Waktu menunjukan pukul 15.00, Saat ini aku kebetulan bersama Santi teman sejawat sesama foreman sedang melakukan checklist kebersihan area dan toilet. Sebenarnya kami hanya kebetulan bertemu di koridor dekat depan toilet, kawasan kekuasaan Santi tentunya.
“Eh Siti…” tiba-tiba Santi melontarkan pandangannya ke arah belakangku. Jantungku tiba-tiba berdetak kencang dilanjutkan dengan membalikkan badan dengan senyum merekah, entah kenapa refleksku seperti ini. “Hayooo, bener kan tebakanku..?” Santi mulai menggodaku. Aaarrrgghhh… sialan aku tertipu oleh Santi, ternyata Siti tidak ada di belakangku, itu hanya godaan Santi padaku melanjutkan godaannya di kantor tadi siang. “Aduuuuhhh, apaan sih Bu Santi ini..?” tanyaku kesal pada Santi. “Kaaaan, ada apa kamu sama Siti, bener kan..??” desak Santi melotot padaku dengan senyum kecil. “Astagaaaa, itu lagi..” Aku berlalu pergi. “Keliatan tau kalo ada apa-apa, ahahahahah” Santi terdengar tertawa puas saat aku berusaha kabur dari situasi yang tidak nyaman ini. Tak kuhiraukan lagi perkataannya, tapi ada perasaan begitu senang jika saja ada Siti disini. Kenapa ya?
Waktu sudah menunjukan jam pulang kerja sedah selesai, aku pun memeriksa closing area malam ini dan meninggalkan area kerjaku. Berjalan dengan rute yang biasa kulalui saat checking area menuju kantor, pasti akan melewati toilet yang dijaga Siti. Tiba-tiba senyuman Siti terlintas di pikiranku, hingga aku melamun dan akhirnya aku tersandung karpet pameran yang terbentang di atrium lantai dasar mall. Cleaner yang berjalan menuju kantor dan para security yang berjaga di area itu tertawa kecil melihat tingkahku yang seperti orang linglung karena melamunkan senyuman Siti. “Waaduuuhhh gawat ini kalo Santi melihatku saat ini.” gumamku sambil mempercepat langkahku meninggalkan mereka-mereka yang sedang tertawa.
“Kenapa Pa..?” Ucap Ridwan salah satu cleaner lantai dasar yang berjalan dibelakangku. “Nggak apa-apa..” jawabku. “Dari tadi bapak senyum-senyum sendiri sambil jalan.” lanjut Ridwan menjaga obrolannya denganku “Oooo, baru dapet pacar ya Pa..” potong Nandang teman satu area Ridwan yang juga berjalan di belakangku bareng Ridwan. Mereka ini, Ridwan dan Nandang adalah cleaner bawahanku atau anak buah yang kuandalkan dalam menjaga kebersihan area di lantai dasar. tentu saja mereka bekerja dengan sangat baik, itupun berkat kerja kerasku mengajari mereka dasar-dasar pekerjaan dan segala pengetahuan lainnya di bidang Cleaning Service. “Tau aja..” Jawabku menyelamatkan muka.
Oh ya Aku lupa, Aku belum pernah pacaran serius sebelum-sebelumnya, hanya selalu menjadi pengagum rahasia dari cewek-cewek yang aku suka dan tak pernah bisa mengungkapkan perasaan atau nembak cewek. Pernah pacaran tapi hanya sepihak, ceweknya yang nembak aku. Jadian sih tapi kayak yang nggak pacaran. Selalu saja aku menghindari pacarku itu jadi akhirnya setelah 1 minggu dia mutusin aku juga. Ya aku sih ga peduli, orang nggak punya rasa sama dia. Jadi nggak termasuk pacaran kaaannn, hehehehe.
Ada pun kesempatan buat nembak eehhh udah keduluan sama orang lain jadinya makan ati terus ni perasaan. Bisa ada perasaan yang aneh-aneh seperti ini ke Siti jelas aku merasa tidak enak karena dia telah bersuami meski pada dasarnya aku memiliki perasaan senang, bahagia, semangat di tempat kerja, dan juga menegangkan.
“Nah kan, hati-hati loh Pa Sandy… jangan melamun gitu nanti kesambet lho…!” Suara Santi terdengar jelas. “Jangan-jangan beneran…” Santi nongol di belokan menuju tangga ke basement membuatku kaget. “Apa-apaan Bu Santi ini, terus saja menggodaku.” Ucapku kesal “Tapi kan bener kan, Pa Sandy pasti punya perasaan ke Siti..? hayooo ngaku.!!” “Cie.. cie.. cie Pa Sandy..!!” sorak anak buahku dan cleaner lain yang mendengar percakapan kami. “Kaaan jadi heboh ini Bu Santi…” Aku tambah kesal sekaligus salah tingkah. “Biarin aja Pa, Jadian aja sama Siti…” Seru Santi “Pengennya sama Bu Santi, tapiiii udah ada lakinya…” Godaku balik pada Santi sebagai balasan serangan yang bertubi-tubi darinya. “Iiihh Pa Sandy ini ya genit juga.., Boleh aja sihhh…” Godanya lagi “Aahahahahhahahahah…” suasana sangat ramai dengan tawaan begitu banyak orang. Semua tertawa terbahak-bahak mendengar obrolan dan candaan kami, suasana pun begitu cair dengan keakraban kami.
Memang terkadang candaan-candaan seperti ini dibutuhkan sebagai pelepas stress setelah seharian bekerja fisik dan melupakan kegalauan hidup. Ya, menjadi Cleaning Service memang bukan hal yang mudah. Profesi ini hanya sedikit orang yang mau menjalaninya. Sering dipandang sebelah mata, selalu mendapat makian kalo teledor, gaji yang pas-pasan. Meski pada akhirnya kami lah yang selalu memberikan kenyamanan pada para pengunjung saat berbelanja di mall karena kebersihan di mall yang selalu kami jaga.
Seminggu sudah dari kejadian mengantar Siti pada malam itu, sehari setelahnya Siti libur kerja, aku merasa rindu padanya. Selama seminggu ini pula aku selalu menjadi bulan-bulanan teman sejawat karena diejekin terus perihal Siti. Namun sekarang sudah menjadi hal yang biasa. Selama seminggu ini pula Siti pun menjadi bahan perbincangan teman- teman cleaner karena menurut mereka dia berhasil mengambil hatiku yang termasuk pengawas yang susah untuk diajak kongkalikong dalam urusan kenakalan-kenakalan di tempat kerja.
Aku selalu berpegang teguh pada peraturan, bila ada yang buat salah pasti aku semprot tanpa ampun meski pada akhirnya tak pernah aku ada satupun surat SP yang kulayangkan, makanya aku terkenal sebagai pengawas tegas namun baik hati, dan itulah yang membuat anak buahku betah bekerja sama denganku dan tak pernah mau pindah area atau menjadi bawahan teman foremanku yang lain.
Siti telah terbiasa pula menjadi bahan perbincangan dan banyak yang mendukung kami untuk pacaran, meski itu merupakan ide terasusila menurutku. Bagaimana tidak, apa jadinya kalo aku jadi selingkuhannya? Siti yang bersuami pacaran denganku yang bujangan. Pasti namanya akan jelek. dan pasti akan menanggung malu yang amat sangat.
Sebenarnya, kalo aku tak masalah dengan ide itu, karena terlanjur suka kan. lagipula kata orang “Cinta itu buta”, ya seperti aku yang sekarang buta oleh cinta jadi tak peduli dengan statusnya sebagai istri orang. Tapi aku masih menjaga jarak karena tak ada deklarasi pernyataan suka dari Siti dan aku menjalani pekerjaanku tetap profesional sebisa mungkin tidak mencampuradukkan perasaan dengan urusan kerja.
Sebulan berlalu rumor ini mereda, keadaan di tempat kerja sudah biasa-biasa saja meski harus kuakui rasa ini semakin kuat karena jujur saja selama sebulan ini pula aku lagi-lagi menjadi pengagum rahasia seorang wanita yang sekarang wanita itu adalah Siti
“Eeh, Pa Sandy..” Suara siti terdengar merdu dan lembut di telingaku. “I.. Iyaaa…” Jawabku gugup. “Kenapa salting gitu Pa..?” Ucap Wina teman Siti yang lain “Ng… Nggak, siapa yang salting. orang kaget tiba-tiba nyapa gituu..” aku ngeles lagiiiii. “Lagi apa Pa..?” Tanya Siti “Lagi nulis laporan kerja, apa lagi..” Berusaha datar kujawab pertanyaannya.
Siti dan Wina duduk di seberang meja kerjaku di kantor cleaing service ini, maklum kantornya kecil jadi meja kerja pengawas satu ruangan dengan tempat istirahat cleaner. Mereka sedang menghabiskan waktu istirahat dan memanfaatkan waktu untuk makan dan kembali mengisi energi agar tidak kelelahan saat bekerja. Dan sudah biasa kantor menjadi tidak sepi saat jam istirahat yang bergiliran ini tiba.
Pemandangan sangat indah terpampang di depanku, wajahnya yang cantik menemaniku membuat laporan hari ini. Aku mencuri-curi pandang hanya untuk memuaskan rasa rindu memandangi wajah mungil, cantik nan imutnya. Sungguh dahaga rindu ini akan terpuaskan selama setengah jam kedepan. “Tuhaann kenapa Kau jodohkan dia dengan orang lain, bukan denganku…” Gumamku di dalam hati
Tiba saatnya pandangan kami dipertemukan, kami saling bertatapan dan terlihat begitu jelas di matanya isyarat bahwa dia pun senang menatap wajahku ini. Bukan sombong tapi memang mukaku lumayan menjual laaahhh… hehehehe. Tak sedikit pesan-pesan cinta dari anak buahku yang didapat dari cewek-cewek yang bekerja di tenant untuk disampaikan padaku, namun aku tidak menghiraukannya.
Begitu manis senyum yang tersimpul di bibirnya, dengan ceria menikmati makanan yang sedang dilahapnya disertai candaan-candaan ringan. Dan akhirnya dia melontarkan pertanyaan. “Pa Sandy mau..? Bapak udah makan..?” Tanyanya manis. “Eh iya kita makan-makan aja tanpa nawarin Pa Sandy, makan Pa…” Ucap Wina. “Ooh udah… udah barusan makan..” jawabku “Makan sama apa Pak kok ga ada bekasnya..?” tanya Siti “Eehh, tadi beli Ketoprak, tuh bungkusnya di tempat sampah…” Jawabku lagi.
Tiba-tiba Siti beranjak dari kursi berjalan pelan menuju tempat sampah yang kutunjuk sambil membuang sesuatu dari mulutnya. “Oh iya, ada bekasnya…” Ucap Siti pelan. “Eeeee, kenapa dia repot-repot memeriksa tempat sampah..?” Gumamku heran bertanya dalam hati… “Cieee… Siti perhatian banget sama Pa Sandy..!! Ampe diperiksa gitu bekas makan Pa Sandy.” Goda Wina… “Ng..nggak kok aku cuma buang ini nih, staples yang masuk di makananku” jawab Siti. “Siti kan suka sama Pa Sandy..” Wina berceloteh.. “Whaaattttt…” teriakku dalam hati. apa jangan-jangan…?? “Apaan sih Wina…” Siti tertunduk malu menyembunyikan wajahnya yang memerah. “Jangan gosip ah… nanti suaminya denger bisa gawat tauuu…” aku menegur Wina. “Maaf Pa…” Wina diam mendengar nada bicaraku yang sedikit tinggi. “Tapi benar kan Siti..?” Wina bertanya pada Siti pelan-pelan dan tersenyum kecil.. “Udah aaahhhh…” Ucap Siti manja.
Memang Siti termasuk wanita pemalu dan jarang bergaul kecuali dengan teman sesama cleaner. Dan selalu menjaga jarak dengan orang-orang yang tak dikenalnya. Tipe wanita penyendiri dan sedikit tertutup, hanya teman teman dekatnya saja yang tau tentang kehidupannya dan itupun hanya sedikit yang dishare olehnya. Dengan ciri-ciri fisik yang telah kuceritakan banyak sekali pernyataan cinta yang dia dapatkan di mall ini, namun tak ada satupun yang berhasil meluluhkan hatinya. selain telah bersuami, seperti yang aku ceritakan tadi, dia orang yang tertutup.
Jam istirahat mereka sudah selesai, mereka pun berpamitan untuk segera kembali ke toilet yang mereka jaga masing-masing. “Duluan Pa…!” Ucap Wina, Siti masih saja tertunduk malu sambil keluar meninggalkan ruangan ini. Siti berjalan sedikit di belakang Wina dan saat akan keluar dari pintu, tiba-tiba Siti menoleh memandangku serta memberikan senyuman termanis yang pasti akan membuatku susah tidur malam ini. “Tuhaaannnnn… apa-apan ini…” jantungku serasa berhenti sejenak dan langsung berdetak dengan sangat kencang… Apa celotehan Wina tadi itu benar adanya??
Bersambung…
Cerpen Karangan: Jaka L Hakim
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 29 April 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com