Ini adalah cangkir ke tiga kopi yang aku minum sore ini, bahkan sepotong brezel yang kubeli belum aku sentuh sedikitpun, beginilah caraku menghangatkan tubuh pada musim dingin, biasanya aku akan menghabiskan bercangkir-cangkir kopi untuk menaikkan suhu tubuhku. Derasnya salju sore ini semakin membuat syahdunya Desemberku, dari kemarin matahari enggan menampakkan wajahnya, dan justru salju yang terus berebut untuk turun ke bumi.
Di kesunyianku, bayangan wajah ayu gadis jawa berkulit kuning langsat bernama Wijareni Kusuma terus menerus hadir di pelupuk mataku. Teirngat pertemuan kita pertama kali di halte trem di depan kampus sore itu.
“eh kamu dari Indonesia ya” tanyaku. “Eh iya kak, kakak juga dari Indonesia ya”, balasnya. “Ya iyalah, mana mungkin aku dari india kalo aku menegurmu dengan bahasa Indonesia”, lalu kami tertawa bersama.
“Ogh iya kenalkan aku Bagas”. “Aku Reni” jawabnya. “Kamu anak baru ya disini, ada yang bisa aku bantu” tanyaku karena kuperhatikan dia seperti orang bingung. “Iya nih kak aku mau beli tiket trem di mesin ini” katanya sambil menunjuk mesin otomatis penjualan tiket, “tapi aku gak tau caranya kak, maaf nih kak, maklum masih udik” katanya merendah. Lalu aku bantu dia untuk membeli tiket dari mesin penjualan tiket itu. Sambil menunggu kedatangan trem, kami mengobrol di halte sambil minum cappuccino yang kami beli di cafe depan kampus.
“Ogh ya Ren, kamu asli mana” tanyaku. “Aku asli jogja kak”. “Oo pantes, kamu cantik, lembut dan sangat ramah” kataku. “Ah kakak ini belum kenal aja udah menggombal” katanya dengan tertawa terkekeh. “Kalo kakak sendiri orang mana?” “Aku orang Jawa Tengah, kota kita bersebelahan kok” jawabku.
Sejak pertemuan sore itu, kami sering meluangkan waktu bersama, belajar bersama, ke perpustakaan, janjian makan di kantin, nonton konser musik, hunting makanan asia, ngejar trem, bersepeda berkeliling menyusuri hutan sambil melihat daun daun berguguran dan indahnya warna warni daun daun yang mulai berubah warna di musim gugur dan tak jarang dia juga memintaku membantu tugas-tugas kuliah.
Di Kota ini memang tidak banyak jumlah mahasiswa Indonesia, paling jumlahnya tidak lebih dari 100 mahasiswa, jadi dintara kami yang ada di sini menjadi akrab bahkan seperti menemu sodara di perantauan.
Klik… kukirim pesan ke no whatsAPP nya, “halo Ren lagi ngapain?” 10 menit kemudian ponselku berbunyi, “cling.. lagi di asrama kak sambil minum teh” jawabnya. “Wah minum teh gak ajak-ajak nih”, jawabku. “Iya nih kak, teh yang kubawa dari Indo”. “Mau ditemani gak minum tehnya”, pancingku. “Hmm, kakak mau minum teh juga, iya boleh deh kalo gitu” “Ok, tunggu aku 20 menit ya sampai ke asrmamu”.
Langsung bergegas kukayuh sepedaku menuju asrama tempat tinggalnya. Reni memang memilih tinggal di asrama kampus dibandingkan mencari apartemen sendiri, selain biayannya lebih murah, dia bilang orangtuanya lebih tenang kalo Reni tinggal di asrama kampus.
Semakin hari aku semakin mengagumi Reni, selain dia cantik, dia juga pintar dan asyik diajak ngobrol, obrolan kami selalu nyambung dari A sampai dengan Z. Reni sangat ramah dan baik hati, sehingga banyak teman-teman di kampus baik sesama orang Indonesia ataupun orang-orang Eropa menyukai dia. Sepertinya dia juga menganggap aku seperti kakaknya sendiri, tak jarang Reni juga menceritakan cowok-cowok yang menyukainya bahkan pernah beberapa kali dia meminta pertimbanganku, mana cowok yang sebaiknya dia terima. Dan jujur saja sebenarnya hatiku terluka.
“Eh Ren, besuk kita ke Pasar Natal yuks”, ajakku via handphone. “Kan kamu belum pernah ke Pasar Natal, seru loh rame. Di sini tuh sebulan sebelum natal ada pasar Natal, disana banyak stand stand makanan, ice skiting juga ada loh”, sambungku. “Gimana?” “Ehmm iya kak, sama siapa aja?” “Sama Reza” “Ehhmm kak Reza ikut ya kak?” “Iya tapi ada Indra, Shinta dan Helen juga kok” Dan dia pun terkekeh, “iya deh kak. Jam berapa?” “Jam 7 ya besok aku jemput ke asramamu”.
Aku tahu Reza juga menyukai Reni, namun karena Reza merasa tidak percaya diri dan merasa tidak bisa mengimbangi Reni maka Reza memilih mundur dan lebih Helen untuk menjadi kekasihnya, tapi meskipun Reza sudah jadian dengan Helen, tetap saja Reza sering memperhatikan Reni dan masih sering mencuri curi pandang hal yang membuat Helen sering marah. Jujur akupun sebenarnya jealous dengan Reza.
Ini Ren kamu harus cobain kinder punch minuman khas non alkohol di pasar Natal ini, juga ada langos. Langos cuma dijual di event event tertentu aja, rasanya mirip-mirip bolang baling sih menurutku tapi nanti dikasih saos aneka rasa, dan pilihan favorit kami langos dengan olesan bawang putih.
Sepanjang di Pasar natal kami bercengkrama, bersenda gurau, dan bercerita apa aja. Reza dan Indra juga Shinta dan Helen sering menggoda kami, tapi Reni tidak pernah mempedulikannya, dan aku hanya tersenyum kemerahan setiap ledekan-ledekan itu dilontarkan kepada kami, dan untung saja Reni tidak menyadarinya. Dan seperti biasa Reni selalu menceritakan tentang cowok cowok yang menyukainya. Dan konyolnya aku pun menceritakan tentang cewek cewek yang aku suka, ada Dini atau Cintya adik tingkatku. Padahal semua itu hanya halusinasiku saja karena aku tidak ingin ketahuan kalau aku menyukai Reni. Sesuatu hal yang bodoh yang aku lakukan dalam sepanjang sejarah hidupku. Aku malu untuk menyatakan perasaanku kepada Reni, dan ini selalu membuatku tersiksa. Aku mencintainya dalam diam, lidahku selalu saja kelu untuk berkata.
Dua bulan setelah kami pergi ke Pasar Natal, aku menjauhinya pelan-pelan, karena aku tidak ingin menambah luka dalam hatiku, biarlah aku menepi. Biarlah aku menjadi matahari yang akan mencairkan dinginnya salju. Andai saja kau mengerti, begitu pahitnya sebuah keheningan. Andai saja Sungai Rhein bisa menangis, mungkin dia kan menangis melihatku hanya diam dalam bodoh.
** Ditulis pada Winter 2021, thanks untuk teman-teman yang sudah memberikan inspirasi pada cerpen ini.
Cerpen Karangan: Hezkia Blog / Facebook: alianove
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 5 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com