Sore ini rinai hujan rintik-rintik membasahi bumi tampak genangan air hujan di beberapa ruas jalan dan aku menghabiskan waktu dengan ditemani secangkir hot caffe latte di sebuah coffee shop. Sambil duduk aku melihat orang berlalu lalang. Walaupun hujan suasana sore hari ini sangat ramai. Kulihat dari tadi bartender tak henti-hentinya melayani pesanan pengunjung.
Di sudut bangku pojok, tepat di sebrangku ada seorang laki-laki berkaos merah duduk sambil memainkan handphonenya. Dia begitu manis. Sepertinya aku tidak asing dengan sosoknya. Setelah aku perhatikan ternyata dia adalah kakak kelasku waktu SMA. Dulu aku dan dia sama-sama aktif sebagai anggota OSIS dan aku sering memperhatikannya. Diam-diam aku mengagumimu tanpa dia tahu.
Tak seorangpun temanku yang tahu kalo aku mengaguminya, Bagiku biarlah aku mencintainya dalam diam dan menjadi secreat admirenya walaupun aku sebeenarnya berharap diapun mempunyai perasaan yang sama denganku. Setelah lulus SMA aku tidak pernah lagi bertemu dengannya tapi aku selalu merindukan sosoknya. Sekarang aku sudah bekerja tapi masih sering mengharapkannya untuk bisa bertemu. Dia adalah cinta pertamaku. Dua tahun lalu ada reuni akbar lintas angkatan dan aku mencari-carinya tapi ternyata dia tidak datang. Entah kenapa dia tidak datang, mungkin dia ada kesibukan lain.
Kuperhatikan dari dulu sampai sekarang dia tidak berubah, masih tampak cool seperti dulu. Aku ingin menyapanya tapi aku malu. Tak lama kemudian ada perempuan berbaju kuning datang dengan membawa 2 cup coffee dan 2 makanan di piring kecil. Dia sangat cantik dan aku berharap dia bukan istrinya tapi hanya teman biasa. Aku duduk termenung sambil sesekali melirik ke mereka. Mereka tampak asyik ngobrol tapi tiba-tiba perasaanku menjadi tidak enak, seperti ada sesuatu yang membakar di dada ketika melihat mereka ngobrol. Jujur saja aku sangat benci dengan perasaan ini. Dan kemudian aku berjalan melangkah keluar melewati mejanya. Ternyata merekapun juga berdiri akan keluar, tak disangka kami bertatapan dan dia pun menegurku.
“eh ini dinda alumni anak SMA 1 ya”, sapa dia “iya maaf dengan siapa ya?” Jawabku pura-pura lupa “Aku Bima, kakak kelasmu waktu SMA, dulu kita sama-sama aktif di OSIS” “Oya, ya kak saya ingat sekarang. Maaf kak saya lupa karena sudah lama sekali tidak jumpa” jawabku berpura-pura. “Oh ya ini kenalkan istriku” kata Kak Bima memperkenalkan istrinya. “Karin”, kata istrinya sambil mengulurkan tangannya Pupus sudah harapanku. Tadinya aku berpikir pertemuan tidak sengaja ini akan menjadikan sesuatu yang menyenangkan untukku. Ternyata malah sebaliknya.
Malam ini hujan masih turun dengan derasnya disertai dengan angin kencang dan petir. Jalanan menjadi sepi hanya sedikit kendaraan yang melintas walaupun masih pukul 19.00 malam. Aku duduk termenung duduk di balkon teras di lantai 2 di kamarku sambil memikirkan pertemuanku yang tidak sengaja dengan Kak Bima. Kebetulan kamarku menghadap jalan besar jadi aku bisa melihat kendaraan yang lalu lalang.
Aku teringat masa-masa SMA beberapa tahun yang lalu masa dimana aku mengenal cinta. Aku teringat kebersamaanku bersama Kak Bima. Di ruang Osis aku sering duduk termenung sendiri karena ada PR matematika dan aku tidak bisa mengerjakanya. Aku sangat tidak suka berhitung dan dia sering membantuku mengerjakan PR. Kalo aku sedang kesal buku matematika sering aku coret-coret.
“Matematika itu harus banyak berlatih”, begitu nasihat Kak Bima kala itu ketika aku kesal “Matematika itu sangat rumit kak. Aku sudah berusaha tapi tidak pernah bisa”, kataku
Matematika memang membutuhkan konsentrasi dan banyak latihan. Lama kelamaan aku jadi bisa Matematika karena sering diajarin Kak Bima tapi aku tetap pura-pura tidak bisa agar Kak Bima terus mengajariku. Dia tidak hanya ganteng tapi juga pintar. Itulah yang menyebabkan aku menyukainya. Dan aku tutup rapat-rapat perasaanku ini hingga tak ada satupun yang tahu. Biarkan aku menjadi pemuja rahasianya yang selalu merindukannya. Begitulah kenanganku waktu SMA.
“Sudah malam, kenapa masih saja duduk di luar?”, tiba-tiba Ibu menghampiriku “Iya bu cari angin”, jawabku
Terkadang aku membeci waktu, kenapa kita harus bertemu disaat yang tidak tepat. Akan aku simpan sebagai kenagan terindah dalam hidupku dam akan tetap menjadi pemuja rahasimu. Kak Bima semoga kalian Bahagia.
Cerpen Karangan: Bunga
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 3 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com