Aku begitu senang ketika mendapat telepon dari Karla. Dia adalah seseorang yang sudah membantuku merintis usaha kukis, sejak aku berniat ingin membuka usaha kecil-kecilan berupa toko makanan.
Yang membuat diriku begitu senang adalah, aku jadi mendapat ide untuk mengungkapkan niatku. Menyatakan perasaan yang sudah lama aku pendam. Sejak duduk di bangku SMA, aku menyukainya. Dia gadis yang cantik dan anggun, sedikit introvert. Dan itu yang membuatku merasa tertarik padanya, kami sudah lama berteman sampai sekarang.
Karla tidak pernah bertingkah seperti kebanyakan remaja, yang berlomba berhias diri untuk terlihat memukau didepan pria. Dia lebih senang bergaul dengan tumpukan buku kesayangannya. Sambil mengemil kukis cokelat yang sering dia bawa dari rumah.
Alasan kenapa aku memilih membuka toko kukis, itu terinspirasi darinya. Jujur pertama kali aku ingin buka usaha, aku sempat bingung. Usaha apa untuk orang seperti diriku yang belum berpengalaman. Kuliah saja belum lulus, bakat tidak punya. Bahkan mencoba merintis usaha sendiri, aku tidak pernah kepikiran.
Kalau saja bukan karena uang tabunganku menipis dan keluarga butuh pemasukan. Aku pasti akan menghabiskan waktu muda untuk bersenang-senang dengan teman-teman, dan tentunya mengejar Karla. Dipikiranku hanya ada Karla, dan saat itu mulai teringat. Karla suka sekali makan kukis, iya kukis. Tapi aku tidak bisa membuat kukis, namun sebuah ide terlintas di pikiranku.
“Hallo” suara Karla begitu terdengar mengalun di telingaku, sampai menyelam ke hati. Membuatku begitu senang tidak terkendali. “Hallo, Karla maaf aku mengganggu. Aku hanya ingin meminta bantuanmu untuk membagi resep kukis cokelat buatanmu, apa boleh” ucapku hati-hati saat itu. Jujur aku takut dia menolak, maka rencana yang sudah aku buat bisa gagal. “Tentu saja boleh, tapi untuk apa?” “Ahh, begini aku ingin mencoba membuka usaha kukis, dan aku menyukai kukis buatanmu. Itu sangat enak, jadi pasti banyak orang yang menyukainya” ucapku sedikit salah tingkah, sambil mengusap-ngusap kepala. Untung saja aku berbicara dengannya lewat telepon, jadi tidak terlalu malu untuk dipandang. “Aku bisa membantumu” ucapan Karla membuat aku bersorak senang tanpa suara. Karena rencanaku berhasil, sekali mendayung dua pulau terlampui. Aku memintanya menolongku, agar bisa PDKT dengannya sekaligus membangun usaha.
Karla benar-benar membantuku dari awal membuka toko, sampai punya cabang dimana-dimana. Sayangnya aku terlalu pengecut untuk mengungkapkan perasaan yang aku pendam sekian lama. Dan entah kenapa semakin tua umurku, aku semakin takut jika besok Karla bertemu orang baru dan saling cinta. Maka nasibku hanya akan menjadi tamu undangan saja saat besok dia menikah.
Semalaman perasaanku gunda gulana, memikirkan cara bagaimana bisa menyatakan cinta padanya. Aku tidak pandai berkata-berkata, semua ucapan romantis yang keluar dari mulutku. Seakan tidak ada yang pantas untuk diucapkan. Hingga suara gawai yang aku simpan diatas meja berbunyi, membuat aku sedikit rileks sebentar. Apalagi saat mengetahui itu dari Karla, aku langsung buru-buru mengangkatnya.
“Hallo” “Hallo Joe, maaf menghubungimu malam-malam. Aku hanya ingin memesan kukis, persediaanku habis di rumah. Kamu tau kan aku tidak bisa sarapan tanpa kukis, apa di toko masih ada.” “Tentu saja, biar aku antar sekarang-” “Tidak!, tidak perlu Joe ini sudah larut. Kamu bisa mengantarnya besok pagi saja, maaf menggangu istirahatmu” “Tidak apa-apa Karla, aku belum tidur. Besok pagi kukisnya akan aku antar” “Terimah kasih” ucapnya sambil mengakhiri pembicaraan kami.
Aku yang sudah terlanjur tidak bisa tidur, memilih pergi ke dapur. Untuk membuat kukis cokelat kesukaan Karla, bukannya mengambil dari toko aku malah ingin membuatnya sendiri. Karena ini berbeda, setelah memakai apron dan menyiapkan bahan, aku mulai bekerja. Rasa kantuk yang sedari tadi menyerang aku abaikan, demi kukis cokelat spesial yang akan aku jadikan tumbal untuk membuat Karla terkesan esok hari.
Satu persatu bahan mulai aku campurkan, aku memakai banyak bubuk cokelat agar rasa cokelatnya sangat terasa. Tapi saat aku perhatikan warnanya terlalu pekat, dan akhirnya kutambahkan bubuk susunya juga lebih banyak.
Dengan terkantuk-kantuk aku tetap bekerja hingga jam menunjukkan angka 3 pagi. Setelah kukisnya kuhias dengan cantik aku memilih pergi ke kamar untuk tidur sebentar. Baru terpejam rasanya mata, tapi sang surya sudah hadir membuang mimpi.
Dengan terburu-buru aku segera bangun dan mandi, lalu pergi ke dapur mengambil kukis cokelat yang sudah aku siapkan. Tanpa memperdulikan keadaan dapur yang masih berantakan, sejak semalam.
Tidak butuh waktu lama aku sudah sampai di depan rumah minimalis bercat putih, dengan perasaan gugup aku mulai memberanikan diri untuk mengetok pintu.
Tok Tok Tok
Beruntungnya Karla yang membuka, dengan senyum manisnya menyambutku.
“Ayo masuk kita sarapan bersama, tapi ayah dan ibu sedang pergi sejak kemarin. Tidak apakan jika sarapan berdua” “Tentu saja” ucapku senang, ini akan semakin mempermudah untuk aku mengutarakan hatiku padanya.
Kami sudah duduk di meja makan, dengan dua piring sepotong roti selai cokelat diatas masing-masing piring. Dan segelas susu putih dingin.
“Maaf tidak ada kopi, kamu tau kan aku benci aroma kopi” ucapnya setelah kami duduk. “Tidak apa, susu juga tidak masalah. Ini kukis cokelat spesial untukmu” ucapku sambil menyodorkan kotak kukis yang kupengang. “Ada spesialnya?” ucapnya heran. “Yah, itu berbeda dengan di toko. Aku membuatnya spesial untuk momen spesial” “Momen spesial apa” ucapnya sambil memakan satu kukis. “Sebenarnya aku ingin-” “Enak, hanya saja rasa latte bukan cokelat” ucapnya dengan berusaha menelan kukis yang masih ada di mulutnya.
Ucapanku langsung terhenti, dan terkejut. Apa katanya latte …, tapi bagaimana bisa. Apa aku salah memasukkan bubuk cokelatnya, jadi itu kopi. Karena terlalu senang aku sampai tidak bisa membedakan mana cokelat, mana kopi. Niat hati ingin membuatnya terkesan agar aku percaya diri, saat menyatakan cinta padanya. Malah berujung kecewa, dan itu membuat keberanianku hilang entah kemana.
Cerpen Karangan: Sy_OrangeSky Blog / Facebook: Siti maisaroh
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 4 Maret 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com