Semua berawal dari ketidaksengajaan, Untuk pertama kali aku melihatnya. pertemuanku dengan dia berawal saat pertama kali masuk SMA aku masih ingat sekali bagaimana kronologi pertemuanku dengan dia, yang tak mungkin aku lupakan.
Sekitar pukul 07.00 pagi kita semua dikumpulkan di lapangan sekolah untuk masa masa perkenalan lingkungan sekolah, setelah selesai kita semua disuruh mencari kelas masing masing yang pada saat itu aku belum tau kelas berapa dan dimana kelasnya. Seketika ada yang menepuk pundakku dari belakang, refleks aku langsung menengok ke belakang dan dia seorang laki laki badannya lebih tinggi dari aku. Lalu Dia bilang “hai, ada teman buat cari kelas?” tanya dia. Aku dengan wajah yang bingung “hmm ngga ada” jawab aku
Kebetulan pada saat itu sahabatku nisa tidak bisa masuk dihari pertama sekolah dikarenakan sakit, jadi mau tidak mau aku hanya seorang diri. “oke kita cari bareng” lanjut dia Dan aku tersenyum sambil bilang “iyaa”
Setelah cek satu per satu kertas nama yang ditempel di jendela, aku dan laki laki tadi tanpa disadari ternyata satu kelas dan kita mendapat di kelas Ipa 2. “loh kita sekelas ternyata” sambil tertawa si cowo itu. Awalnya si aku canggung tapi melihat sikap dia yang asik aku yakin dia anak baik. “hahaha iyaa bisa bisanya kita satu kelas” ucap aku.
Seminggu sudah kita belajar, semakin kesini aku melihat sikap dia ada yang aneh terhadap aku. Dia selalu menanyakan apa apa ke aku entah di sekolah ataupun di rumah melalui chat. Begitu pun dengan aku sendiri, aku merasa senang sekali ketika sedang bersama dia. Terlebih lagi dia sering mengajak bercanda bareng, ke kantin bareng bahkan ketika dia tidak masuk aku merasa sepi. Sampai sampai aku menceritakan perasaan ini ke sahabatku nisa hampir setiap pulang sekolah aku menceritakannya.
Tiga tahun sudah berjalan. semakin kesini banyak sekali temanku sekelas bahkan anak kelas lain yang suka mendekat dekati dia. Aku merasa sangat risih melihatnya tidak suka melihat orang yang kita kagumi didekati orang lain. Lama kelamaan perasaanku itu mulai berubah, aku menyadari aku punya banyak sekali saingan. Dan dari situlah aku mulai bersikap biasa saja bahkan dalam hati berkata “apa aku harus mundur”.
Ketika menjelang malam tiba segera aku menghubungi nisa sahabatku. Aku menghubungi nisa karena ada sesuatu yang ingin aku ceritakan padanya, awalnya aku takut mengganggu waktu dia untuk istirahat tapi rasanya belum lega kalau aku belum cerita karena menurutku cuma dia yang bisa menjadi pendengar baik aku.
Aku mengajak nisa ke salah satu tempat nongkrong favorit kita, karena apapun situasinya kita selalu mendatangi tempat tersebut.
Setiba di salah satu tempat nongkrong, aku pesan vanila latte karena itu minuman favorit aku dan nisa pesan red velvet. Sambil menunggu minuman datang mulailah aku cerita. “nis, aku sepertinya mau mundur aja deh” “Hah mundur apaan?” nisa masih belum paham. “Aku mau mengikhlaskan dia” “serius? Kamu lagi gak bercanda kan?” Aku mengelengkan kepala “Aku serius, untuk kali ini aku benar benar serius nis”.
Nisa masih belum percaya dikira aku lagi bercanda padanya, dia masih terus bertanya. “kamu beneran ingin mengikhlaskan dia?” Tanya nisa Aku mengangguk sambil tersenyum “kamu kaget ya hehe” “Iya jelas lah aku kaget, karena aku tahu betapa kamu mengaguminya sejak kelas 1 sma dan selama tiga tahun aku menjadi saksi mata atas kekaguman kamu pada dia jelas aku kaget” nyerocos nisa
Nisa masih lanjut bertanya “terus apa yang buat kamu tiba tiba mau mundur begitu saja? Jangan bilang udah ada yang baru?” Nisa meledek aku. “sebenarnya iya aku sudah ada yang baru” lanjut aku meledeki dia balik “bercanda terus” jawab nisa. “coba plis lah jangan bercanda terus aku mau tau yang sesungguhnya” lanjut nisa “Iya iya aku akan jawab serius” jawab aku Oke aku akan mendengarkan sebaik mungkin.
Memang akhir akhir ini aku sudah jarang sekali curhat tentang dia, bahkan nisa sampai bilang tumben ngga ada yang dicurhatin biasanya setiap pulang sekolah ada aja yang dibahas sampai sampai kalau udah cerita sampe lupa waktu.
“kamu tahu kan aku sudah jarang sekali curhat tentang dia?” Nisa mengangguk. Disitu aku mulai berfikir, aku merasa tidak bakal mungkin dengan dia merasa tidak pantas. Sebenarnya ini tidak mudah berat sekali rasanya bagi aku untuk mengikhlaskan dia setelah tiga tahun di satu sekolah yang sama, ketemu setiap hari, bercanda bareng, hampir setiap malam chatan gak jelas yang awalnya spik menanyakan tugas bahkan kalau lagi jalan bareng dia aku dibilang adiknya karena dia badannya lebih tinggi dari aku.
Tapi aku sadar ternyata banyak sekali saingan aku untuk bisa deket dengan dia, karena dia orangnya baik, asik, perhatian dari sikapnya itulah wajar kalau banyak yang menyukainya. Bahkan orang orang yang menyukainya hampir teman teman aku sendiri jadi tidak mungkin aku bersaing sama teman aku sendiri yang ada akan hancur pertemanan cuma perkara satu orang.
Aku yakin pasti semua sama ketika berada di situasi seperti ini tidak mudah untuk melepaskannya begitu saja. Tapi aku percaya kalau memang jodoh allah akan mempertemukan kembali.
“terus sekarang gimana dengan perasaan mu apa sudah bener benar ikhlas?” tanya nisa. Aku terdiam “Hanya ini yang bisa aku lakukan, tapi entah kenapa setelah aku cerita ke kamu aku lebih lega rasanya” “Aku hanya bisa mensupport kamu kalau memang ini yang terbaik buat aku lakukan saja, tapi kalau aku boleh tanya apakah kamu merasa dendam atau benci?” Tanya nisa. “justru aku berterima kasih padanya karena banyak mengajariku banyak hal tentang mengagumi dalam diam, tentang penantian ini semua menjadi pelajaran untuk aku dan sekarang aku hanya bisa sabar, berdoa aku cukup tahu diri kalau memang allah mau mengirimkan pasti di waktu yang tepat”.
Intinya aku berterimakasih telah menitipkan sebuah rasa yang bisa disebut itu cinta, biarkan aku merasakan rasa bahagia yang sekejap berubah menjadi luka. Tak ada yang bisa aku lakukan selain mengikhlaskan.
Cerpen Karangan: Claudia Helma claudiahelma (instagram) Nama saya Claudia Helma mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 5 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com