Waktu terus berjalan berulang kali tidak habis. Setiap bergantian hari aku selalu termenung memikirkan hal yang diluar keadaan saat ini. Sebelumnya aku tidak merasakan hal seperti ini yang membuat hati tergonjang-ganjing. Dalam masa remaja ini aku mulai ada rasa yang besar. Sebuah rasa di hati yang tidak bisa terobati semudah itu. Aku mulai merasakan menyukai seseorang.
“Liaaa! Kamu sedang apa?!” panggil seseorang dari kejauhan. Dari deru nafasnya yang terengah-engah aku bisa merasakan bahwa orang itu sedang berlarian. “Ya? Eh, Mila, kamu memanggilku?” dan ternyata dia adalah Mila, sahabatku di SMA. “Ealah dari tadi aku panggilin lo, sibuk apa sih kamu?” katanya lalu duduk di sebelahku. “Oh… ada deh, gak usah kepo ya” kataku kemudian menyudahi untuk bermain handphone. “Eh, kamu sedang chat-an? Sama siapa uy, kok sampai disudahi dengan cepat. Heumm…” katanya dengan nada menyelidik. “Huft… dah deh, yuk kita kembali ke kelas sebentar lagi mau bel masuk nih,” selaku dengan mengalihkan perhatiannya. “Oiya, wah tinggal dua menit lagi! Yukk!!”
Beberapa menit kemudian akhirnya pelajaran terakhir telah usai. Bel pulang pun berbunyi dengan semarak dari semangat para siswa. Karena ini adalah waktu yang amat menyenangkan dari lelahnya belajar.
Setelah selesai bel pulang berbunyi, aku pun berpisah jalan pulang dengan Mila. Kini seperti biasa, aku selalu pulang dengan jalan kaki sendirian. Karena juga rumahku tidaklah jauh dari sekolah. Sesampainya di rumah aku segera berberes diri dan rebahan sebentar di tempat tidur. Selesai semua telah bersih dan rapi, aku kemudian mengambil handphone dan rebahan di kasur.
Saat ini aku sama seperti tadi, dengan senyum merona malu sedang berchat-an asik bersama seseorang. Sebenarnya ini bukanlah orang yang tidak aku kenal. Malahan aku sudah lebih mengenalnya, karena dia teman yang satu sekolahan di sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama. Namun, di SMA ini aku dengannya terpisah jarak yang jauh. Dia sedang sekolah asrama di kulonprogo.
Aku setiap kali mengobrol dengannya pasti melalui chattan saja. Belum pernah aku berbicara dengannya secara langsung. Dulu tidak tahu gimana awalnya sampai kita bisa berchattan terus. Seperti yang aku ingat, dia duluan yang menchat aku.
Aku dari dulu selalu hafal dengan kebiasaannya dari SD. Semenjak awal mula modal chattingan saja, pasti selalu dimulai di bulan desember. Saat ada liburan semester dan liburan nataru. Itu terus terjadi sampai akhir di SMP. Pasti isinya mengabari kepadaku.
Namun, sebelum akhir di SMP. Dia kemudian memberitahu aku bahwa dirinya telah menembak seseorang. Aku yang tahu turut senang kepadanya tetapi sedikit mengejek dirinya. Karena dia lucu aja, padahal dia yang menembak pada orang lain tapi tetap mengabariku. Tidak cuman itu, seorang itu yang ditembak dia juga ikut-ikutan memberitahu kepadaku saat langsung di sekolah. Apa yang dimaksud oleh kedua insan manusia itu yang sedang jatuh cinta, yang malahan bilang kepadaku. Tetapi tidak apa-apa, secara menembaknya terbilang cukup unik. Dia memberikan sebuah cokelat saat di gerbong kereta yang waktu itu sedang ada study tour ke Malang. Aku pun tahu kabar-kabarnya tanpa ditutupi. Aku pun hanya tersenyum senang.
Sebenarnya aku tidak ada apa-apa terhadapnya. Namun, dia seperti berbeda dari kebanyakan laki-laki lainnya yang aku kenal. Bahkan aku sempat menyadarinya. Dia seperti paling peduli kepadaku, padahal aku dengan dia tidak ada ikatan istimewa apapun. Pokoknya berbeda deh. Sampai-sampai di SMA ini, tidak tahu sekarang sudah kelas sebelas. Tidak ada angin maupun hujan, dia muncul dengan mengabariku lagi. Sebelumnya dia seperti di bulan desember dahulu tidak lagi mengabariku semenjak ia menembak. Aku tidak tahu maksud dia apa, aku juga berpikir pasti dia telah putus dengan pacarnya. Tetapi aku juga tak tahu apa yang terjadi, ya pokoknya aku tidak boleh berpikir yang tidak-tidak.
Rasanya ada gejolak di hati yang selalu bermunculan. Apakah ini bertanda sesuatu yang melibatkan rasa berlebihan? Tidak ada yang tahu…
Aku masih saja menchat dia di kasur ini. Dia selalu lucu kalau kita sedang mengirimi pesan. Setelah tahu ada rasa berlebihan, aku berpikir sebaiknya kita berteman saja dahulu. Karena seharusnya kita mengejar mimpi dahulu barulah bisa mengungkapkan. Dan aku hanya berdoa dalam salat saja dan menyerahkan diri kepad tuhan yang maha esa. Ia semoga bisa berpikir seperti itu.
Cerpen Karangan: Salma Nur Hanifah Halo… terimakasih sudah membaca cerpen aku ini ya… oiya di bulan desember ini adalah hari spesial untukku, terimakasih ya yang sudah mau membacanya.
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 23 Desember 2021 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com