“Bunga mawar ini… Ini punya siapa?” Caca bertanya-tanya, manik biru lentiknya bergulir ke sekitarnya. Tidak ada siapapun disana, hanya ada dirinya.
Merasa tidak ada yang memilikinya, Caca mengambil bunga mawar yang tergeletak di atas mejanya dan membawa bunga itu pulang bersamanya.
Sepeninggal Caca, sekelibat bayangan melintasi ruang kelas 12.4 IPA dengan cepat. Bayangan itu membuntuti Caca hingga ke rumahnya, bayangan itu… Tuan dari bunga mawar yang sebenarnya.
Caca sangat senang mendapatkan bunga mawar itu, ia menaruh bunga mawar merahnya ke vas bunga. Caca menyiram bunganya, ia sangat kagum dengan warna merah yang sangat cerah dari bunga itu, jemarinya menyentuh bunga itu dengan hati-hati.
“ST! AW!” Caca kurang berhati-hati lagi, karena sekarang jarinya berdarah akibat tertusuk duri dari bunga itu.
Darah segar dari jari Caca menetes hingga mengalir di kelopak bunga mawar itu, alih-alih melihatnya, Caca pergi ke kamar mandi dan mengobati lukanya. Tampak sesosok makhluk berdiri disisi kanan, memandangi Caca yang keluar dari kamar untuk mengambil obat merah dan hansaplast. Entah mengapa darah Caca menyerap ke bunga itu dengan cepat.
—
Caca memejamkan matanya, angin malam berhembus sangat kencang hingga jendela tersentak kencang terbuka. Gorden jendela bergerak mengibas-ngibas, semakin lama semakin membentuk seperti ada seseorang dibalik gordeng itu. Caca terbangun tak sengaja, matanya melihat sosok misterius itu dan terlonjak dari tidurnya.
“Siapa kamu?” “Aku.. Seorang teman.” “Seorang teman? Siapa?”
Entah mengapa sosok itu menghilang, Caca turun dari kasur, mencari-cari keberadaan sosok itu. Pencariannya terhenti saat berdiri di bunga mawar itu. Ia terkejut, bunga mawar itu berubah warna menjadi hitam.
“Mengapa bunga mawarnya jadi hitam?”
Caca masih belum mengerti dengan apa yang sedang terjadi di kamarnya, dia ketakutan pada sosok misterius yang menghilang tiba-tiba dan warna mawar yang juga berubah secara tiba-tiba. Kaki berisi Caca berlari keluar kamar, dia menggedor kamar ayahnya tak beraturan.
“AYAH!! BUKA PINTUNYA!!” “AYAH AKU TAKUT!!”
Saat ayahnya membukakan pintu, Caca langsung masuk dan minta tidur di kamar ayahnya. Tentu saja ayah melarangnya, “Kembali ke kamarmu, Ca. Ayah lelah, cepat!” Ucap ayah tak mau tahu apa yang Caca takutkan. “Ayah, ada seseorang di kamarku.” “Siapa?” “Aku gak tau. Ayah, aku takut.”
Ayah langsung mendatangi kamar Caca, dan Caca yang ketakutan ditinggal sendirian pun membuntuti sang ayah.
“Tidak ada siapapun.” “Ayah, tapi aku takut.” Ucap Caca yang bersembunyi di balik punggung kurus ayahnya. “Ya sudah, ayah temani tidurnya.”
Akhirnya sang ayah duduk di bangku yang terapit meja belajar Caca, menunggu gadis kecilnya tertidur. Setelah tertidur, ayahnya kembali ke kamar.
Konon, bunga mawar itu milik seorang siswi di kelas 12 IPA yang dibully karena berteman dengan seorang siswi lain yang sangat terkenal dan kaya. Dalam peraturan sekolah (yang dibuat para perundung), siapapun siswa atau siswi yang miskin, walau pintar, tidak ada hak untuk berteman dengan para siswa atau siswi yang tidak selevel dengannya.
Siswi itu, Dizy, meninggal akibat nekat memberi setangkai bunga mawar untuk tanda pertemanan. “Kamu tidak pantas memberinya sesuatu, dan teman kami tidak sudi menatap seseorang dari kelas rendahan sepertimu.” Setelah melontatkan kata-kata kejam itu, sekelompok siswi yang tidak menyukai Dizy tanpa perasaan menjambaknya dan mencekoki gadis itu dengan sabun pembersih lantai.
Cerita horror itu terkenal di penjuru sekolah, dan katanya jika bunga mawar itu diambil, pemilik bunganya akan terus mengikuti kemanapun orang itu pergi.
Dan itu yang dialami oleh Caca.
Sosok Dizy mendatangi Caca sampai ke dalam mimpinya. Dalam mimpi Caca, ia melihat detik-detik kematian Dizy.
“Aku hanya butuh teman. Maukah kau berteman denganku, Caca?” Tanya Dizy yang mengulurkan tangannya pada Caca.
Caca memperhatikan tangan Dizy yang memutih, dan sosok Dizy yang berubah menjadi cantik seperti saat dia hidup dulu. Konon katanya, jika seseorang yang didatangi dalam mimpi oleh sosok pemilik bunga mawar itu… Akan mati jika menerima ajakan sosok itu untuk menjadi temannya. Lalu, apa Caca akan menjadi korban Dizy selanjutnya?
“Caca sayang, cepat bangun! Ayah bisa marah kalau kamu gak bangun sekarang. Cepat, nak!” Ucap sosok lain dalam mimpinya, seketika air mata Caca mengalir dari balik matanya yang terpejam. “Bunda?” “Caca, temani aku, ya?” Pinta Dizy dengan mata yang berbinar dan senyum yang lebar. Caca memandangi Dizy dan Bunda bergantian dengan tatapan bingung, “Aku…” Caca terperanjat, kedua matanya yang memerah itu terbuka paksa. “Ca, cepat mandi! Sarapan! Ayah antar kamu sekolah.” Caca menoleh sang ayah, mengusap wajahnya dan menghembuskan napas panjang. Tak sengaja ia melihat meja, dan bunga mawar itu menghilang. “Kemana bunga itu?”
“Ayah, apa ayah melihat bunga mawarku di vas itu?” Ayah menggeret gordeng ke ujung. Membiarkan pantulan sinar mentari masuk ke kamar Caca. “Entah mengapa, semalam ayah mimpi bunda datang dan menyuruh ayah membuang bunga itu.” Caca menganga tak menyangka. “Lalu ayah membuangnya?” Ayah Caca menganggukkan kepala, menjawab pertanyaan putrinya.
“Astaga, ayah!”
Pagi hari yang seharusnya damai dan cerah, menjadi muram dan penuh emosi bagi Caca. Ia kesal bunga mawar itu dibuang oleh sang ayah, tapi ia tak tahu, jika yang dilakukan ayahnya dapat menyelamatkannya dari kematian.
End.
Cerpen Karangan: Xiuzeen Haii!! Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca ceritaku. Selamat membaca, semoga suka!
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 20 Maret 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com