Mencintai dalam diam adalah hal yang menyakitkan bagi orang-orang yang tak biasa dengan hal itu. Namun, mencintai dalam diam menurutku adalah hal yang paling aku gemari karena hanya itu yang bisa aku lakukan sebagai wanita yang hanya mencintai tanpa dicintai. Memang menyakitkan saat melihat ia yang kita cintai mencintai teman sendiri sedangkan kita hanya bisa terdiam dan pura-pura bahagia dengan kebahagiaannya.
Suatu hari pernah mencintai temanku sendiri namanya adalah Fauzi. Dia adalah teman yang aku kagumi karena keahliannya dalam bidang seni tradisional seperti wayang dan bela diri. Kepribadiannya yang rendah hati dan selalu merendah membuat hati setiap wanita terpana. Ia menjadi idola setiap wanita cantik, iyaahhh apalah dayaku dibandingkan wanita lain yang memiliki wajah cantik, dan kecerdasan yang lebih dari aku. Karena sungguh aku adalah butiran debu yang hanya bergerak apabila ditiup angin wkwkw.
Ketika aku melihat ia dicintai oleh banyak wanita cantik hati merasa biasa aja. Karena aku temannya jadi aku tau bahwa ia tidak pernah mau pacaran sama siapapun entah sama orang yang jelas-jelas ia cintai menurut kami ibu-ibu gosip wkwkw. Tapi aku merasa luar biasa sakit saat aku mendengar gosip kalau ia mencintai salah satu sahabat dekatku, teman mainku, teman curhatku, wahhh mendengar itu ingin rasanya aku menangis, memukul segalanya tapi iyaaa akuu sadar bahwa aku adalah butiran debu yang tak menarik hanya bisa mengotori lantai menyedihkan.
Saat aku tau dia mencintai sahabatku ingin rasanya aku menjauh dari sahabatku. Tapi ini hanyalah permainan cinta petak umpat atau biasa kita sebut sebagai cinta dalam diam. Jadi, aku berusaha untuk biasa saja ketika melihat sahabatku menceritakan ia yang sedang mencintai dia. Sekuat apapun wanita kalau cemburu pasti akan tampak dari wajahnya, akhirnya aku memutuskan untuk menjauh dari sahabatku agar ia tidak merasakan amukan dariku.
Aku berdiam diri di kamar sebagai wanita yang sedang sakit sambil berusaha untuk memulihkan luka itu. Setelah aku menyendiri seperti kepompong akhirnya aku sadar bahwa cintaku ke Fauzi hanya nafsu belaka. Aku lebih memikirkan sahabatku yang telah berjuang bersama-sama untuk meraih cita-cita yang mulia. Meskipun sebenarnya sahabatku memang tidak mencitai cowok yang aku cintai.
Cerpen Karangan: Niza Kelantah Blog / Facebook: Hajkar Reniz