Hari berganti hari namun perasaan Alana masih sama. Alana masih mencintai laki laki yang tidak seharusnya ia cintai. Alana sudah lama menyimpan perasaannya kepada Pak Jovan, guru Matemtaika di sekolahnya sejak ia pertama kali masuk SMA.
Pagi ini Alana bangun kesiangan, untungnya hari ini hari Minggu, coba saja kalau Alana bangun kesiangan di hari Senin, pasti kedua orangtuanya langsung mencoret namanya dari KK.
Setelah selesai merapikan tempat tidurnya Alana turun ke bawah dan mendapati ayahnya yang sedang membaca koran di meja makan dan bundanya yang sibuk menyiapkan sarapan pagi.
“Pagi ayah, bunda”, sapa Alana yang masih mengantuk. “Eh anak ayah yang paling cantik udah bangun nih” “Baru bangun na?” “Hehe, bunda ada yang bisa aku bantu nggak?” “Nggak usah deh na, ini bunda juga mau selesai kok” “Oh iya na, hari ini kamu sibuk nggak?” “Hmmm, kayanya hari ini Alana ga ada jadwal mau kemana mana deh yah, emangnya ada apa? tumben” “Nggak, ayah sama bunda hari ini mau ngajak kamu makan siang diluar sama mau ayah kenalin ke seseorang” “Oh bisa kok yah”
Siang harinya Alana sudah siap dengan gaun berwarna merah muda yang anggun, tapi sampai saat ini ia tidak tau siapa seseorang yang ayahnya maksud itu.
“Yah, emangnya kita mau ketemu siapa sih?”, tanya Alana penasaran. “Rahasia, nanti kamu juga tau”, jawab ayahnya dengan nada mengejek. “Udah kamu tunggu aja nanti” “Nggak aneh aneh kan bun” “Ya nggak lah, kamu ini ada ada aja”
Sesampainya di kafe, alangkah terkejutnya Alana mendapati Pak Jovan bersama dengan kedua orangtuanya duduk bersama di tempat yang juga ditempati oleh Alana dan kedua orangtuanya, sungguh ini seperti mimpi bagi Alana. Apakah ini yang dimaksud oleh ayahnya “seseorang” itu?
“Halo bro, lama udah ga ketemu nih, gimana kabarnya?” Sapa Pak Danu alias ayahnya Alana “Baik dong, gimana kabar sekeluarga baik?” tanya balik Pak Bani. “Baik juga, eh gimana nih kabar anak bujangnya? hahaha udah gede aja, perasaan dulu masih main kelereng di taman, iya kan?” “Hehehe Om Danu bisa aja, saya baik om” “Udah lama ya ga ketemu sama Jovan, tau tau sekarang udah jadi guru aja” “Iya nih mbak, saya juga ga nyangka padahal dulunya cengeng banget”
Alana yang sedari tadi hanya terdiam kaku, masih tidak percaya bahwa kedua orangtuanya bersahabat dengan kedua orangtua dari Pak Jovan.
“Ini Alana ya? wah makin cantik aja nih” “Iya om hehe” “Iya dong anak siapa dulu, Pak Banu gitu loh” “Kamu masih inget ga sama Bang Jovan? dulu kalian sering loh main sepedaan berdua di taman?” “Hehe lupa om, udah lama banget kan ya jadi agak lupa gitu hehehe” “Kalau nggak salah Jovan sama Alana satu sekolahan kan?” “Oh iya Jovan jadi guru di SMA nya Alana ya?” “Iya tante jadi guru Matematika” “Wah sering ketemu dong? Alana ga inget sama bang Ali? padahal hampir tiap hari loh ketemu” “Lupa ma, banyak tugas jadi agak pikun hehe”
Seketika suasana membeku, dan Alana masih tidak percaya bahwa guru favoritnya itu adalah teman masa kecilnya? bagaimana ia bisa lupa?
“Eh ini jadi makan nggak? udah laper nih”. “Emang dari dulu Danu itu doyan makan banget ya, nggak berubah sampai sekarang”. Seketika suasana mencair dan tanpa sepengetahuan Alana, Pak Jovan menatap Alana dengan senyuman yang paling indah, sayang Alana tak mengetahui itu, jika ia melihat senyuman indah itu mungkin ia sudah pingsan ditempat.
Bulan depan sudah ujian nasional, Alana harus segera mempersiapkan diri. Perasaan Alana sangat campur aduk disatu sisi ia senang bisa lulus tapi disisi lain ia sedih karena harus berpisah dengan Pak Jovan.
Seiring berjalannya waktu Alana masih menyimpan perasaan yanh sama terhadap Pak Jovan. Namun disuatu sore ketika Alana baru pulang dari kampus, ia mendapati Pak Jovan dan kedua orangtuanya yang tengah berbincang dengan ayah dan bundanya. Ternyata Pak Jovan datang ingin melamar Alana, dan Alana pun menerima lamaran itu.
Akhirnya setelah Alana menyelesaikan kuliahnya, Alana dan Jovan resmi menikah menjadi pasangan suami istri yang bahagia.
“Alana, emang bener ya waktu SMA dulu kamu sempet ada perasaan sama aku?” “Tau dari mana emang?” “Dari sahabat kamu” “Iya sih, tapi jujur ya dulu kamu itu judes banget tau nggak” “Tapi sekarang nggak kan?” “Judes sih nggak tapi jail”
Cerpen Karangan: Anjani Amelia Blog / Facebook: anjaniamelia