Hari yang cerah. Matahari muncul menggantikan posisi sang bulan dan bintang. Hari pertama sekolah. Hari pembagian kelas. Tentunya bukan di kelas VII lagi karena aku sudah dinyatakan naik ke kelas VIII. Sekolah serasa berlalu begitu cepat. Ya, begitulah masa SMP yang hanya selama 3 tahun saja. Berbeda dengan masa SD yang berlangsung selama 6 tahun.
“Ma, Pa, aku berangkat ya! Byee,” ucapku sembari berlalu dari pandangan kedua orangtuaku.
Namaku Grace Evina siswi di salah satu sekolah favorit di kotaku. “Kepada, Siswa Siswi SMPN 2 SoE, harap berkumpul di lapangan upacara untuk melaksanakan pembagian kelas. Terimakasih,” ucap salah seorang dari guru kami di microfon. Semua siswa telas berkumpul di lapangan.
Pembagian kelas pun dimulai dan aku masuk kelas VIII A. Disanalah muncul cerita baru yang tak dialami sewaktu kelas VII. Aku memiliki seorang sahabat di kelasku, Indah Marlinda. Orang yang baik hati, perhatian, selalu ada dan intinya komplit dehh..
Hari berjalan dengan baik. KBM sudah berjalan normal. Sampai suatu ketika muncul yang namanya rasa Cinta. Mungkin tak pantas disebut cinta, kekaguman lebih tepatnya. Tersepona ehh terpesona hehee.. Andiano Titan. Seorang laki-laki yang cukup populer, pintar, tampan, berkulit putih, dan berambut lurus membuat setiap kaum hawa yang memandang akan dinyatakan terkena diabetes akut.
Sekelas dengannya adalah suatu keberuntungan tersendiri bagiku. Sampai suatu ketika dia mulai dekat denganku. Ya, walau hanya sekedar belajar bareng tapi itu sudah cukup bagiku untuk dekat dan bisa bersamanya. Setiap ada PR sekolah yang lupa ia kerjakan tak segan-segan aku membantu menyelesaikannya. Bahkan dia selalu meminta contekan padaku saat di beri tugas. Aku senang bisa dekat dengannya.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan namun perasaan ini masih saja ada. Mana mungkin ada kekaguman yang sebegini berlebihan. Secara psikolog kagum kepada seseorang setidaknya selama 1-2 bulan saja. Namun aku merasakan hal ini selama kurang lebih 8 bulan. Aku pun mulai menyadari. Apakah ini cinta? Ahh, sudahlah. Aku seperti kesetrum listrik saat mendengar kata CINTA disebut-sebutkan. Semakin aku mencpba menjauh dan melupakan dirinya semakin ia datang dan mendekat. Kedekatan kami sudah cukup lama namun mungkin hanya sebatas teman saja. Tak lebih.
Suatu hari, saat pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung saat itu pula matahari sedang memancarkan sinarnya. Siang hari itu terasa sangat panas hingga cahaya matahari itu menerpa atap kelas yang ada di bawah kelas kami. Saat itu terasa silau sekali jika aku hendak menatap ke papan. Kebetulan Titan yang duduk di jendela yang terpapar sinar surya itu.
“Tit, bisa tolong tutup gordennya, silau bangett nih,” kataku padanya. Bukannya menurut dia malah bercanda dan membuat aku menjadi kesal karena tidak dapat memperhatikan penjelasan guru. Aku terus saja menoleh dan mengatakan hal yang sama berulang kali namun perlakuan yang sama pula yang aku terima darinya. Sampai-sampai guruku berkata. “Titan pasti lagi naksir tuh sama Evi ya kan? Makanya Evi suruh nutupin gordennya aja gak mau biar Evi bisa terus balik dan natapin kamu ya Titan ya?,” ganggu Bu Sisil. “Cieeee… ciieee… cieee,” teriak riuh seisi kelas yang membuat pipiku merah seperti tomat yang baru saja dipetik. “Malu-maluin aja,” kataku berbisik sambil menatap sinis Titan. “Udah dong, santai aja. Kali aja mereka iri sama kamu kan. Katanya suka kalo diginiin mestinya seneng dong,” gurau Indah sahabatku. “Auhh ahhh,” kataku jutek.
Kelas pun berlalu. Jam istirahat tiba. Aku bergegas menuju ke kantin untuk mengisi perut yang sudah dangdutan sedari di kelas. “Dah? Kamu mau makan apa?” tanyaku. “Samaain sama punya kamu aja,” “Yaudah bentarr ya,”
Aku lalu memesan 2 mangkuk mie ayam ditemani kerupuk dan beberapa potong gorengan krispi buatan Bi Lastri yang adalah makanan kesukaanku. Selesai makan, aku langsung mengajak Indah untuk masuk kelas.
Hari berganti dan terus berlalu bersama cinta yang tak pernah ada ujungnya. Seketika pikiran tentang Titan hilang drastis memecah lamunan karena teringat untuk menelepon Indah saja daripada melamun gaje gini.
Telepon tersambung. “Halo, Dah?” “Iya, ada apa?” “Kamu lagi ngapain?” “Nggak ngapa-ngapain kok, emang kenapa?” “Gak kok, to the point aja ya?” “Eum, okk” “Besok kan Valentine Day, mau gak kita tukeran kado kek tahun lalu?” “Mau dong” “Yaudah siapin gih kadonya, besok kan tukeran,” “Iya, yaudah byee,” Telepon terputus.
Malam berlalu, bergantikan sinar surya yang kini hampir memuncak dengan sinar kilaunya. Aku bergegas bangun dari kelelapan lalu membereskan tempat tidur kemudian bersiap-siap ke sekolah.
“Haii, Ndah,” “Haii, Vi” “Gimana udah kadonya?” tanyaku. “Udah dongg!!” “Yaudah cepetan gih tukeran,” ucapku tak sabar. Saat hendak bertukaran kado, Bu Gisel masuk ke kelas kami. Aku dan Indah terpaksa membatalkan niat kami itu. Pelajaran pun dimulai.
“Akhirnya jam istirahat juga, mana capek plus laper bangett lagi gua,” ucapku sembari memegang perut yang keroncongan. “Yaudah, ke kantin yokk!!” ajak Indah. “Gaeeesskkuunn!!”
Selesai makan kami kembali ke kelas. Suara riuh muncul dari setiap kelas. Aku dan Indah lalu tiba di kelas kami. Ternyata… Titan ingin menyatakan cintanya pada Rara yang tak lain adalah teman sekelompokku.
Hatiku bagai diiris-iris dengan pisau tajam kemudian ditaburi garam dan di perasi air jeruk nipis yang asam. Hati ini hancur berkeping-keping. Semua harapan sia-sialah sudah. Air mataku menetes di pipi tanpa aku sadari. Harapan dan cinta yang aku pendam ternyata bertepuk sebelah tangan saja. Indah merasa iba dan kemudian membawaku pergi duduk di bangkuku.
“Maukah kau menjadi pacarku?” tanya itan sembari menyodorkan buket bunga yang dihiasi pita bersama coklat. “Y..yaa,” jawab Rara. Seluruh kelas ribut dan turut senang atas hari jadian kedua orang beruntung ini.
Aku yang melihat adegan itu hanya bisa tersenyum tipis sambil menahan sakit. Indah juga tau bahwa aku tak sekuat itu. Ia berusaha selalu ada buatku. Ia adalah hadiah terindah bagiku. Tak ada yang lebih dari itu.
Hariku di sekolah tak membahas soal Titan lagi. Toh dia juga sudah punya pasangan yang harus ia perhatikan. Aku juga sadar diri, sadar posisi, dan sadar muka. Rara lebih cantik dan lebih pantas untuk Titan. Untuk apa aku mengharapkannya. Sekarang aku mulai fokus belajar agar bisa membanggakan orangtua dan sahabatku.
Lupakan Lupakan Lupakan Lupakan saja dia!!! Itulah kata-kata yang selalu terngiang saat aku melihat kehadirannya.
TAMAT!!
Cerpen Karangan: Gravity Grace Blog / Facebook: Gbby Tnis Hai, namaku Gracella Evitha. Aku anak pertama dari 3 bersaudara. Umurku 14 Tahun. Bersekolah di SMPN 2 SoE, TTS, NTT. Hobiku menggambar, dan juga menulis. Aku juga merupakan ARMY. Mau ngucapin: – Makasih karena cerpenku udah dimuat – Makasih buat tmn-tmn yang udah singgah dan baca cerpenku.. Semangatt terus semuanyaa…
Tunggu cerpen-cerpenku selanjutnya yaaa!!
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 4 Mei 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com