Dipenghujung senja yang bisu Terselip butiran rindu yang kelabu Terhempas angin Hingga membeku menjadi batu Selamat bercumbu dengan rindu Yang tak kunjung bertemu
Ditepi malam dingin dan sepi ku masih terlelap dalam belaian kasur di kamarku, masih merasa nyaman dalam buaian mimpi indah, tak terasa malam sudah berakhir, perlahan sang surya menyelinap disela-sela kaca jendela kamarku memancarkan sinarnya dengan malu-malu, saat itupun ku mulai membuka mata dan sadarkan diri, waktu berkhayalku sudah habis dan harus kembali ke rutinitas di dunia nyata yang sedikit rumit dan membosankan.
‘Tuhaaaaaannnn, kenapa harus dia’ gumamku dalam hati Aku tidak pernah merasakan rasa sebodoh dan sekonyol ini, rasa yang membelenggu menyiksa dan kadang menyakiti hatiku sendiri.
JATUH CINTA, yaa mungkin ini yang namanya jatuh cinta, aku tidak pernah mengenal rasa ini sebelumnya. Tuhan, ada apa dalam diriku ini? Kenapa?, Aku bingung Setiap detik kenapa harus selalu dia yang ada di otak dan pikiranku. Ya dia, dia yang mungkin tidak pernah memikirkan aku sedikitpun.
Tuhan andai pungguk mampu memeluk bulan mungkin tak akan ada yang bernasib sepertiku, ya aku tau diri aku siapa dan dia siapa, terkadang aku ingin membenci semesta kenapa harus menghadirkan dia di waktu yang tidak tepat.
“Tuuuhhh!”, telunjukku menunjuk ke bintang, itulah dia (Seketika air mataku menetes) karena kelopak mataku sudah tak mampu membendung kesedihan yang menyesakan dada, Rasa rindu ini terlalu berani datang menyiksa batinku tanpa malu.
Tak sehela nafaspun tanpa ada dia di otakku, rasanya ingin selalu melihatnya walau dari kejauhan ingin memperhatikannya, ingin selalu menyapanya namun nyatanya membalas tatapan matanya saja aku tak mampu.
Yaa, aku tau aku salah, tak seharusnya rasa ini ada, tapi cinta tak pernah salah, biarlah kunikmati rasa ini sendirian tanpa harus dia tau dan tanpa dia membalasnya. Biarkan dia bahagia dengan yang lain karena ku bahagia melihatnya bahagia, walau terkadang aku harus menyakiti diriku sendiri dengan berpura-pura bahagia saat melihat dia dengan yang lain. Biarlah rasa suka cinta sayang aku pendam sendiri, sampai kapan? Entahlah aku sendiri tidak tau mau sampai kapan aku menyiksa diriku sendiri seperti ini.
Harapku suatu saat nanti semesta membisikan kepadanya bahwa aku benar-benar mencintainya, entah saat aku masih bernafas atau ragaku sudah terkubur tanah merah, namun percayalah rasaku kepadanya tidak akan pernah mati walau dalam perih.
Tuhan kenapa senyum dia begitu segar seperti embun pagi yang murni dan menyegarkan Tuhan kenapa tatapan matanya begitu indah seperti pelangi yang hadir setelah hujan tiba Tuhan aku mencintainya dalam kesungguhan.
By. Abieondel Lebak, 04-01-2020
Cerpen Karangan: Abie Ondel Blog / Facebook: Abieondel
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 15 Agustus 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com