“Apa kamu menyukaiku?” katanya. Aku tahu dia takut, apalagi aku yang hendak menjawabnya. Aku takut dia marah. Pengalamanku, aku dibentak anak laki-laki yang aku sukai, ya, tentunya karena ada yang membuka rahasiaku. Menurutku tak apa kalau misal kita kita suka dengan seseorang. Asal tidak merugikan dia. Toh malah bagus kan? kalau ada yang suka, berarti dia famous dikalangan cewek. Back to the topik, tentunya aku menjawab nggak. Ternyata ada yang buka rahasiaku lagi. Wow, terimakasih sekarang aku ketar ketir.
“Kata si A kamu suka sama aku” lanjutnya sambil gemetaran. “Nggak, kok” jawabku sambil ketakutan juga. Aku heran kenapa sih ada yang sepeduli itu denganku hahaha, aku kesal. Tapi nyatanya saat itu aku memang tak ada rasa dengannya. Dia pendiam, jarang bicara dengan cewek. Aku juga sama sih, jarang bicara dengan cowok, tapi aku tidak sependiam dia (mungkin). Setelah itu kita diam-diaman lagi. Yah memang apa yang bisa dibicarakan.
Kuingat-ingat aku memang pernah bilang kalau aku suka dengan anak itu. Oh ya anggaplah namanya Fawwas, waktu kelas 4. Tapi itu bohong!, kamu pernah kan didesak temanmu untuk bilang tentang orang yang kamu suka?, lantas apa jawabanmu kalau kamu tidak suka siapa-siapa?, tentunya “aku sedang nggak suka siapa-siapa”, lantas bagaimana kalau dia terus mendesakmu?, kamu akan berbohong kan?, ya mungkin begitu kejadiannya. Aku berbohong kalau aku suka dengan Fawwas. Di kelas 5 kita beda kelas, aku reguler, dia unggulan. Dia pintar sih, ganteng lagi hahaha. Ini beneran, sayangnya dia lumayan pendiam, jadi jarang orang kenal dia. Padahal kalau dia sedikit berisik, atau mungkin sok perhatian, yaa pasti bakalan jadi buronan cewek-cewek satu angkatan hahahaha.
Lanjut seperti yang aku bilang dia ganteng. Aku jadi mikir wow, diajak ngomong cowok ganteng, mimpi apa aku. Maaf lebay, tapi gimana ya, beneran ganteng sih, Masya Allah. Aku jelaskan sedikit, jadi dia itu putih, sipit, kayak cina, tapi bukan, hmm dulu tingginya hampir sama denganku, tapi sekarang jauhh banget, mungkin sekarang tingginya 160?, ya nggak tau lah ya kan cuma ngira-ngira. Jadi aku mikir nggak ada salahnya jadiin dia gebetan hehehe. Tapi bangkunya udah dirolling!!!, sekarang dia duduk sama mantannya yang cirinya hampir sama kayak dia. Tapi nggak apa mantannya udah punya crush baru, hehehe nice.
Nexttt, aku sekarang ngomong sama dia di grup kelass, meskipun cuma perang stiker tapi rasanya seneng banget. Teruss aku udah dapet sekolah, dann dia juga milih sekolah yang sama yeayy. Lalu muncullah sebuah virus meresahkan. Akhirnya kita daringg.
Time skip sekarang aku udah kelas 7, banyak hal yang terjadi. Aku sesi 2, Fawwas sesi 1, aku berangkat, dia pulang. Suatu hari yang panas aku berangkat sekolah, aku lihat sekeliling, sampai bertemu mata yang melihatku, siapa? Fawwas? hahhh?, cepat buang mukaa, woww, impresif, kita eye contact sampai 2 detik++, padahal aku nyaris lupa sama dia, tapi sampai pulang sekolah masih terbayang tadii. Seneng bangett. Berhubung kita jarang ketemu karena beda sesi itu tadi, jadi ya, nggak terlalu kangen lah hehehe.
Time skip kelas 8, aku kangen broo, jadi bucin, habis diputusin nihh. Seperti yang kuceritakan dia tinggi banget. Btw sekarang kita sesesi ya, hahahahahah. Terus aku pernah ngeliatin dia, dan dia ngeliatin balik yeay, seneng, meskipun ngeliatinnya kayak ngajak berantem. Oke next aku jaga suhu, tapi aku bagian hand sanitizer, aku ngajak ngomong dia, kayak haiii, tapi dia diem aja, mungkin bingung mau jawab apa, nice try, besok jangan coba lagi.
Lanjut suatu hari aku ada tugas ekstra, ternyata pas itu dia juga ada tugas kelompok SKI, aku kumpul di ruang baca, dia di perpustakaan. Btw itu tempatnya dekett banget. Terus setelah ngobrol sama circle ku akhirnya adek kelasku nyeletuk, “mbak ke perpus hayuk”, oh yes kenapa nggak dari tadi. Pas di perpustakaan aku memang kelihatan ngehindarin dia, aku cari tempat yang membelakangi dia. Biar nggak kelihatan salting amat hahahah.
“Mbak tahu karya ilmwuan ini nggak” tiba-tiba temennya ngajak ngomong. “Seangkatan itu” ternyata Fawwas, suaranya berubah, wajar lah ya pubertas. Disitu aku ketar ketir. “Di google” sahutku sok cuek. “Nggak ada mbak” jawab temannya lagi. “Buku hijau” Fawwas segera membuka buka paket hijau yang kutunjuk dengan gerakan mataku. Btw ini masih pandemi, jadi pake masker. “Aku ada catatannya” kataku. Lalu kubuka WhatsApp, dan mencari catatan yang dibuatkan temanku. Karena salting, aku nyarinya sambil bingung. ‘Duh kok nggak ada’ batinku, setelah kucari-cari akhirnya ketemu.
“Ada nih, kukirim ke siapa?” “Ke aku saja” sahut Fawwas. “Wahh” teman-temannya Fawwas sirik. “Aku nggak punya nomermu” kataku “Di grup alumni 6A”
Oke grup alumni, segera kucari namanya, Fawwas. Oke ketemu. Kukirim catatan itu tadi. Aku mengelus dada karena bener-bener canggung. Padahal sebenarnya nggak terlalu. Aneh, dulu dia yang gemetaran waktu bicara denganku, sekarang malah aku yang begitu.
Lupakan, aku diajak ngantin sama adek kelasku. Memang aku nggak terlalu betah di perpustakaan, jadi aku mau saja diajak ngantin. Aku cuma beli air mineral dingin lalu kembali ke perpustakaan untuk mengambil tasku. Karena seperti yang kita tahu kalau kita tidak boleh makan ataupun minum di perpustakaan. Jadi aku kembali ke ruang baca. Disitu aku buka WhatsApp lagi. Lalu kuberanikan diri untuk minta save. Tidak ada satu menit langsung dibalas ‘Ok’. Senangnyaa.
Next bel jam ke 4 berbunyi, yang mana mimpi buruk eh maksudnya tugasku akan segera dimulai, aku mengajak adik kelasku untuk shalat dhuhur. Selesai shalat dhuhur ternyata rombongan Fawwas sudah di masjid, artinya mereka mau pulang. Oke semenjak hari itu aku semakin ketar ketir saat melihatnya.
Btw, aku nyimpan nomernya Fawwas waktu kelas 6. Tapi dia ganti nomer pas kelas 7. Jadi kuhapus saja nomernya yang lama. Aku juga tidak ada inisiatif untuk minta save nomer barunya, kupikir dia juga tidak butuh nomerku. Tapi kejadian tadi, aku berhasil minta save nomernya. Terimakasih temannya Fawwas sudah ngajak aku bicara, hahaha.
Tapi semakin lama aku sendiri yang kebingungan. Aku sering lihat last seen dia di WhatsApp, meskipun aku tahu kalau dia jarang buka hp. Aku berusaha mencari topik agar bisa chatan dengan Fawwas. Saat ada PTM renang, aku tanyakan dia renangnya disuruh ngapain aja. Sejujurnya aku sama sekali nggak peduli, dengan PTM renang itu, tapi demi chatan hahaha, yah kutanyakan itu padanya.
Aku bercerita seakan dia adalah milikku, tapi nyatanya bukan. Aku tahu kalau dia banyak yang suka. Tapi mengapa aku harus jadi salah satu dari mereka?, bukankah ini rasanya sangatlah sakit?. Suatu saat nanti dia akan bertemu seseorang yang jauh lebih baik dariku. Aku berharap kita tidak akan saling melupakan. Terimakasih sudah ada dalam hidupku, jangan lupakan aku ya.
Cerpen Karangan: 33
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 19 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com