“Jeano!! Bangun!!” Ini sudah kelima kalinya Naya berteriak membangunkan Jeano, sahabatnya sejak kecil. Sudah bersama sejak kecil membuat Naya tahu semua tentang lelaki itu. Bahkan sampai kebiasaan baik dan buruknya pun Naya tahu. Salah satu kebiasaan buruknya yang tidak pernah berubah adalah selalu bangun kesiangan, sampai melewatkan kewajibannya sebagai umat Muslim.
“Astaghfirulloh, Jeano! Kamu ini, ya?! Dibangunin kok gak bangun-bangun?! Aku siram pake air dingin nihh,” Kalau Naya sudah mengatakan kalimat itu, secara langsung Jeano membuka matanya perlahan. Dengan langkah yang gontai, Jeano masuk ke dalam kamar mandi.
“Kamu itu udah SMA kelas 3, Je! Sebentar lagi lulus. Mau jadi apa kamu kalo bangun kesiangan mulu?”celoteh Naya sembari merapihkan tempat tidur Jeano yang bisa dibilang sangat berantakan. “Bawel!!”sahut Jeano dari dalam kamar mandi.
Niatnya untuk berangkat lebih awal dari biasanya justru sampai di sekolah gerbang sudah ditutup rapat. Bahkan dikunci dari dalam.
“Kamu sih, Je! Kan, jadi telat!” omel Naya pada Jeano. Gadis itu memberikan pukulan ringan di lengan Jeano. “Lewat pintu belakang aja, Nay. Pasti aman!” Jeano menarik lengan Naya tanpa aba-aba. Cowok itu membawanya masuk lewat gerbang belakang sekolah. “Jean, yakin gak ini aman? Takutnya nanti ada Pak Ridwan,” ucap Naya setengah berbisik. Mereka berdua tengah mengendap-endap agar tidak ketahuan oleh guru BK yang suka berkeliling mencari mangsa. “Ssttt.. makanya diem aja, aku yakin ini aman, kok,” Jeano tetap santai berjalan dengan tangannya yang terus menggenggam tangan Naya.
Naya yang melihat tangannya digenggam, merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya. Seketika teringat perkataan Jeano dua tahun lalu, cowok itu berkata: “Jangan ada hubungan khusus diantara kita, Nay. Aku cuma nganggap kamu sahabat terbaik aku,” Kalimat itu Jeano lontarkan saat Naya bertanya “Jean, kamu gak ada perasaan lebih ke aku gitu?”
Jujur saja, bersama Jeano sejak kecil membuat Naya perlahan-lahan menumbuhkan perasaan di hatinya. Bukan perasaan sayang sebatas sahabat, namun lebih dari sahabat. Naya Khaerunnisa.. menyukai seorang cowok bernama Jeano Regantara. Bersama dengan cowok itu sejak kecil, dalam suka maupun duka. Naya juga berusaha untuk tidak menumbuhkan perasaan itu di hatinya. Dan berusaha untuk menghilangkannya juga. Lagipula, Naya juga tidak ingin mengingkari janjinya dengan Jeano.
“Janji, Nay. Jangan pernah jatuh cinta sama Aku. Jangan ada yang jatuh cinta diantara kita. Kita sebatas teman,” ucap Jeano saat duduk di bangku kelas 10. “Aku janji, kok, Je!”
Dulu Naya mudah mengatakan janji, tapi seiring berjalannya waktu, perasaan tidak ada yang tahu kan? Tiba-tiba muncul begitu saja.
“Psstt.. Nayaaa!” Saking fokusnya Naya melamunkan kenangannya bersama Jeano, hingga dia tidak sadar sekarang dirinya telah berada di depan kelas.
“Eh? Kita gak ketauan, Je?” tanya Naya celingukan. “Nggak. Kelas kita untung aja lagi jam kosong,” ucap Jeano dengan nada dinginnya.
“Nay, kok kamu tadi malah ngelamun sih? Mikirin apa?” tanya Jeano. Posisi mereka berdua masih berada di depan kelas, dengan tangan yang masih saling menggenggam. “Eh? Nggak, kok, Je! Udah, ayo masuk,” Baru saja Naya ingin melepaskan genggamannya, Namun Jeano menahannya. Naya menatap Jeano dengan alis terangkat sebelah. “Simpan perasaan kamu buat orang lain, jangan berikan perasaan itu ke aku. Jangan terlalu berharap denganku. Kita hanya sebatas teman, itu saja!” ucap Jeano. Manik matanya tak lepas menatap mata bulat milik Naya.
END
Cerpen Karangan: Nanda Aryani Kelas: IX Aku, Nanda! Aku cuma penulis amatir. Masih banyak latihan untuk meningkatkan tulisan-tulisan ku!. Terima kasih yang sudah membaca!
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 28 Agustus 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com