Karina merasa tidak enak badan. Segera keluar dari kamarnya. Ia perlu menenangkan diri dari gadget yang selalu berbunyi, hingga suatu ketika Karina mendengar panggilan dari Mamanya Alice.
“Sayang kamu gak ke mana-mana kan?” “Nggak Ma, lagipula aku kurang enak badan.” ucap gadis itu.
Sampai di mana dirinya merasakan hal aneh, ia mual-mual, bukan karena salah makan, tapi badannya mendadak panas. Akhirnya Karina dibawah ke rumah sakit. Karina terkena covid 19. Dia pun disuruh untuk isolasi mandiri.
Karina benar-benar muak berpisah jauh dari Aro. Karina mencintainya dan harus mereka menikah namun semua terpaksa tertunda.
Aro memberinya semangat lewat video call, sampai dirinya merasa diikuti seseorang. Ada mata memandangnya.
Ia mengintip sekali lagi, hanya perawat membawakan makanan dengan masker wajah. Karina bernapas lega mungkin perasaannya. “Aku terlalu banyak nonton horror jadi gini!” Sampai di mana Karina mendengar suara langkah kaki tepat di jam dua belas malam.
Karina terkejut yang datang dokter membawa suntik. Ia tersenyum tipis. “Dok!” “Kamu kenapa masih sakit?” “Saya hanya merasa sesak napas.” Jeritan mengaum di luar Karina sudah tidak tahan, waktu karantina masih lama. Ia belum sembuh juga. Kabar bahwa salah satu mati dengan darah mengenaskan di sekujur lehernya.
Karina ketakutan menelepon Alice. “Ma, aku mau pulang!” Karina memohon. “Selesaikan Karantina kamu yang masih seminggu lagi.” Karina pasrah mengangguk, hingga pasien baru bertambah lagi. Rasa cemasnya kian menjadi-jadi setelah sosok aneh masuk ke kamarnya menyutikkan vaksin. Tapi entah mengapa dia merasa berbeda.
Karina menyentuh tubuhnya yang kian dingin, lalu berteriak seperti orang keserupan. “Dokter kenapa dengan Karina?” Dokter Richard segera menyentuh dahi. Ia malah dicekik perilaku seperti zombie. Bahkan Karina juga menjulurkan lidah. Gadis itu tampak aneh.
“Panggil perawat Dilla, dia harus segera diobati.” Memasukkan antibodi ke tubuh gadis itu. Namun Karina malah berteriak.
Dokter ikut terkena batuk, bersin. Richard melepas jas putihnya. Masuk ke dalam ruangan.
Sudah selesai masa karantina Karina dia mengalami koma. Sampai tidak sadarkan diri. Aro kekasih sudah menyerah berusaha mengakhiri hubungan.
Karina tersadar kondisi membaik, namun badan perih. “Maaf Karina kita putus, kamu aneh.” Pesan singkat diterima. Richard merasakan perubahan pada dirinya, dia batuk, badan dingin. Suhu berbeda dari biasanya. Richard mengambil obat tetap saja aneh. Bukan cuma gejala ini saja tapi muka berubah pucat.
Karina pulang, mendengar suara langkah kaki seperti memburu. Karina berteriak saat seorang mengenakan masker menarik Alice.
“Jangan bunuh Mama, aku mohon.” “Aku butuh darah, Ibumu…” Karina berteriak ia jatuh pingsan. Tidak ada satu pun yang menolong.
Menaiki lift di dalam sana seperti ada yang berniat masuk. Terus berdoa, Karina memilih naik ke lantai bawah.
Berita pandemi masih sering terdengar. Karina sedang menonton tv. Ternyata dia bermimpi tertimpa covid 19. Aro masih baik-baik saja. Sebuah surat terlempar di dalam botol Karina terkejut.
“Mama kamu akan meninggal, virusnya menyebar suruh dia karantina.” Karina berteriak memanggil Alice, “Mama jangan karantina, Karina takut…” “Siapa yang karantina, Mama gak papa kok.”
Mobil ambulance datang Karina melihat petugas membawa paksa mamanya setelah ada laporan dari warga. Kalau Alice positif covid 19.
“Tenang sayang kita masih bisa berkabar!” Karina menangis. Ia hidup berdua dengan Mama yang single parent. Sang papa sudah meninggal dunia akibat penyakit jantung.
Setiap hari ia dan Aro menyempatkan video call. Karina berlari ketika di belakang ada laki-laki bermasker memegang pisau. Bersama Aro keduanya pergi ke RS. Nusa Jaya. Karina dilarang masuk karena berbahaya, bisa tertular. “Anda dilarang masuk, masih banyak pasien diisolasi.” “Tolong cek Mama saya…” Deru napas memburu. “Baik siapa nama Mama anda?” “Alice Almeera Delisya.” “Baik.” Masuk ke dalam kamar petugas rumah sakit menemukan Alice tengah tertidur.
Setelah mendapatkan kabar gadis itu tersenyum. Namun keesokan harinya dokter memberi tahu jika kondisi Alice mengalami penurunan. Padahal sudah di vaksin antibodi.
“Aku takut Aro…” “Tenang aja, ada aku.” Berada jauh gadis itu berkeliling di koridor rumah sakit, Aro izin ke toilet meninggalkannya. Seperti ada orang mengikuti, lalu membekap mulut. Aro tidak menemukan keberadaanku.
Mencari melalui cctv rumah sakit, laki-laki membawanya ke rooptop mengikat kedua tangan. Segera naik ke atas.
Pisau terjatuh Karina di bawah turun. Semakin hari kondisi Alice mulai membaik. Namun masih ada sepasang mata memperhatikan mereka. “Kamu belum sepenuhnya selamat, kamu harus berakhir hahaha…” Tawa jahat dari sosok di balik pintu isolasi.
Selesai
Cerpen Karangan: Hardianti Kahar Blog / Facebook: HardiantiKaharz Nama: Titin Kahar Akun wattpad: titinstory Noveltoon: Cari judul Teror In A Geek Dan Raja Dipaksa Nikah
Cerpen ini dimoderasi oleh Moderator N Cerpenmu pada 13 April 2022 dan dipublikasikan di situs Cerpenmu.com