Memelukmu dalam angan rasanya sudah menjadi hobiku, kegiatan menyenangkan yang berkali-kali mampu membuat hati ini menggelora. Maaf, aku yang pengecut ini memelukmu tanpa izin dalam bayangku, tak apa bukan jika aku menyimpan harap lebih padamu? Perasaan bukanlah suatu kesalahan, aku tak akan menyalahi rasa yang dengan begitu lancangnya hinggap begitu saja pada hatiku, aku akan menikmati setiap prosesnya, perlahan, di setiap detiknya, meski seiring berjalannya waktu, aku sakit.
Melihatmu berbincang begitu hangat dengan pangeranmu, hatiku meringis, kupaksakan tersenyum, lagi, aku melangkah mundur, tak pantas rasanya bersaing dengan manusia sesempurna dia, dia yang jauh lebih baik dariku, mungkin hanya dengannya kamu merasa bahagia. Sebagai seorang kekasih.
Sekali lagi, aku hanya mampu menangkap mata indahmu dalam hening, ketika kamu lagi-lagi dijatuhkan oleh priamu, ketika kamu lagi-lagi dibuat menangis oleh sosok yang kau puja, aku mengutuk pria yang membuat hatimu terluka, aku mencacinya dalam diam.
Namun, ketika aku kembali melihat bahagia pada air mukamu saat kau bercerita mengenai dirinya yang selalu membuat pipimu bersemu, dia yang katamu selalu membuat hatimu berdebar kencang ketika bersamamu, dia yang katamu selalu melindungimu di segala kondisi, dia yang tersegalanya dalam kisah asmaramu, aku tak punya lagi alasan untuk mencaci, aku tak punya tekad untuk memaki tanpa sebab, tak sopan rasanya jika aku membenci dirinya hanya karena dia lebih mampu memikat hatimu, aku tidak bisa egois, tentu saja, apalagi ini mengenai hatimu.
“Bahagia?” Tanyaku sembari menatap lembut mata indahmu. Air yang mengalir di depan kita, hamparan sawah yang terbentang luas, bukit-bukit yang berdiri kokoh dengan keangkuhannya, pancaran sinar jingga yang tersebar di angkasa, biarlah mereka menjadi saksi bisu tentang tatapan yang lain dariku kali ini, saat kedua atensiku terarah padamu.
Kamu mengangguk antusias, sembari memilin jemari gelisah, wajah menggemaskanmu tak bisa kamu tutupi meskipun aku tau, kamu berusaha keras untuk tidak memperlihatkannya.
“Ekhm, ciee, keinget ayang, gelisah gitu.” Entah ini kali keberapa aku menggodamu. “Apaan sih!” Tanggapanmu selalu sama, kamu memukul lenganku. “Aww!” Aku meringis, pukulanmu boleh juga. “Aaaaaaaa Raga, minggu depan dia datang ke rumah,” katamu tersenyum lebar dengan kedua atensi yang berbinar.
Aku tertawa kecil menatapmu yang begitu antusias, tanganku mengusap pucuk kepalamu, mungkin ini adalah yang terakhir kalinya. “Udah gede nih, tau-tau mau dipinang aja sama orang.” Ya, aku selalu menganggapmu sebagai gadis remaja polos yang masih sama menggemaskannya seperti beberapa tahun yang lalu.
—
“Bro, makasih selama ini lu udah jadi sahabat yang baik buat Rindu, makasih udah jaga dia, ikhlas kan kalo gue pinang dia?” Pertanyaan terakhirnya membuatku terpaku, namun tak lama setelah itu aku tertawa terbahak seolah tak terjadi apapun pada hatiku. “Jaga dia, gue tau lu pria baik, lu bisa dampingin dia, jadi cinta sejati buat dia.”
Dan kini, aku melihat kedua mempelai duduk anggun berdampingan di atas kursi pelaminan, mereka terlihat begitu bahagia.
Cinta bukan tentang siapa yang memiliki, cinta juga bukan tentang dia yang menghalalkan segala cara untuk bisa meraihnya, cinta itu perasaan yang suci, dia tulus.
Aku sadar, kebahagiaannya bukan ada padaku, pangeran yang akan mendampingi usianya bukanlah diriku, cinta yang dia punya bukanlah untukku. Tak apa, aku bahagia melepasnya pergi bersama pujaannya.
Kebahagiaanku belum aku temukan, siapapun kelak dia yang akan menjadi pendampingku, dia tak akan pernah menggantikan posisimu pada hati dan kehidupanku, karena setiap orang yang hadir di sepanjang usiaku punya tempat tersendiri pada hati, tak terkecuali kamu, first love, tak ada yang menggantikan dan digantikan disini.
Ah ya, aku tak akan lagi memelukmu dalam anganku, tak pantas rasanya, mengingat kamu sudah memiliki pendamping. Tenang saja, aku akan meninggalkan kebiasaan itu.
Cerpen Karangan: Hapsari Purwanti Rahayu
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 10 Maret 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com