe!” jawab Adel cengengesan. “Duduk dulu Dut” suruh Adel. Adelia, teman dekat Duta ketika SMP. Setelah lulus, Duta dan Adel berpisah karena orangtua Adel ada kerjaan di Bandung, terpaksa ia harus ikut orangtuanya dan melanjutkan SMA disana.
“Kok bisa lo disini, bukannya lo di Bandung?” tanya Duta. “Gue pengen kuliah di Jakarta. Nyari suasana baru, bosen di Bandung.” jawab Adel. “Kenapa emang?” “Gue pengen mandiri, Dut. Selama ini gue terlalu dimanjain sama ortu gue.” ucap Adel dengan raut wajah murung. “Gapapa kali, lagian lo kan anak tunggal.” “Iya sih.. tapi nanti kedepannya, bahkan nanti kalo gue punya keluarga sendiri. Gue ga mau bergantung terus sama ortu.” ucap Adel sambil menyeruput coffee latte di tangannya. “Ok, gue ngerti kok. Apa yang lo rasain.” ucap Duta.
Hampir 30 menit mereka berdua berbincang tentang kehidupan masing-masing. Duta yang tidak enak meninggalkan kedua sahabatnya, ia langsung kembali ke meja sahabatnya, dan keluar dari cafe meninggalkan Adel.
6 bulan telah berlalu Duta, Adam, dan Adel berada di kampus yang sama, tentu dengan jurusan yang mereka tempuh masing-masing. Duta yang kebetulan lewat depan rumah Adel, ingin mengajaknya ke kampus bareng. “Mau bareng ke kampus nggak, Del? Gue ada di depan rumah lo.” pesan Duta di wa. Setelah menunggu 3 menit, akhirnya Adel keluar dan…
“Lo kenapa Dut?” tanya Adel “Kok lo gitu ngeliat gue!” Duta yang dari tadi melamun melihat kecantikan Adel, tersadar dari lamunannya. “Hah ng-nggak kok, siapa yang ngeliatin lo, kepedean!” jawab Duta mengalihkan pandangannya ke arah depan. Setelah itu, Adel masuk dan bergegas menuju kampus.
Keheningan terjadi selama perjalanan kita berdua ke kampus. Ketika Adel membuka pembicaraan “Lo udah punya pacar, Dut?” tanya Adel memecah keheningan. “Hah! B-belum. Kalo lo, udah punya?” tanya Duta balik. “Udah! Masih baru, 1 minggu yang lalu gue ditembak sama kakak kelas gue waktu SMA. Namanya Fildan.” jawab Adel terlihat bahagia. “Terus?” “Gue terima dia, gue juga cinta sama dia. Gue seneng… banget akhirnya dia nyatain perasaannya.” “Oh gitu.. selamat ya Del!” “Makasih Dut. Lo juga dong cari pacar, biar nggak sendiri mulu” ejek Adel. “Iya iya.. yang udah punya.” ejek Duta balik menoleh ke hadapannya. “Biarin! yang penting gue nggak jomblo, WEKK.” menjulurkan lidahnya. “Gue bukannya jomblo, tapi SINGLE TERHORMAT dengan harga dirinya yang tinggi.” ucap Duta penuh penekanan. Setelah itu hening, tidak ada lagi obrolan dari dua manusia itu.
Waktu sudah sore, tidak ada jam tambahan di kampus, Duta hanya ingin segera pulang karena lelah dengan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen cukup banyak. Ketika Duta hendak keluar dari kampus, ada Adel yang sedang menunggu seseorang didepan gerbang. “Mau bareng nggak?” tanya Duta. “Nggak lah Dut, gue lagi nunggu my boyfriend.” jawab Adel tersenyum. “Iya iya, yang udah punya mah dijemput. Ya udah gue duluan ya, bye!” ejek Duta. “Yeee.. bye.” balas Adel menjulurkan lidah.
Selama Duta masuk kuliah ia jarang sekali bertemu dengan kedua sahabatnya, itupun hanya lewat aplikasi chatting, membosankan. Bagaimana bisa berkumpul dengan sahabatnya lagi, jika setiap hari ada tugas bertumpuk-tumpuk dari dosen layaknya sebuah gunung.
Akhirnya hari ini libur dan tidak ada tugas, sore ini Duta ingin refreshing otak dengan mengunjungi cafe favoritnya tanpa kedua sahabatnya karena mereka sedang ada kepentingan, yang satu sedang liburan di luar kota dan yang satu lagi sedang sibuk dengan tugas-tugasnya.
Namun, saat Duta masuk ke cafe. Ia bertemu dengan Adel, sendirian di meja pojok dekat jendela sembari melamun. Duta memesan minuman lalu menghampiri Adel. “Hai, Adel.” sapa Duta membuat Adel terkejut heran kenapa dia ada disini. “Hai, Duta” sapa Adel balik sambil tersenyum. “Kok lo sendirian, nggak sama pacar?” goda Duta. “Akhir-akhir ini dia jarang banget ketemu sama gue. Katanya sibuk, banyak kerjaan di kantornya.” ucap Adel sambil menghela nafas panjang. Duta hanya menganggukan kepala tanda mengerti.
Duta melihat wajah Adel sangat pucat hari ini, tidak seperti biasanya. “Adel lo nggak apa-apa? Muka lo pucat banget lo!” ucap Duta khawatir. “Nggak kok, gue nggak apa-apa.” Setelah itu, Adel pamit pergi. Baru beberapa langkah tiba-tiba Adel terjatuh. Pingsan. Duta langsung membawanya ke rumah sakit.
Setelah diperiksa oleh dokter ternyata Adel demam. Duta segera masuk melihat kondisinya, ia belum sadar, Duta duduk di sebelah Adel yang sedang terbaring. “Andai lo tau, Del. Kelakuan fildan tuh kaya gimana. Lo pasti benci sama dia.” Duta bergumam pelan. “Dan andai lo tau, perasaan gue ke lo itu lebih dari sekedar teman. Gue simpan perasaan ini bertahun-tahun, gue nggak berani ungkapinnya. Kalo gue… sayang sama lo!”
Cerpen Karangan: Sella Andre Fateha Blog: andrefateha.blogspot.com IG: @_andresf11