Kenalin nama gue Angga Pratama. Kalian bisa panggil gue Angga. Oh ya gue tuh preman di kampung. Preman yang paling ditakutin di masyarakat sini
Oh ya gue punya anak buah nih, mereka namanya Rehan dan Soni. Kenapa gue bisa jadi preman? Entah mengapa ini hobi atau hanya sekedar bertemu sama mereka. Ya gue jadi preman karena broken home dan bertemu dengan kedua sahabat gue yang menyelamatkan gue dari jurang kematian.
Gue keinget, sewaktu gue lulus sekolah, gue sangat depresi bahkan ingin sekali mau mati. Tapi dengan adanya mereka yang hidupnya menjadi anak jalanan, tanpa ada orangtua dan hidup pas-pasan. Gue sadar kalau ada yang menderita dibanding gue. Harusnya gue bersyukur ye kan. Tapi entah mengapa hati gue belum tergerak.
Hari ini gue ada janjian nih sama mereka di sebuah taman. Gue melajukan motor gede gue ke taman. Dan di sana sudah banyak sekali yang udah kumpul..
“Hai guys.” sapa gue. “Wah bos kita datang nih.” “Hai bos baru datang aja.” oceh mereka. Gue salami mereka satu persatu ya gaya ala preman gitu. Kalian tahu pakaian preman kan? Ada yang memakai kaos oblong, tatoan lah dan pakai celana robek-robek. Bahkan ada yang memakai tindik di telinga dan mulut.. Sebenarnya gue ngeri pas pertama liat mereka, tapi karena udah terbiasa ya jadi gak ngeri lagi. Kalau pakaian gue si ya kaos oblong, pakai tato di tangan dan cela robek-robek di lutut.
“Mau tlaktir apa an?” tawar ku. “Apa ya?” Nampak mereka sedang berpikir. Kalau soal traktiran memang mereka paling girang tuh..
“Gimana kalau am*r dan rok*k.” celetuk salah satunya.. “Lo mah gak bosen-bosen minum am*r yee.” ejek mereka. “Halah kaya lo gak.” “Iya juga si. Ya sudah sapa aja yang suka am*r.” tawarku lagi.. Dan dari orang 5 itu, mereka mengangguk setuju. Dasar aneh. Kemudian beri uang 500 ribu untuk beli kesukaan mereka. Disini gue dan Rehan duduk berdua.
“Lo baik-baik saja?” tanya Rehan.. “Baik gue. Emang kenapa?” tanya gue balik.. “Gak. Lo keliatan kusut banget.” “Banyak masalah gue di rumah. Mereka gak berhenti-henti ngoceh.” ucap gue sambil menghirup rok*k. “Sabar bro.” ucap Rehan. Ia menepuk-nepuk bahu bahu gue
Mereka sudah datang sambil membawa kantong yang gede banget.. “Minum bos.” “Hari ini gak minum dulu.” tolak gue halus. Dan mereka mengangguk paham. Gue pemabuk dan merok*k? Gak terlalu si kalau pemabuk. Tapi kalau merok*k, mana bisa gue berhenti.
“Kalian gak beli cemilan gitu?” tanya gue.. “Aduh kita lupa bos. Kita beliin sekarang ya.” “Gak usah. Gue aja yang beli. Gue mau beli es kopyor.” “Hohho.” kata mereka.
Gue akhirnya berjalan mengelilingi taman kota. Banyak sekali orang yang berjualan. Ada yang masih kecil sampai orang tua. Mata gue tertarik sama kerumuman yang ada. “Ada apa si?” gumam gue. Kaki jenjang gue ke sana. Ternyata ada penjual gorengan. Mata gue menatap gadis itu. Dia memakai jubah? Hah aneh banget di mata gue. Ada gadis yang memakai jubah di jaman sekarang? Ternyata sangat laris. Gue mengamati apa saja yang ia jual. Ternyata gorengan biasa. Ada tempe, bakwan, tahu isi dan pisang goreng. Apa nya yang spesial sampai sangat laris? gumam gue dalam hati.
Setelah pembeli gak ada, gue mendekat.. “Gue borong semua.” ucap gue. “Beneran ka? Alhamdulillah. Silakan ka ambil sendiri. 1 nya hanya 2 ribu.” Gue sedikit tercengang. Mengambil sendiri? Dengan terpaksa gue mengambil sendiri dan memasukannya ke kantong kresek.
“Maaf ka. Silakan uang nya diletakan disini.” Gadis itu menyodorkan sebuah kantong kresek kosong. Dengan ragu gue memberikan uang 100 ribu untuknya. “Uang 200 ribu.” “Kebanyakan ka. Saya bikinnya saja gak banyak.” ucap nya lembut. Gue sedikit terkesima dengan suara lembutnya. “Kenapa gak lo ambilin si. Kan lo yang jual.” “Maaf ka. Saya buta.” ucap nya lirih. Dia ternyata buta guys. Hati gue sedikit bergetar saat tahu dia adalah buta. Mengapa gadis buat seperti dia bisa jualan ya?
“Apa lo gak takut jika dibohongin sama orang? Kan lo maaf buta.” Gadis itu terlihat tersenyum di balik cadarnya. “Mereka sudah tahu saya seperti apa. Kalau ada yang bohong, saya ikhlas yang penting saya niat untuk jualan.” Wah berhati malaikat ya guyss.. Gadis itu sambil membereskan dagangannya. “Maaf saya permisi.” pamitnya.. Hah? Dia berjalan pulangnya menggunakan tongkat? Memang dia bisa sampai di rumahnya? Ko gue jadi kepo ya..
Hm sebelum gue pergi, gue telepon Rehan dulu. “Gue mau ada acara dulu. Lo urusin mereka.” titah gue.. Akhirnya gue meninggalkan motor gue di sana. Dan kaki gue mengikuti gadis itu dari jauh..
Lama.. lama. Ternyata masuk ke dalam perkampungan. Gadis itu masih masuk ke dalam gang. Mata gue meneliti sekitar lingkungan ini. Pemukiman penduduk.
Panti Asuhan Anisa.
Panti asuhan? Jadi dia tinggal disini? Banyak sekali anak-anak disini. Mereka menyambut gadis itu dengan suka cita. Mereka memeluk nya dengan erat.
“Hai anak-anak. Assalamu’alaikum” sapa nya. “Wa’alaikumsalam.” jawab mereka serempak. “Udah pulang nak?” di sana ada wanita paruh baya yang memakai pakaian seperti gadis itu tapi dia tidak menggunakan cadar. “Alhamdulillah umi.” jawab nya. Gue masih mengamati mereka dari jarak jauh. Enggan untuk melangkah. Karena gue takut jika mengganggu kebersamaan mereka.. “Ayo sayang masuk.” ajak wanita paruh baya. Mereka pun masuk ke dalam rumah. Dan gue? Kembali ke taman kota untuk menemui teman-teman gue.
“Ko bisa ya gue penasaran sama gadis berjubah itu.?” gumam gue sambil menggaruk tengkuk yang gak gatal.
Sesampainya di taman kota. “Woy bos. Darimana aja si.” “Sorry. Gue abis keliling. Nih gue beliin gorengan.” “Wah gorengan. Enak banget nih.” serobot mereka.
“Sumpah enak banget. Beli dimana bos?” tanya mereka.. “Tuh di pojok sana.” “Sama si jubah ya?” tanya Rehan..dan gue mengangguk sambil menyesap rokok. “Dia memang terkenal disini. Apa lagi gorengannya sangat enak gitu.” ucap Soni.. “Lo kenal dia?” tanya gue.. “Siapa sih yang gak kenal dia bos. Dia itu Anisa. Wanita bercadar yang buta. Tapi ya gitu gigih banget kalau jualan.” “Ohh.” jawab ku seadanya. Ternyata gadis itu nama nya Anisa. Namanya indah sekali.. Wadawwww..
Gue memandang alam sekitar. Taman kota katanya banyak keindahannya. Dan gadis itu sudah bisa membuat hati gue aneh dan gelisah.. Rasanya sungguh ingin sekali melihat wajahnya yang tertutup jubah itu. Rasanya gue sudah gila karena gadis aneh itu.
Nama saya Tri Wahyu Nikmah. Kalian bisa panggil saya Nikmah. Saya berasal dari kota yang banyak sekali tempat pariwisata yaitu Kebumen. Oh ya saya umur nya baru 21 tahun. Salam kenal.
Cerpen Karangan: Tri Wahyu Nikmah Blog / Facebook: triwahyunikmah
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 26 Januari 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com